Terbesar di Indonesia, Produksi Minyak Banyu Urip Cepu Tembus 210.000 Barel per Hari
Dengan produksi sebesar itu, maka Blok Cepu menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia dan menyumbangkan pendapatan kepada negara sekitar USD 45 miliar pada harga minyak USD 70 per barel selama jangka waktu kontrak kerja sama.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengapresiasi produksi minyak Lapangan Banyu Urip Blok Cepu pada 2020 yang mencapai 210.000 barel per hari (MBOPD) atau setara 30 persen produksi minyak nasional.
Dengan produksi sebesar itu, maka Blok Cepu menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia dan menyumbangkan pendapatan kepada negara sekitar USD 45 miliar pada harga minyak USD 70 per barel selama jangka waktu kontrak kerja sama.
-
Bagaimana proses pembuatan Minyak Inti Sawit? Proses produksi minyak inti sawit melibatkan beberapa tahap, mulai dari panen hingga pemurnian minyak. Berikut adalah tahapan utama dalam proses produksinya: 1. Panen Buah Kelapa Sawit. Buah kelapa sawit dipanen dari tandannya saat sudah matang. Tandan buah segar (TBS) kemudian dibawa ke pabrik untuk diproses lebih lanjut. 2. Sterilisasi. Tandan buah segar disterilkan dengan uap untuk mempermudah pemisahan buah dari tandannya dan untuk mencegah fermentasi. 3. Pemipilan Buah. Buah kelapa sawit dipisahkan dari tandannya dengan mesin pemipil. 4. Penghancuran. Buah yang telah dipisahkan dari tandannya dihancurkan untuk memecah daging buah dan memisahkan bijinya. 5. Ekstraksi Minyak Inti. Terdiri dari tiga tahapan yakni;- Pengeringan Biji: Biji kelapa sawit dikeringkan untuk mengurangi kadar air, sehingga mempermudah proses ekstraksi minyak.- Pengempaan: Biji yang telah dikeringkan kemudian dipecah untuk mengeluarkan inti biji sawit.- Pengepresan: Inti biji sawit kemudian dipres untuk mengekstrak minyak. Proses ini menghasilkan minyak inti sawit mentah. 6. Pemurnian. Terdiri dari;- Degumming: Minyak mentah dicampur dengan air panas untuk menghilangkan getah dan lendir.- Netralisasi: Minyak dirawat dengan alkali untuk menghilangkan asam lemak bebas.- Bleaching: Minyak diputihkan dengan menggunakan tanah pemutih untuk menghilangkan warna dan kotoran.- Deodorisasi: Minyak dipanaskan pada suhu tinggi dalam kondisi vakum untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan. 7. Pengemasan dan Penyimpanan. Minyak inti sawit yang telah dimurnikan kemudian dikemas dan disimpan untuk didistribusikan ke berbagai industri.
-
Kapan Jokowi meresmikan pabrik minyak makan merah? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Pabrik Percontohan Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (14/3).
-
Dimana desa yang menjadi pusat industri kompor minyak tanah di Indonesia? Bahkan, Desa Taman Harjo, Singosari, Malang, Jawa Timur, dikenal sebagai pusat industri kecil kompor dengan bahan bakar minyak tanah.
-
Kenapa Jokowi membangun pabrik minyak makan merah? Untuk itu, Jokowi membangun pabrik minyak makan merah agar dapat memberikan nilai tambah untuk petani dalam negeri. "Kita bangun pabrik minyak makan merah ini yang pertama kali dan ini kita harapkan memberikan dapat memberi nilai tambah yang baik bagi petani sawit, utamanya yang sudah dalam bentuk koperasi," jelasnya.
-
Kapan produksi minyak rambut alami mengalami penurunan? Usia Juga Menentukan Produksi minyak alami rambut akan mengalami penurunan atau berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
-
Bagaimana proses terbentuknya minyak bumi? Akhirnya, setelah jutaan tahun berada dalam lingkungan yang bertekanan tinggi dan rendah oksigen, ganggang dan plankton mengalami perubahan wujud menjadi cairan minyak hitam yang lengket.
"Capaian produksi minyak Lapangan Banyu Urip merupakan prestasi yang membanggakan yang bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 20 persen dengan fasilitas yang ada dan bisa dilakukan dengan aman," ujar Menteri Arifin saat melakukan kunjungan kerja ke Lapangan Minyak Banyu Urip Blok Cepu dan Gas Processing Facility (GPF) Jambaran Tiung Biru, Bojonegoro, Jatim, dikutip dari Antara, Kamis (22/4).
Produksi awal lapangan Banyu Urip dimulai pada Desember 2008 melalui fasilitas awal dengan kapasitas 20 MBOPD pada Agustus 2009. Melalui inovasi dan keunggulan dari manajemen proyek, produksi meningkat menjadi 80 MBOPD pada saat dimulainya start-up pada 2015.
Pada produksi puncak, Banyu Urip memproduksi 165 MBOPD dan terus berkembang hingga mencapai 235 MBOPD dengan tetap mempertahankan operasi yang aman dan andal sehingga menempatkannya menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia.
Biaya pengembangan Blok Cepu terbilang murah, yaitu USD 4,5 per barel, jika dibandingkan rata-rata industri USD 15 per barel. Sedangkan, biaya produksi USD 2,9 per barel pada 2019 dan USD 1,9 barel pada 2020, termasuk salah satu biaya terendah di Indonesia.
Fasilitas Lapangan Banyu Urip saat ini meliputi tiga wellpad dengan 29 sumur produksi dan 16 sumur injeksi, serta 1 sumur produksi di Lapangan Kedung Keris terhubung ke wellpad.
Lapangan Banyu Urip merupakan pengembangan pertama di dalam wilayah kerja Blok Cepu dengan penemuan cadangan minyak mentah sebanyak 450 juta barel yang diumumkan pada April 2001 dan saat ini estimated ultimate recovery (EUR) Banyu Urip sudah melebihi dua kali lipat dari POD original dari 450 MBO menjadi 940 MBO.
Kontrak Kerja Sama (KKS) Cepu ditandatangani pada 17 September 2005, mencakup wilayah kontrak Cepu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pembagian Saham
ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Ampolex Cepu Pte Ltd., PT Pertamina EP Cepu, dan empat badan usaha milik daerah yakni PT Sarana Patra Hulu Cepu (Jawa Tengah), PT Asri Dharma Sejahtera (Bojonegoro), PT Blora Patragas Hulu (Blora) dan PT Petrogas Jatim Utama Cendana (Jawa Timur) yang tergabung menjadi kontraktor di bawah KKS Cepu.
ExxonMobil memegang 45 persen dari total saham partisipasi Blok Cepu, sisanya PEPC 45 persen dan BUMD 10 persen. KKS Cepu ini akan berlanjut hingga 2035.
Sebuah perjanjian operasi bersama atau joint operating agreement (JOA) telah ditandatangani oleh pihak-pihak kontraktor, dengan ExxonMobil berperan sebagai operator dari KKS Cepu mewakili para kontraktor.
Selain mengapresiasi produksi Lapangan Banyu Urip Blok Cepu, Menteri Arifin juga menjelaskan keterlambatan target penyelesaian Proyek Gas Processing Facility (GPF) Jambaran Tiung Biru (JTB) yang diakibatkan pandemi Covid-19.
"Karena Covid, proyek JTB ada keterlambatan dan kita sudah minta kepada pihak manajemen untuk bisa mengejar kembali keterlambatan yang ada sehingga dapat menghasilkan gas pada akhir tahun," jelas Arifin.
(mdk/idr)