Wapres JK beberkan penyebab RI tumbuh di tengah pelemahan global
Wakil Presiden, Jusuf Kalla membeberkan penyebab Indonesia masih bisa bertahan di tengan pelemahan ekonomi global. Padahal, menurut JK saat ini dunia kurang senyum karena ada fenomena di berbagai negara seperti terpilihnya Donald Trump jadi presiden AS, fenomena Brexit dan lain sebagainya.
Wakil Presiden, Jusuf Kalla membeberkan penyebab Indonesia masih bisa bertahan di tengan pelemahan ekonomi global. Padahal, menurut JK saat ini dunia kurang senyum karena ada fenomena di berbagai negara seperti terpilihnya Donald Trump jadi presiden AS, fenomena Brexit dan lain sebagainya.
"Kita lalui dengan baik walaupun banyak persoalan. Memang kita masih kelas menengah, tidak tinggi dan juga tidak terlalu rendah," kata JK dalam acara pertemuan tahunan pelaku industri keuangan di Hotel Fairmont, Jakarta, Jumat (13/1).
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai harga alutsista bekas yang dibeli pemerintah? "Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini 'kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat, pesawat yang umurnya 25 tahun," kata JK. Ketika orang ingin membeli pesawat, yang diukur ada dua yaitu umur dan jam terbangnya. Khusus umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
-
Apa yang dikritik oleh Jusuf Kalla terkait hukuman pidana dalam kesalahan strategi bisnis? Pasalnya, ada berbagai faktor yang menentukan kerugian dalam korporasi, bukan hanya semata-mata kesalahan strategi. "Direksi boleh mengambil keputusan karena korporasi ada tiga bagian, yakni direksi, komisaris dan pemegang saham. Sepanjang direksi diketahui dan disetujui oleh dua organ lainnya maka itu bukan pidana jika melihat dari sisi hukum korporasi atau perseroan terbatas," kata Dosen Hukum Universitas Indonesia Fully Handayani Ridwan dalam keterangannya, Rabu (22/5).
-
Siapa yang Jusuf Kalla kritik terkait hukuman pidana dalam kesalahan strategi bisnis? Pasalnya, ada berbagai faktor yang menentukan kerugian dalam korporasi, bukan hanya semata-mata kesalahan strategi. "Direksi boleh mengambil keputusan karena korporasi ada tiga bagian, yakni direksi, komisaris dan pemegang saham. Sepanjang direksi diketahui dan disetujui oleh dua organ lainnya maka itu bukan pidana jika melihat dari sisi hukum korporasi atau perseroan terbatas," kata Dosen Hukum Universitas Indonesia Fully Handayani Ridwan dalam keterangannya, Rabu (22/5).
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai dampak dari hukuman terhadap BUMN yang rugi? Kalau suatu kebijakan bisnis, langkah bisnis rugi cuma dua kemungkinannya, dia untung, dan rugi. Kalau semua perusahaan rugi, maka seluruh BUMN karya harus dihukum, ini bahayanya, kalau satu perusahaan rugi harus dihukum, maka semua perusahaan negara harus dihukum, dan itu akan menghancurkan sistem," ujar JK.
Menurut JK, Indonesia bisa bertahan dibanding negara lain karena baiknya sumber pendanaan pembiayaan dalam negeri serta konsumen yang juga baik.
"Indonesia bertahan karena bisa survive dari dalam," kata JK.
Meski demikian, JK mengakui posisi Indonesia saat ini masih berada di bawah Thailand. Semua pihak harus bekerja keras untuk melewati level ini.
"Kita masih di bawah Thailand, dan kita harus punya upaya lebih baik, meningkatkan darindalam dengan inovasi dan usaha lebih baik," tegas JK.
JK mengingatkan peran lembaha keuangan memberikan kekuatan dalam negeri. "Perbankan harus jadi agen pembangunan, disamping jadi penyimpam kekayaan negara."
Baca juga:
Wapres JK: Makin banyak bank makin menyusahkan
Wapres JK ingat krisis 98, perbankan tak diurus rusak sendi bangsa
Wapres JK: Bank jangan lagi cari untung dari bunga tinggi
Wapres JK: Bank jangan beri kredit untuk spekulasi tanah
Bos OJK: Jika AS benar batasi produk China, kita punya kesempatan
Depan Wapres JK, bos OJK pamer ekonomi RI tangguh di 2016
Jokowi beri 9 juta hektar lahan secara gratis ke masyarakat