Survei: Rencana pelaku usaha tingkatkan investasi bidang R&D di Indonesia rendah
Hasil survei tersebut berasal dari wawancara dan kuisioner sekitar 10 ribu responden di 36 negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Responden tersebut adalah selevel chief executive officer (CEO) atau managing director di perusahaan skala menengah dari berbagai sektor usaha/industri.
Rencana pelaku bisnis meningkatkan investasi di Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan (R&D), serta teknologi sangat rendah di 2018. Berdasarkan survei global Grant Thornton bertajuk "Asia Pacific: Trading and Thriving", dilaporkan14 persen dari total responden yang menjawab akan meningkatkan investasinya di bidang R&D di Indonesia. Sedangkan di bidang teknologi hanya 4 persen responden.
Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan kawasan ASEAN yang berada di level 21 persen dan Asia Pasifik yang 39 persen di bidang R&D. Sedangkan bidang teknologi, ASEAN di level 27 persen dan Asia Pasifik 45 persen.
-
Siapa yang bertemu dengan Airlangga Hartarto saat membahas investasi di Indonesia? Delegasi kongres Amerika Serikat yang terdiri Jonathan Jackson, Young Kim, Andy Barr, dan Jasmine Crockett, bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta di Jakarta, Senin (28/8).
-
Bagaimana Jakarta mendorong investor untuk menanamkan modal di proyek-proyek potensial? Pemprov DKI Jakarta mengundang para investor untuk datang menjajaki berbagai proyek potensial yang dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) serta badan layanan umum daerah (BLUD).
-
Bagaimana cara Indonesia menarik investasi 'family office'? Dia harus datang kemari (Indonesia). Misalnya, dia taruh duitnya 10 atau 30 juta dolar AS, dia harus investasi berapa juta, dan kemudian dia juga harus memakai orang Indonesia untuk kerja di family office tadi. Jadi, itu nanti yang kita pajakin.
-
Siapa yang mendorong penerapan skema investasi 'family office' di Indonesia? Presiden Joko Widodo mengumpulkan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga negara untuk membahas potensi skema investasi 'family office' dalam rapat internal di Istana Negara Jakarta, Senin (1/7) lalu.
-
Kapan Bahlil memaparkan tentang investasi dan ekonomi? Menteri Investasi Bahlil Lahadalia memaparkan realisasi investasi dan pertumbuhan ekonomi dalam acara 'Trinegah Political and Economic Outlook 2024', Jakarta, Rabu (31/1).
-
Mengapa Presiden Jokowi mengajak investor Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia? Mengingat sejumlah indikator ekonomi di Indonesia menunjukkan capaian positif, antara lain pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5 persen, neraca dagang yang surplus 41 bulan berturut-turut, Purchasing Manager Index (PMI) berada di level ekspansi selama 25 bulan berturut-turut, dan bonus demografi.
Hasil survei tersebut berasal dari wawancara dan kuisioner sekitar 10 ribu responden di 36 negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Responden tersebut adalah selevel chief executive officer (CEO) atau managing director di perusahaan skala menengah dari berbagai sektor usaha/industri.
Head of Tax Grant Thornton Indonesia, Tommy David mengatakan, dengan kata lain pelaku bisnis lebih suka menambah investasinya di bidang R&D dan teknologi di negara lain ketimbang Indonesia. Atau bisa juga dibaca, intensitas investasi di kedua bidang tersebut sangat bisa ditingkatkan di Indonesia.
"Rendahnya rencana peningkatan investasi di R&D dan teknologi di Indonesia bisa disebabkan beberapa faktor. Antara lain investasi di bidang R&D membutuhkan investasi mahal, sementara perlindungan terhadap hasil penelitian di Indonesia masih kurang. Kedua, masih tingginya kasus pelanggaran hak atas hak atas kekayan intelektual (HKI) lewat pembajakan dan sebagainya," ungkap Tommy saat menyarikan hasil survei global tersebut di Jakarta, belum lama ini.
Menurut dia, jadi kondisi di Indonesia kurang kondusif untuk kedua bidang itu. Selain adanya persoalan kultur masyarakat Indonesia yang tidak biasa menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada, serta kurangnya fasilitas yang diberikan kepada para peneliti atau inovator di Indonesia sehingga mereka lebih suka bekerja di negara lain dari pada negara sendiri.
Namun, secara umum survei global Grant Thornton itu mengungkapkan pelaku bisnis di Indonesia sangat optimistis terhadap pergerakan ekonomi nasional pada 2018. Bahkan pelaku bisnis Indonesia memiliki level optimisme bisnis tertinggi di dunia, yakni 100 persen, dibandingkan level optimisme di Asia Pasifik yang mencapai level 58 persen.
Selain itu, optimisme terhadap adanya peningkatan penjualan juga diyakini oleh 72 persen pelaku bisnis di Indonesia. Ini juga lebih tinggi dari rata-rata pelaku bisnis di ASEAN yang hanya di level 58 persen dan Asia Pasifik 67 persen.
Ada tiga faktor pendukung utama yang membuat pelaku bisnis di Indonesia optimis terhadap kondisi ekonomi dan bisnis di2018. Ketiga faktor itu adalah peningkatan secara konsisten jumlah kelas menengah, peningkatan kerja sama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan pengembangan.
Optimisme Indonesia juga didorong kondisi kawasan di Asia Pasifik yang kondusif dalam sisi geopolitik dalam lima tahun ke depan. Serta adanya kebijakan perdagangan China lewat megaprogram "One Belt One Road" yang menganggarkan dana USD 5 triliun.
Baca juga:
Ikuti arahan Jokowi, Menteri Jonan cabut 32 aturan di ESDM
BKPM sebut regulasi buat investasi dan ekspor RI jauh tertinggal dari negara tetangga
Bos Kadin dukung keputusan Jokowi bandara diserahkan ke swasta
Bos BKPM sebut investasi RI didominasi swasta
Bos BKPM: Di periode Jokowi, Indonesia punya pengusaha terbanyak