Terungkap Alasan Perusahaan India Berani Rogoh Rp 56 T untuk Bandara Kualanamu
GMR Airports International selaku operator kebandaraan asal India mencium potensi besar penerbangan travel di Indonesia. Potensi ini diperkuat dengan adanya program 10 Bali Baru atau Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tengah digarap Pemerintah RI.
GMR Airports International selaku operator kebandaraan asal India mencium potensi besar penerbangan travel di Indonesia. Potensi ini diperkuat dengan adanya program 10 Bali Baru atau Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tengah digarap Pemerintah RI.
"Indonesia punya potensi pariwisata yang sudah dikenal luas. Sekitar 1-2 tahun lalu kita mendengar Pemerintah RI ingin membuat program 10 Bali baru. Satu Bali tidak cukup, jadi 10 Bali baru akan hadir," ujar CEO GMR International Puvan Sripathy di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, dikutip Sabtu (1/1).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Kapan bandara Lolak diresmikan? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
-
Di mana banjir bandang ini terjadi? Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi meminta bantuan dana Rp1,5 triliun untuk penanganan bencana alam banjir bandang di daerahnya.
-
Siapa yang kuliah di Bandung? Baik Kika maupun Jema tengah menjalani studi di Bandung, Jawa Barat.
-
Bagaimana bandara Lolak diresmikan? Peresmian ini ditandai dengan pendaratan perdana pesawat tipe DHC-6 Twin Otter maskapai SAM Air sekitar pukul 15.52 WITA.
-
Apa yang menjadi sisa kejayaan lalu lintas kereta api di Bandung? Konon, rel ini menggambarkan sisa kejayaan lalu lintas kereta api rute Bandung Kota hingga Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Melihat peluang ini, GMR Group segera membentuk perusahaan patungan dengan Aeroports de Paris Group (ADP) asal Perancis bernama GMR Airports Consortium.
Konsorsium ini sudah menguasai 49 persen pemilikan saham Bandara International Kualanamu, yang diproyeksikan bakal jadi hub di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
"Jadi waktunya sudah tepat, lokasinya tepat, korporasinya sudah tepat, sehingga kita pikir ini waktu yang tepat untuk melakukannya," kata Sripathy.
Secara lokasi, Bandara Kualanamu juga dinilai cocok sebagai titik penghubung antara India dan Indonesia, dengan waktu penerbangan sekitar 5-6 jam. Selain itu, permintaan pasar untuk penerbangan di kedua negara juga tinggi.
"Jadi potensi dari Kualanamu terbuka untuk semua orang karena lokasinya. Ini jadi titik pusat dari Sumatera, dan secara geografis berada di tengah Asia Besar," ungkap Sripathy.
Oleh karenanya, GMR Airports Consortium tak ragu menjalin kontrak dengan PT Angkasa Pura II (Persero), dengan komitmen investasi Rp 56 triliun dalam 25 tahun untuk mengembangkan Bandara Kualanamu.
"Untuk itu kami datang untuk ikut mengembangkan meski tantangannya cukup besar. Jika kita bisa mengatasinya, itu akan membuka banyak kesempatan untuk penerbangan travel dan bisnis," tutur Sripathy.
Bandara Kualanamu Dikelola Perusahaan India, Apa Keuntungan untuk Indonesia?
Perusahaan asal India GMR Airports terpilih sebagai mitra strategis pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara. Pengembangan dilakukan dengan skema kemitraan strategis berjangka waktu 25 tahun dengan nilai kerja sama sekitar USD6 miliar, termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp15 triliun.
Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga memastikan, bahwa banyak keuntungan didapatkan Angkasa Pura II dengan dikelolanya Bandara Kualanamu oleh GMR Airport. Pertama Perseroan akan mendapatkan mendapatkan dana sebesar Rp1,58 triliun dari GMR.
Kemudian keuntungan kedua akan ada pembangunan dan pengembangan Kualanamu sebesar Rp56 triliun. Adapun tahap pertama akan diberikan perusahaan asal India itu sebesar Rp3 triliun.
"Ini namanya AP tidak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp58 triliun untuk pengembangan Kualanamu tapi ditanggung oleh partnernya," kata Arya di Jakarta, Jumat (26/11).
Arya menambahkan, dana sebesar Rp1,58 triliun diberikan GMR Airport bisa dipakai oleh AP II untuk pengembangan dan pembangunan bandara baru di Indonesia. "Ini namanya memberdayakan aset tanpa kehilangan aset, bahkan asetnya membesar berkali-kali lipat," terang Arya.
Di samping itu, Arya juga meluruskan bahwa pengelolaan ini tidak ada kaitannya dengan penjualan aset. Dia memastikan aset Bandara Kualanamu tetap milik AP II bukan dijual kepada GMR Airport.
"Jadi keliru kalau mengatakan terjadi penjualan aset," tegas Arya.
Sebagai informasi, skema kemitraan strategis ini akan menggabungkan sumber daya yang dimiliki AP II dan mitra strategis. Sehingga dapat mengakselerasi pengembangan Bandara Internasional Kualanamu untuk menjadi hub dan pintu gerbang utama internasional serta kawasan bisnis di wilayah barat Indonesia.
AP II tetap menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi. Sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.
Sebelummya, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, bahwa kemitraan strategis antara AP II dan mitra global akan mempercepat pengembangan dan peningkatan daya saing Bandara Internasional Kualanamu di ASEAN, sejalan dengan tujuan Bandara Internasional Kualanamu menjadi hub internasional.
Kemitraan strategis antara AP II dan mitra global dapat memperkuat struktur permodalan serta memperkuat penerapan best practice global dalam pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu. Adapun aset yang ada saat ini, serta hasil pengembangan aset kedepannya atas kerjasama ini akan sepenuhnya dimiliki 100 persen oleh AP II.
"Keberhasilan dalam kerjasama ini menjadi signaling positif untuk iklim investasi indonesia khususnya pada sektor transportasi udara. Selain itu diharapkan dengan terlaksananya kerjasama ini, dapat membuka jalan bagi Foreign Direct Investment (FDI) lainnya masuk ke Indonesia," ujar Tiko sapaan akrabnya.
Reporter: Maulandy Rizki Bayu Kencana
Sumber: Liputan6