Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menguak misi intelijen barat di Timur Tengah

Menguak misi intelijen barat di Timur Tengah demo anti-assad hizbut tahrir di tripoli libanon arpil 2011. ©globalresearch

Merdeka.com - Semua bermula dari pernyataan mantan Panglima NATO Jenderal Wesley Clark dalam wawancara dengan Democracy Now pada 2007 tentang rencana ambisius pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden George W Bush terhadap sejumlah negara Timur Tengah.

Pada saat itu, kata Clark, sekitar sepuluh hari setelah peristiwa serangan 11 September 2001 di New York, dia menemui Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld di Pentagon. Waktu itu seorang pejabat militer mengatakan kepada dia, Kementerian Pertahanan punya rencana terhadap Timur Tengah.

"Ini adalah memo yang menjelaskan tentang bagaimana kita (AS) akan menggulingkan tujuh negara dalam lima tahun, dimulai dari Irak, lalu Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan akhirnya Iran," kata Clark menirukan si pejabat.

Dengan pernyataan Clark itu bisa diketahui, AS sesungguhnya sudah merencanakan penggulingan sejumlah rezim Timur Tengah jauh sebelum apa yang orang kenal sekarang dengan istilah "Musim Semi Arab" atau gelombang unjuk rasa yang berujung jatuhnya rezim di sejumlah negara Arab Timur Tengah.

wesley clark

wesley clark ©New York Times

Seperti diketahui, pada 2003 AS kemudian menyerang Irak dengan dalih Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal, meski kemudian tidak terbukti. AS lalu menempatkan pemimpin dan pemerintahan boneka di Irak dan mengeruk minyak Irak lewat kerja sama kontrak dengan sejumlah perusahaan.

Apa yang terjadi kemudian di Sudan dan Libya tidak jauh berbeda. Dengan dalih yang dibuat-buat dan dengan propaganda lewat media arus utama Barat, AS mendapat kesempatan untuk kemudian menyerang rezim dan menggulingkannya demi menguasai minyak.

Apa yang terjadi di Suriah saat ini, dengan konflik yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda berakhir sejak meletus pada Maret 2011, tidak lepas dari campur tangan AS yang ternyata sudah merencanakan penggulingan rezim Suriah sejak 2001.

Dikutip dari laman Global Research, Boris Dolgov, anggota Akademi Sains Rusia dan Institut Studi Oriental di Moskow, yang mengunjungi Suriah pada 2011, mengatakan Suriah sudah menjadi target serangan kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) sejak Desember 2011, organisasi yang sama didanai NATO di Libya untuk menjatuhkan rezim Qadafi.

Menurut penulis dan profesor ekonomi Michel Chossudovsky yang menulis artikel di laman Global Research, IM dan Hizbut Tahrir termasuk dua organisasi yang ikut terlibat dalam unjuk rasa di Suriah pada Maret 2011 yang kemudian berkembang menjadi konflik hingga sekarang. Tak hanya itu Chossudovsky juga menyebut HT pernah bekerja sama dengan intelijen Inggris MI6, seperti dilansir Global Research, Mei 2011.

Suriah adalah negara Arab sekuler di mana penduduknya yang muslim dan Kristen sudah hidup damai berdampingan selama berabad-abad. HT punya tujuan membangun negara kekhalifahan Islam dan di Suriah organisasi ini bermaksud menjatuhkan rezim sekuler.

Sejak perang Soviet-Afganistan, intelijen Barat termasuk Mossad Israel kerap menggunakan organisasi Islam radikal sebagai aset berharga. AS, Inggris, dan sekutunya diam-diam mendukung kelompok 'teroris Islam' di Afganistan, Bosnia, Kosovo, Libya, untuk memicu permusuhan etnis dan kekerasan sektarian yang kemudian dijadikan pintu masuk untuk campur tangan mereka.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP