Tips sukses bisnis makanan dari pakar waralaba
Semakin banyaknya pelaku usaha di bidang franchise makanan, tentu saja persaingan menjadi ketat. Tak jarang, banyak pelanggan cepat berpindah ke franchise baru. Selain banyaknya saingan, kendala bisnis makanan juga terdapat pada selera konsumen yang berubah-ubah.
Berbisnis makanan dengan konsep waralaba dinilai susah-susah gampang. Meski memiliki tingkat permintaan tinggi, pengusaha tetap dituntut berinovasi demi menjaga ketertarikan pembeli.
Konsultan Waralaba yang juga pengurus Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Bije Widjajanto, mengungkapkan semakin banyaknya pelaku usaha di bidang franchise makanan, tentu saja persaingan menjadi ketat. Tak jarang, banyak pelanggan cepat berpindah ke franchise baru.
-
Kapan tips ini dibagikan? Ingin tahu caranya? Simak penjelasan lengkapnya yang disajikan pada Jumat (7/6/2024) berikut ini.
-
Bagaimana Budi Harta Winata bisa sukses dalam membangun bisnisnya? Budi mengawali dengan memiliki 2 karyawan. Pekerjaannya mulai dari memasang kanopi. Usaha las keliling Budi berkembang sampai akhirnya Budi memiliki workshop 20.000 m2.
-
Bagaimana cara memulai bisnis sampingan agar sukses? Untuk berhasil memulai bisnis sampingan, langkah pertama adalah memulai dari hal yang diminati.
-
Bagaimana Wina memulai bisnis cirengnya? Sebelum kerja di PT, pabrik permen,” kata Wina mengutip Youtub Zayn YR, Kamis (4/7). Bermula dari Hobi Masak Diungkap Wina, setelah keluar dari pabrik Ia langsung terinspirasi untuk membuka usaha sendiri di rumah. Ketika itu, usahanya masih ia rintis dari bawah dan belum memakai gerobak.
-
Bagaimana cara agar mendapatkan keberuntungan? Beruntung adalah salah satu faktor yang juga ikut menentukan jika seseorang telah berusaha sekuat tenaga dan menyerahkan hasil dari usahanya kepada takdir.
-
Bagaimana Aqila berbisnis? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
Selain banyaknya saingan, kendala bisnis makanan juga terdapat pada selera konsumen yang berubah-ubah. "Biasanya makanan itu, pelanggan cepat bosan. Harus baru tapi hari. Sebetulnya itu adalah kesalahan fokus saja menurut saya. Karena kalau kita lihat itu KFC dan McD itu dari dulu, sekian puluh tahun lalu, cuma gitu doang makanannya," kata Bije kepada merdeka.com di Jakarta.
Berkaca pada fenomena Hooters, Bije menyarankan selain menyuguhkan keunikan, cita rasa dari sebuah makanan tidak boleh dihilangkan. Artinya, makanan tersebut harus bisa membuat orang ingin kembali datang untuk membeli.
Faktanya, saat ini, banyak usaha yang menyuguhkan keunikan, namun hanya bisa menjaring konsumen untuk sesaat. Usai mencoba sekali karena rasa penasaran, konsumen pun tidak pernah kembali lagi.
"Beberapa waktu yang lalu itu ada orang yang jualan es krim puding itu yang kemudian dibuat penyajiannya itu sangat menarik untuk difoto, tetapi memang orang pada bilang bagus untuk foto Instagram. Berapa kali kira-kira mereka datang? Satu kali dua kali saja. Orang beli keunikan atau gambar bentuk-bentuk itu kalau kemudian pada saat itu es krimnya dirasa tidak enak, orang bakal kesitu lagi tidak?" kata Bije.
Agar bisa tetap bertahan dalam dunia bisnis franchise makanan, Bije menyarankan agar para pelaku bisnis bisa menonjolkan ciri khas mereka.
"Jadi mereka harus mengetahui sebetulnya value yang dijual itu apa? Restoran itu sebenarnya tidak hanya menjual makanan, yang harus ditentukan dia harus cari yang dijual itu sebetulnya apa? Starbucks itu memang jualan kopi tapi sebenarnya yang dijual itu adalah tempat dan gengsi," kata Bije.
Selain itu, dari segi tempat, Bije berpendapat pelaku usaha mesti membuatnya multifungsi. Dalam arti, selain tempat makan, bisa juga digunakan untuk merayakan pesta ulang tahun atau pertemuan bisnis.
"Yang mereka jual hal-hal yang seperti itu. McDonald misalnya mereka selain makanan cepat saji juga tempat anak-anak mau ulang tahun atau keluarga mau makan siang meskipun orang tua tidak suka makan burger tetapi karena punya anak kecil, dibawa ke situ akhirnya apa? Mereka terpaksa ikut beli ayam, beli burger dan makan di situ," terangnya.
Tempat juga merupakan hal paling penting selain produk. Jika tempatnya tidak menarik tidak akan membuat konsumen nyaman untuk datang kembali.
"Ngapain capek-capek datang kalau pake ojek online saja sudah bisa order, sudah dapat makan di rumah. Orang datang ke restoran tentu selain makan makanan, juga harus ada kegiatan, ada kepuasan tempat. Nah itu yang mestinya harus di maintenance yang harus disediakan dan disasarkan pada pasar," imbuhnya.
Baca juga:
Benarkan kebijakan Jokowi buat daya beli masyarakat RI turun?
Kondisi mengenaskan industri ritel, laba anjlok hingga gulung tikar
Jokowi diminta evaluasi aturan buat daya beli masyarakat turun
Sudah tutup, 7-Eleven nunggak utang Rp 240 miliar ke Bank Mandiri
5 Dampak mengejutkan hadirnya belanja online, termasuk PHK massal
Belanja online picu PHK ribuan pekerja ritel
5 Fakta baru tutupnya 7-Eleven dan berubah jadi toko alat kesehatan