Supplier kecewa 7-Eleven tak transparan soal pembayaran utang
Sebanyak 50 perusahaan yang tergabung dalam Perhimpunan Kreditur 7-Eleven, merasa kecewa dengan 7-Eleven dan PT Modern Sevel Indonesia (MSI) karena tidak adanya transparansi dan penyelesaian utang yang memuaskan terhadap para supplier 7-Eleven.
Sebanyak 50 perusahaan yang tergabung dalam Perhimpunan Kreditur 7-Eleven, merasa kecewa dengan 7-Eleven dan PT Modern Sevel Indonesia (MSI) karena tidak adanya transparansi dan penyelesaian utang yang memuaskan terhadap para supplier 7-Eleven.
Perwakilan Perhimpunan Kreditur 7-Eleven, Tri Junanto Wicaksono mengatakan, Perhimpunan Kreditur 7-Eleven merupakan beberapa perusahaan yang memiliki kreditur dalam kasus pembayaran piutang karena tutupnya 7-Eleven.
-
Apa bisnis yang dirintis oleh Risma di Yogyakarta? Risma memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah. Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
-
Di mana Widodo merintis usaha kerajinan limbah kayu jati? Setelah pensiun tahun 1994, ia pindah ke Desa Tempurejo, Kabupaten Boyolali. Saat pensiun itulah Widodo merintis usaha kerajinan yang diolah dari limbah kayu jati.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Apa yang dirayakan Ririn Ekawati dalam acara peluncuran bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Bagaimana Aqila berbisnis? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
Saat ini, pihaknya tengah mengumpulkan data piutang dari anggotanya. Berdasarkan informasi dari PT MSI, total piutang supplier terhadap PT MSI Rp 200 miliar.
"Dalam pertemuan antara supplier dengan PT MSI didapatkan informasi bahwa aset PT MSI tidak cukup untuk membayar seluruh utang supplier 7-Eleven," kata Tri, di Pengadilan Niaga, Jakarta, Senin (28/8).
Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa yang masih menjadi pertanyaan karena PT MSI tidak pernah memberikan data hasil audit kepada supplier 7-Eleven.
Pada Senin (14/8) lalu seluruh supplier dikumpulkan oleh PT MSI untuk membicarakan alternatif penyelesaian utang, di mana yang diajukan PT MSI hanya pembayaran sebesar 13 persen sampai dengan 28 persen.
Akan tetapi, kata dia, pada hari yang sama juga PT soejasch Bali dan PT Kurniamitra Duta Sentosa mengajukan gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran utang (PKPU) kepada PT MSI. Padahal, kedua PT itu hanya memiliki piutang yang dapat dikatakan sangat kecil dibandingkan dengan piutang para anggota Perhimpunan Kreditur 7-Eleven.
Perhimpunan saat ini terus bernegosiasi, berkomunikasi dan menyiapkan tangkah-langkah yang tepat untuk dapat meminimalisir kerugian anggota. Dia mengimbau agar para kreditur lain yang belum terlibat agar dapat menginformasikan melalui email Krediturzulegmail.com supaya dapat diakomodasi dan berjuang bersama.
Perhimpunan 7-Eleven berharap PT MSI dan 7-Eleven tetap berkomunikasi dan duduk bersama agar dapat menyelesaikan semua kewajiban utangnya. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi trauma pada perusahaan-perusahaan suplier dalam melakukan kerjasama dengan 7eleven International apabila akan melakukan investasi kembali di Indonesia.
Sikap dan itikad baik PT MSI membayar utang kepada seluruh krediturnya sangat menentukan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap PT Modern internasional tbk sebagai pemegang 99,99 persen saham PT MSI.
"Kami juga berharap Pemerintah dan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang saat ini memimpin persidangan PKPU PT Modern Sevel Indonesia serta Pengurus yang ditunjuk dapat mendukung dan membantu para kreditur suplier 7-Eleven agar dapat mendapatkan solusi yang dapat meringankan kerugian yang terjadi karena berla arutnya masalah ini," tutupnya.
Baca juga:
Gerai ditutup, induk usaha 7-Eleven tak mampu bayar utang ratusan miliar
Tips sukses bisnis makanan dari pakar waralaba
Masihkah cerah waralaba makanan di Indonesia?
Meramal nasib Hooters di Indonesia
Potret waralaba Indonesia, 67 persen berbisnis makanan
Di Amerika tak lagi disukai, seperti ini nasib Hooters Indonesia
Benarkan kebijakan Jokowi buat daya beli masyarakat RI turun?