The Fed Tahan Suku Bunga, Para Investor Indonesia Harus Apa?
Rupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Rupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
The Fed Tahan Suku Bunga, Para Investor Indonesia Harus Apa?
Octa Broker Financial Market Analyst, Kar Yong Ang menilai, pengetatan kebijakan The Fed menempatkan investor dalam mode risk-off.
Ini memungkinkan sentimen negatif akan tetap berada pada level taktis hingga setengah tahun ke depan.
- Kurs Rupiah Ambruk Nyaris Sentuh Rp16.000 per USD, Ternyata Ini Pemicunya
- The Fed Diprediksi Bakal Pangkas Suku Bunga, Begini Dampaknya ke Pasar Kripto
- Prediksi Bank Indonesia: The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lebih Besar Hingga Akhir Tahun
- Bank Indonesia Prediksi Suku Bunga The Fed Bakal Turun 3 Kali di Tahun 2024
Kar Yong An mengatakan, karena suku bunga yang terus tinggi, investor lebih cenderung memilih instrumen di pasar pendapatan tetap. Seperti obligasi korporasi dan pemerintah.
“Hal ini menunjukkan tren penurunan di pasar ekuitas publik dan penguatan dolar AS untuk setengah tahun ke depan,” jelas Kar Yong Ang.
Sebelumnya, The Fed mengumumkan bahwa mereka mempertahankan suku bunga stabil di 5,25% hingga 5,5% yang mempengaruhi arus global ekonomi dunia.
Salah satunya pasar nilai tukar yang ikut terjerembab merespon kondisi fiskal ini.
Khususnya Indonesia, Kar Yong Ang melihat pelemahan nilai tukar rupiah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.Dampak eksternal ini tentu membuat rupiah Indonesia berada di bawah tekanan.
“Secara global, kita berada pada tahap akhir siklus bisnis, yang ditandai dengan jeda pengetatan moneter dan transisi menuju pelonggaran moneter. Investor harus membangun strategi mereka dengan mempertimbangkan hal ini,” ujar dia.
Kar Yong Ang menambahkan, posisi ketidakpastian masih akan meningkat dalam enam bulan ke depan, dengan kecenderungan dolar AS menguat dan rupiah diprediksi tetap melemah.
Namun, Kar Yong Ang memproyeksikan munculnya siklus bisnis baru setelah menurunnya tingkat ketidakpastian perekonomian global.
“Kemungkinan kebijakan moneter yang lebih melunak dan melemahnya dolar AS. Tapi dari sana, nilai mata uang lokal bisa diantisipasi pulih,” terangnya.