YLKI: Tarif ojek online Rp 4.000 per Km tak masuk akal, lebih mahal dari taksi
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan, selama ini ojek tidak dianggap sebagai moda angkutan umum. Dengan demikian diharapkan mengenai skema pentarifan harus lebih rasional.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai usulan para driver atau pengemudi ojek online soal tarif Rp 4.000 per Km tak masuk akal. Bahkan tarif itu dinilai lebih mahal dari tarif taksi yang saat ini Rp 3.500 per km.
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan, selama ini ojek tidak dianggap sebagai moda angkutan umum. Dengan demikian diharapkan mengenai skema pentarifan harus lebih rasional.
-
Siapa yang menggunakan layanan transportasi online di Indonesia? Berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain & Company pada 2022, layanan transportasi online digunakan oleh 80 persen populasi Indonesia.
-
Kapan layanan transportasi online mulai marak di Indonesia? Layanan transportasi online mulai marak di Indonesia sekitar tahun 2014-2015.
-
Apa contoh kecanggihan AI di bidang transportasi online? Aplikasi Transportasi Online Aplikasi transportasi online menggunakan teknologi AI untuk melakukan hal yang sangat kompleks yaitu menganalisis lalu lintas, memprediksi waktu tempuh, dan menemukan rute tercepat.
-
Mengapa transportasi online bisa menjadi pilihan yang lebih hemat? Banyak penyedia transportasi online yang menawarkan promo dan ada pula promo ketika Anda menggunakan metode pembayaran tertentu. Dengan tarif yang lebih murah, Anda pun bisa berhemat dan uangnya bisa digunakan untuk keperluan yang lain.
-
Kenapa pelaku membunuh driver taksi online? "Saya tulang punggung keluarga, setelah bapak dipenjara tersangkut kasus pidana ganjal ATM di Yogya. Ibu juga bingung minta saya untuk biayai kuliah adik yang di Bandung," kata Baaghastian.
-
Kenapa Gojek menyediakan layanan motor listrik? Program bergabung sebagai mitra pengemudi Gojek, GoRide Electric bertujuan mendukung penggunaan motor ramah lingkungan. Selain itu, juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
"Kalau tarif Rp 4.000 per km itu jelas ngawur, tidak masuk akal, itu lebih tinggi dari tarif taksi yang argonya Rp 3.500 per km," kata Tulus di Hotel Milenium, Jakarta, Selasa (24/4).
Tulus menyadari memang tingginya tarif permintaan para driver tersebut dikarenakan pendapatan driver harus dipotong sekitar 20 persen untuk aplikator. Untuk itu, dia mengusulkan agar potongan aplikatornya yang seharusnya dikurangi.
"Kurangi saja itu potongannya, perusahaan aplikator itu untungnya sudah besar sekali lho, jangan salah," tambah dia.
Tulus berpesan, dalam penentuan skema tarif ini harus mempertimbangkan daya beli masyarkat sebagai konsumennya. Tak hanya itu, demi mencegah adanya monopoli, penentuan tarif baik Grab atau Go Jek harus melibatkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Reporter: Ilyas Istianur Praditya
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Said Iqbal ingin ojek online masuk dalam UU Lalu Lintas
Bocah Sydney bertualang naik Go-Jek di Bali, bolos sekolah dan tak izin ortu
Go-jek bakal ekspansi ke Filipina?
Tuntut kesejahteraan, sopir taksi online geruduk kantor Grab
Tuntut kenaikan tarif, 500 sopir taksi online geruduk kantor pengelola