Profil
Donny Budi Utoyo
Ketika fenomena obrolan daring (online chatting) melanda Indonesia di akhir tahun 1990an, Donny Budi Utoyo mengalami sendiri kecanduan internet. Menghabiskan sebagian besar waktunya di dunia maya , menyisihkan hanya beberapa jam untuk tidur dan semakin menarik diri dari kehidupan sosial yang sesungguhnya membuat Donny menyadari betapa kita harus mempersiapkan diri dalam menghadapi akibat negatif penggunaan internet untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Belajar dari pengalaman masa lalunya dan dengan visi masa depan yang positif dan sehat bagi pengguna internet di Indonesia, pada tahun 2002, Donny mendirikan Asosiasi Kemitraan Informasi dan Teknologi Komunikasi Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan nama ICT Watch, bersama sekelompok orang muda yang berbagi kepedulian yang sama terhadap arus informasi dan teknologi komunikasi di Indonesia.
Pria kelahiran Yogyakarta, 16 November 1974 ini tumbuh di keluarga yang disiplin dan sederhana. Donny menghabiskan masa kecilnya berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mengikuti tugas sang ayah yang adalah seorang komandan angkatan udara. Ia belajar caranya berinteraksi yang baik dengan orang-orang dengan memperhatikan cara ayahnya berbincang dengan pelbagai tentara, terlepas dari status kepangkatan mereka.
Tertarik sedari kecil dengan teknologi dan komunikasi, Donny memulai eksplorasinya sejak orang tuanya membelikan dia mesin tik ketika duduk di sekolah menengah pertama dan akhirnya bertemu dengan komputer dan internet di masa SMA. Keinginannya untuk menjadi pilot seperti sang ayah membuat Donny mencoba ujian masuk ke sekolah militer. Kegagalannya di tes psikologi lalu membuat Donny banting setir dengan mengambil jurusan Teknik Komputer di Universitas Gunadharma.
Melalui kerja sampingannya sebagai reporter di portal berita detik.com, Donny berkenalan dengan pelbagai orang penggila teknologi mulai dari para narasumber terpercaya hingga kepada peretas yang tersembunyi. Keingintahuannya mengenai jejaring sosial melalui internet membuatnya memilih jurusan Manajemen Komunikasi untuk studi paska sarjananya.
Dari sini pria yang akrab dengan panggilan Donny BU ini belajar bagaimana jejaring sosial berkembang di Indonesia, bagaimana pengguna internet berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan lainnya dan bagaimana para blogger membuat grup mereka.
Direktur Eksekutif ICT Watch ini berkomitmen penuh mengenai kebebasan informasi dan sangat menyadari ancaman yang menimpa hukum kebebasan berekspresi di Indonesia karena itu bersama dengan ICT ia menciptakan program Internet Sehat. Melalui program ini Donny berjuang untuk menunjukkan pada pemerintah bahwa masyarakat dapat bertanggung jawab atas aktifitas online mereka.
Bersama dengan ICT Watch Donny mengembangkan aplikasi perangkat lunak “Internet Sehat” yang berfungsi sebagai penyaring sehingga menciptakan peramban yang aman untuk anak-anak.
Program Internet Sehat mempromosikan penggunaan internet yang bertanggung jawab dengan melibatkan ribuan guru, orangtua dan murid untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan online mereka melalui pelbagai pelatihan dan worshop yang diselenggarakan dengan bekerja bersama pihak sekolah atau diadakan secara terbuka di pelbagai tempat umum.
Program ini mempersiapkan berjuta-juta warga negara untuk menjadi pengguna yang bertanggung jawab mengenai informasi-informasi yang tersedia online sehingga pada akhirnya tidak diperlukan peraturan pemerintah yang hanya akan mengurangi kebebasan berekspresi di dunia maya.
Donny menerima penghargaan “Fellow of Social Entrepreneur” dari Ashoka Foundation, Washington D. C. pada tahun 2010 atas dedikasinya ini. Donny juga giat memberi mata kuliah untuk bidang-bidang e-Business, Digital Media, Cyber Journalism dan Media Technology Development di sejumlah perguruan tinggi seperti Universitas Bina Nusantara, Universitas Pelita Universitas Pelita Harapan, Universitas Paramadina, dll.
Menurut data dari Internet World Stat, Indonesia memiliki jumlah pengguna internet terbesar di kawasan Asia Tenggara dan menduduki peringkat 8 di dunia.
Riset dan Analisa oleh Ratri Adityarani