Survei: 45 persen masyarakat Indonesia tak siap beli hunian
Hasil survei tersebut juga menyajikan data bahwa 34 persen masyarakat Indonesia menilai bahwa harga properti saat ini terlalu tinggi sedangkan 34 persen lainnya menyatakan bahwa memiliki satu properti saja sudah cukup.
Hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index menemukan bahwa 45 persen masyarakat Indonesia tidak siap untuk membeli properti atau hunian. Angka ini berdasarkan jawaban responden saat menjawab mengapa mereka tidak membeli properti.
Hasil survei tersebut juga menyajikan data bahwa 34 persen masyarakat Indonesia menilai bahwa harga properti saat ini terlalu tinggi sedangkan 34 persen lainnya menyatakan bahwa memiliki satu properti saja sudah cukup.
-
Bagaimana pertumbuhan permintaan terhadap rumah di Jakarta? “Pada Juni 2024, pertumbuhan permintaan (enquiries) terhadap rumah di Jakarta yang disewa tumbuh 59,8 persen dan hunian yang dijual sebesar 114,9 persen secara tahunan,” kata Head of Research Rumah123 Marisa Jaya dilansir Antara, Selasa (30/7).
-
Di mana saja kawasan perumahan elit di Jakarta yang disebutkan dalam konteks ini? Berikut 5 kawasan perumahan elit di Jakarta: 1. Pondok Indah 2. Kemang 3. Menteng 4. Pantai Indah Kapuk (PIK) 5. Kelapa Gading
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Di mana letak permukiman terbengkalai di Jakarta yang diulas dalam video? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Siapa yang memulai usaha peternakan di Jakarta Selatan? Hidup di perkotaan padat seperti Jakarta, hampir mustahil rasanya merintis usaha peternakan. Namun, hal yang tidak mungkin itu justru bisa dimentahkan oleh Abdul Latif.Dilansir dari akun youtube Naik Kelas, pria Betawi ini memilih usaha penggemukan atau peternakan sapi di Jalan Palem 2, Petukangan Utara, Jakarta Selatan.
Country Manager Rumah.com, Wasudewan menjelaskan, bahwa harga memang menjadi salah satu pertimbangan penting bagi konsumen dalam membeli hunian. Meski demikian, proyek-proyek perumahan saat ini juga memiliki daya tarik luar biasa karena pemerintah memberi dukungan lewat proyek infrastruktur yang sedang dibangun atau siap beroperasi tahun ini.
"Sebagai contoh adalah tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang selama lebih dari 20 tahun mangkrak dan kini dilanjutkan kembali, serta tol Semarang-Salatiga. Saat proyek infrastruktur ini nanti mulai beroperasi, harga properti pun akan ikut bergerak naik," kata Wasudewan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (24/3).
Rumah.com Property Affordability Sentiment Index merupakan survei tahunan yang dilakukan oleh Rumah.com bekerja sama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura, dengan total 1.030 responden yang dilakukan pada bulan November-Desember 2016 kemarin.
Rumah.com Property Affordability Sentiment Index juga mencatat bahwa 46 persen masyarakat Indonesia merasa bahwa pemerintah telah melakukan usaha yang cukup baik untuk membantu para pencari properti mewujudkan hunian idaman. Jumlah ini meningkat dari tahun lalu yang mencapai 36 persen.
Ini adalah respon positif masyarakat terhadap berbagai kebijakan pemerintah dalam membantu mewujudkan hunian idaman masyarakat. "Pemerintah memang telah mengeluarkan beragam kebijakan untuk membantu masyarakat memiliki rumah. Dimulai dari penurunan batasan uang muka kredit perumahan atau Loan To Value (LTV), penyederhanaan regulasi bagi pengembang, program sejuta rumah hingga amnesti pajak. Dan kami menilai bahwa masyarakat memiliki harapan tinggi terhadap dampak amnesti pajak terhadap industri properti yang lebih bergairah dan harga yang lebih terjangkau," tambahnya.
Senada dengan hal tersebut, Survei Harga Properti Residensial di Pasar Primer dari Bank Indonesia selama Triwulan IV/2016 yang dirilis bulan Februari 2017 ini juga mengungkapkan bahwa sejumlah faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah suku bunga KPR (19,91 persen), uang muka rumah (18,39 persen), perizinan (16,15 persen), pajak (13,76 persen) serta kenaikan harga bangunan (13,54 persen).
Hasil survei ini juga mengindikasikan bahwa sebagian besar konsumen properti (77,22 persen) masih memilih Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial. Jumlah ini meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan III/2016) yaitu sebesar 74,77 persen.
Wasudewan juga mengingatkan para pencari properti agar lebih cermat dalam menentukan pilihan. Masyarakat urban yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengunjungi proyek perumahan satu per satu, dapat memanfaatkan teknologi virtual 3D yang telah diterapkan oleh Rumah.com.
"Sejak 2016, kami telah membantu lebih dari 3,4 juta pencari properti setiap bulannya untuk menemukan hunian idaman mereka dengan cara modern."
Selain memanfaatkan teknologi virtual, para pencari properti juga bisa mengakses Review Properti www.rumah.com/review yang menyediakan ulasan perumahan dan apartemen yang objektif, independen dan terpercaya yang disajikan dengan foto, peta dan infografis.
Baca juga:
Dukung program Sejuta Rumah, perusahaan genteng genjot produksi
Membedah janji DP rumah nol Rupiah ala Anies-Sandi untuk ke DKI 1
Intip tips tangkal pengembang nakal
Janji DP rumah nol Rupiah Anies-Sandi bahayakan pengusaha properti
Anies soal rumah tanpa DP: Bukan nol persen, tapi nol Rupiah