Tantangan Realisasi Ekonomi Hijau di RI
President Direktor Indonesia Infrastructure Finance (IIF), Reynaldi Hermansjah membeberkan, sejumlah tantangan penerapan konsep ekonomi hijau atau green economy di Indonesia. Pertama, pemahaman masyarakat terhadap pentingnya ekonomi hijau.
President Direktor Indonesia Infrastructure Finance (IIF), Reynaldi Hermansjah membeberkan, sejumlah tantangan penerapan konsep ekonomi hijau atau green economy di Indonesia. Pertama, pemahaman masyarakat terhadap pentingnya ekonomi hijau.
"Bagaimana pemerintah berusaha menyebarkan pemahaman bagi konsep Green Economy. Kita harus sama-sama melakukan sosialisasi," kata Reynaldi, Jakarta, Rabu (23/2).
-
Dimana dialog nasional tentang ekonomi hijau dan rendah karbon diselenggarakan? “Perlu adanya langkah nyata dan pembangunan infrastruktur rendah karbon,” kaya Adnan saat membuka dialog nasional bertema Ekonomi Hijau Pembangunan Rendah Karbon di Pendapa Bupati Trenggalek, Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (8/6).
-
Kenapa Kabupaten Trenggalek dianggap penting untuk membahas isu ekonomi hijau dan rendah karbon? Kabupaten Trenggalek ini masih banyak hutan dan agroindustri tidak seperti kota, kalau kita pikir ngapain mikirin pembangunan rendah karbon?
-
Kenapa menurut Airlangga penerapan ekonomi hijau menjadi strategi penting? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh ke level 6,22 persen hingga tahun 2045 jika menerapkan ekonomi hijau. Tak hanya itu, penerapan ekonomi hijau juga bisa mengurangi emisi hingga 86 juta ton CO2-ekuivalen, dan menciptakan 4,4 juta lapangan kerja.
-
Bagaimana caranya agar iklim usaha di Indonesia bisa menjadi lebih baik di masa depan? Anggawira menuturkan, tantangan Indonesia ke depan dalam iklim usaha yaitu demografi. Menurutnya, demografi yang ada harus mendapatkan akselerasi yang cepat agar lapangan pekerjaan bisa lahir. Di satu sisi, lahirnya lapangan pekerjaan jika suasana dalam negeri kondusif, dan aman. "Sehingga investasi bisa masuk, ahli teknologi bisa masuk. Saya rasa hal-hal ini yang harus menjadi perhatian dan juga tantangan untuk pemerintahan ke depannya," ucapnya.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Mengapa Menko Perekonomian mendorong hilirisasi sebagai salah satu strategi pengembangan industri hijau? “Terdapat potensi kebutuhan produk hilirisasi SDA sebagai bahan baku utama produk-produk ramah lingkungan,” ungkap Airlangga Hartarto dalam pembukaan Indonesia Industrial Summit 2023 di Surakarta, Selasa (29/8).
Selanjutnya, kata Reynaldi adalah, bagaimana mengimplementasikan standar ekonomi hijau internasional di dalam kultur lokal. Hal ini memang tidak akan mudah, sebab akan memunculkan kehebohan di lingkungan masyarakat, sehingga perlu dilakukan secara bertahap.
"Pasti tidak bisa secara langsung, sehingga harus bertahap, masih adanya keterbatasan dari definisi green infrastruktur bahwa memang secara kasat mata untuk mengimplementasikan menyebabkan beban yang tinggi dibanding pembangunan infrastruktur yang biasa," katanya.
Sementara itu, bagi institusi pembiayaan perlu melakukan sosialisasi kepada developer. Di mana developer perlu diarahkan agar gencar melakukan konsep pembangunan ramah lingkungan dengan dampak yang akan dirasakan untuk jangka panjang.
"Mungkin tahap pembangunan akan lebih membutuhkan ketelitian, tetapi ini untuk jangka panjang," tandas Reynaldi.
Mengenal Istilah Ekonomi Hijau dalam Pembangunan Infrastruktur Indonesia
Istilah konsep Green Economy atau ekonomi hijau semakin sering dikampanyekan oleh berbagai pihak. Istilah ini dianggap penting karena bisa menyelamatkan bumi dari masifnya pembangunan proyek di berbagai belahan dunia.
Lalu apa itu Green Economy?
President Direktor Indonesia Infrastructure Finance, Reynaldi Hermansjah menjelaskan, secara rinci siklus gambaran Green Economy. Dia mengatakan, zaman dahulu pembangunan infrastruktur atau proyek hanya dikenal istilah investasi tradisional.
"Dulu kita mengawali investasi adalah tradisional investasi, itu hanya berbasis aspek resiko dan tingkat pengembalian yang didapatkan," kata Reynaldi dalam bincang-bincang diskusi online, Jakarta, Rabu (23/2).
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan kepedulian terhadap alam, pembangunan infrastruktur dan proyek mulai mempertimbangkan dampak yang akan dihasilkan. Setiap pembiayaan proyek kemudian harus berlandaskan kelestarian lingkungan.
"Kemudian konsep itu bergerak pada pembiayaan yang mulai mengurangi impact dari dampak tersebut. Misalnya pembangunan minihidro, membutuhkan area yang luas, bisa lebih ringkes. Kita juga mulai dorong pada produk yang sustainable dan ecofriendly," kata Reynaldi.
Dia menambahkan, pembangunan pembangkit listrik dari batubara misalnya, diupayakan memberikan dampak seminimal mungkin terhadap kelestarian lingkungan. Artinya, setiap pembangunan harus berdasar kepada sosial environment.
"Bahwa pembangunan proyek Green Economy mempertimbangkan social environment. Sehingga pemahaman kita secara keseluruhan baik manajemen, bisnis owner dan pihak yang terkait dengan proyek, kita punya sistem bagaimana menyiapkan proyek dari awal, kontruksi dan beroperasi," tandasnya.
(mdk/bim)