Kisah Hidup George Floyd, Korban Kebrutalan Polisi Pemicu Demo Besar-Besaran di AS
Merdeka.com - Sebelum foto George Floyd tergeletak di bawah lutut seorang polisi memicu kekagetan, kemarahan, dan unjuk rasa di seluruh Amerika Serikat, jalan hidupnya berliku-liku. Pernah menjadi atlet dan terkenal, dia juga sempat menjadi kriminal.
Floyd pernah berada di puncak, ketika itu dia seorang remaja di Houston, bermain sepak bola dan pernah menjadi juara runner-up di negara bagian Texas pada 1992 dalam kejuaraan Yates High School Lions.
Dia berada di titik terendah dalam hidupnya, saat dia ditangkap karena perampokan pada 2007 dan menjalani hukuman lima tahun penjara.
-
Bagaimana anggota polisi terluka? Dia memaparkan, provokator dalam peristiwa itu sudah diamankan di Polresta Jambi.
-
Apa yang dilakukan polisi tersebut? Penyidik menetapkan Bripka ED, pengemudi mobil Toyota Alphard putih yang viral, sebagai tersangka karena melakukan pengancaman dengan pisau terhadap warga.
-
Siapa yang menyerang Polisi? 'Itu bukan orang tidak dikenal itu, keluarga tersangka (yang menyerang). Ditangkap di rumah, kemudian dibawa, diborgol teriak-teriak dia. Begitu ceritanya,' kata dia.
-
Apa yang dilakukan pria itu saat ditilang? Dalam video yang viral di media sosial, usai melakukan pelanggaran pria bercelana panjang tanpa mengenakan baju tersebut tiba-tiba saja bak seseorang kesurupan.
-
Kenapa Mike Tyson sering bermasalah dengan polisi? Dia sering mendapat masalah dengan polisi karena kegiatan kriminal kecilnya, dan pada usia 13 tahun, dia telah ditangkap lebih dari 30 kali.
-
Kenapa Polisi diserang? Polisi diserang karena tersangkameronta dan berteriak sehingga mengundang perhatian orang-orang di sekelilingnya. 'Itu bukan orang tidak dikenal itu, keluarga tersangka (yang menyerang). Ditangkap di rumah, kemudian dibawa, diborgol teriak-teriak dia. Begitu ceritanya,' kata dia.
Tetapi sebagian besar, tampaknya Floyd, yang berusia 46 ketika ia meninggal di Minneapolis pada tanggal 25 Mei, 2020, hanya berusaha menjalani kehidupan seperti orang Amerika lainnya, mencari perbaikan dalam menghadapi tantangan pribadi dan sosial.
Kematiannya di tengah krisis kesehatan masyarakat dan malapetaka ekonomi yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang Amerika dan menyebabkan lebih dari 40 juta orang menganggur karena Covid-19 telah menjadi jenis penyakit terbaru yang menjangkiti negara itu pada 2020 ini.
Floyd adalah penduduk Houston, Texas. Dia besar di lingkungan di jantung kota komunitas kulit hitam, Third Ward, bagian selatan pusat kota.
Penyanyi Beyonce juga tumbuh di sana, seperti halnya adegan musik blues Bayou City. Drake, seorang rapper Kanada, memberi penghormatan kepada semangat musiknya, dan Floyd sendiri dianggap memiliki bakat rap ala bar sebagai bagian dari grup hip-hop pada 1990-an di Houston.
Tetapi kemiskinan, perpecahan rasial dan ketimpangan ekonomi menandai sejarahnya juga, seperti kota-kota Amerika lainnya. Dirusak oleh pemisahan di Abad ke-20, Third Ward yang ditinggalkan Floyd dalam beberapa tahun terakhir telah melihat kekerasan geng dan ketegangan karena perumahan.
"Setiap kali saya bertemu seseorang yang bukan dari sana, orang-orang ini akan berkata seperti 'bung, ya Tuhan, saya belum pernah melihat kemiskinan seperti ini," kata Ronnie Lillard, seorang warga dari wilayah itu kepada BBC, dilansir Senin (1/6).
"Orang-orang masih tinggal di gubuk-gubuk senapan yang didirikan pada tahun 1920-an. Kemiskinannya menyeluruh ... dan karena dari daerah itu, sulit untuk melarikan diri," kata Lillard, seorang rapper yang melakukan pertunjukan dengan nama Reconcile.
Atlet Berbakat
Lillard mengatakan, Floyd dikenal di sekitar proyek dewan perumahan, Cuney Homes.
"Cuney Homes dikenal sebagai 'Batu Bata' dan jika kamu dari sana mereka memanggilmu 'tukang batu'. Dia seorang tukang batu," ujarnya.
Tumbuh sebagai seorang atlet berbakat yang tingginya enam kaki dan enam inci, teman-teman yang mengenal Floyd saat remaja menggambarkannya sebagai "raksasa lembut" yang bersinar di lapangan dalam dua cabang olahraga, bola basket dan juga sepak bola Amerika.
"Saya terpesona, karena pada usia 12 tahun usianya enam kaki," kata Jonathan Veal, seorang teman masa kecil dan mantan rekan satu tim Floyd, kepada media setempat.
"Saya belum pernah melihat orang setinggi itu sebelumnya," lanjutnya.
Di Sekolah Menengah John Yates, ia memakai nomor 88 di posisi ujung ketat untuk tim sepak bola, dan kemudian direkrut untuk bermain bola basket di South Florida State College di Avon Park, Florida, tempat ia menjadi mahasiswa dari tahun 1993 hingga 1995, menurut CNN.
Dia kembali ke Texas dan lanjut kuliah di Universitas A&M Texas, Kingsville, tetapi tidak sampai selesai.
Terlibat Kasus Perampokan
Hidupnya kemudian berubah, dengan serangkaian penangkapan karena pencurian dan kepemilikan obat-obatan yang berpuncak pada tuduhan perampokan bersenjata pada tahun 2007, di mana ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara.
Setelah bebas, dia ikut kegiatan pelayanan keagamaan dan berniat untuk berubah, termasuk mengubah lingkungannya.
"Sementara dia berupaya mengubah hidupnya sendiri, dia juga memperhatikan komunitasnya," kata Lillard.
Mulai Hidup Baru
Keluarganya mengatakan kepada Houston Chronicle, Floyd pindah ke Minnesota pada 2018 setelah didorong oleh teman-teman melalui program kerja Kristen.
Christopher Harris, seorang teman dan mantan teman sekelasnya, mengatakan kepada media AS, Floyd "ingin memulai dari awal, awal yang baru".
"Dia senang dengan perubahan yang dia lakukan," ujarnya.
Mantan atlet itu mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga keamanan di badan amal Salvation Army setempat, dan kemudian bekerja sebagai penjaga truk dan penjaga klub dansa di Conga Latin Bistro, di mana ia dikenal sebagai "Big Floyd."
Namun, seperti banyak orang Amerika, dia diberhentikan di tengah penutupan bisnis massal akibat krisis Covid-19.
Pada hari penangkapannya, ia diduga berusaha membeli rokok dengan uang kertas palsu pecahan USD 20.
Seorang Pemaaf
Kemarahan atas kematian Floyd telah memicu unjuk rasa di seluruh AS, dengan beberapa aksi berubah menjadi kekacauan dan kekerasan.
Lebih dari 1.600 orang telah ditangkap di puluhan kota, dan Garda Nasional dikerahkan di 15 negara bagian.
Lillard, yang menggambarkan kawannya sebagai "orang yang damai", mendukung hak orang untuk didengar dan untuk perubahan, tetapi tidak akan memaafkan penjarahan atau kekerasan.
"Dia memiliki hati yang mudah memaafkan, tetapi dia juga seorang lelaki yang mendapatkan simpati masyarakat," katanya.
"Bahkan sebelum kematiannya, dia sadar bahwa orang-orang tersakiti."
"Menurut saya, hal ini telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari George Floyd," tambahnya, berbicara tentang unjuk rasa.
"Saya pikir Anda menyaksikan frustrasi yang dimiliki warga Amerika dengan Amerika (sendiri)."
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengeroyokan itu terjadi di Jalan Raya Banjaran-Soreang, Rabu (20/12) lalu.
Baca SelengkapnyaTernyata warga yang melawan petugas adalah seseorang yang mengalami gangguan jiwa.
Baca SelengkapnyaMomen polisi Amerika Serikat (AS) dorong nenek berusia 80 tahun hingga jatuh saat lakukan demo bela Palestina.
Baca SelengkapnyaPemicunya, rombongan pengantar jenazah ini ugal-ugalan dan memepet Bripda M Fathul.
Baca SelengkapnyaVideo lucu merekam momen seorang polisi jatuh di semak-semak di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaPolisi tersebut diketahui pada awalnya hanya hendak melerai karena ada senggolan kendaraan.
Baca SelengkapnyaBrigadir Andri Sitompul saat ini sudah mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit Bhayangkara Polda Jambi.
Baca SelengkapnyaLarangan berkendara sambil merokok diatur dalam undang-undang.
Baca SelengkapnyaKorban hendak melerai kerusuhan, namun dia justru dianiaya lima pelaku
Baca SelengkapnyaSebanyak tujuh tersangka sudah ditangkap. Sementara satu orang inisial S masih buron.
Baca SelengkapnyaDengan ketegangan yang terasa di setiap tikungan, momen ini menjadi sorotan sekaligus membuat terpukau akan keberanian sang pesepeda.
Baca Selengkapnya