Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Libur Imlek Sudah Usai, Warga China Kembali Bekerja Dihantui Virus Corona

Libur Imlek Sudah Usai, Warga China Kembali Bekerja Dihantui Virus Corona Dokter Li Wenliang. ©2020 AFP Photo/STR

Merdeka.com - Jutaan orang di seluruh China akhirnya kembali bekerja setelah liburan Tahun Baru Imlek diperpanjang karena virus corona Wuhan.

Namun, banyak dari mereka yang akan bekerja dari rumah dengan pedoman karantina yang ketat di banyak kota dan sebagian besar bisnis mendesak orang untuk bekerja dari jarak jauh jika mungkin untuk mengurangi kemungkinan penularan.

Beberapa aktivitas normal mungkin telah kembali, tetapi wabah tidak menunjukkan tanda-tanda melambat, dengan jumlah kasus yang dikonfirmasi sekarang mencapai lebih dari 40.000 di seluruh dunia dan jumlah kematian sudah 910 orang.

Orang lain juga bertanya?

Itu berarti virus corona telah secara resmi membunuh lebih banyak orang daripada wabah SARS tahun 2003, yang sebelumnya merupakan salah satu krisis medis terburuk dalam sejarah China baru-baru ini.

"Sebanyak 3.281 pasien yang terinfeksi virus corona sejak itu telah dikeluarkan dari rumah sakit pada hari Minggu," kata otoritas kesehatan China.

Sebagian besar kematian terjadi di China daratan, meninggalkan negara itu dalam situasi yang aneh di mana beberapa bidang pekerjaan akan kembali ke sesuatu yang mendekati seperti biasa, bahkan ketika daerah lain sedang menghadapi pembatasan yang semakin ketat.

Sebuah tim dokter dan peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia berangkat ke China pada hari Minggu untuk membantu atasi wabah tersebut dipimpin oleh Bruce Aylward.

Aylward pernah memimpin tim WHO dalam wabah Ebola, imunisasi pengendalian penyakit menular dan pemberantasan polio.

Bahkan ketika episentrum wabah tetap ada di Hubei, provinsi di mana Wuhan adalah ibu kota dan menyumbang hampir 30.000 dari total kasus yang dikonfirmasi, wabah telah menyebar ke seluruh dunia, mempengaruhi lebih dari dua lusin negara.

Wabah terbesar di luar China daratan terjadi di Singapura dengan 40 kasus telah dikonfirmasi, Thailand dengan 32 kasus, serta Korea Selatan dan Jepang yang masing-masing sekitar 26 kasus. Puluhan kasus juga telah dikonfirmasi di atas kapal pesiar yang merapat di Yokohama, selatan Tokyo.

Karantina Kapal Pesiar

Kapal pesiar muncul sebagai medan pertempuran utama dalam upaya menghentikan penyebaran virus.

Seperti halnya kapal di Yokohama, dua kapal di AS dan Hong Kong juga berada dalam karantina, dengan penumpang dan awaknya yang sedang melakukan tes virus.

Kapal pesiar Royal Caribbean, yang telah merapat di Bayonne, New Jersey, sejak kembali pada hari Jumat, akan dapat berlayar kembali pada Senin. Namun itu terjadi jika empat penumpang yang dibawa ke rumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut tidak menunjukkan tanda-tanda mengidap virus.

Sekitar 3.700 orang di atas kapal World Dream di Hong Kong juga akan dapat turun pada hari Senin, setelah lima hari dikarantina. Otoritas kesehatan mengatakan semua orang di kapal telah dites negatif.

Sayangnya, penumpang di kapal Diamond Princess di Yokohama belum beruntung. Sejauh ini setidaknya 70 penumpang dinyatakan positif terkena virus corona, salah satu yang terbesar di luar China daratan.

Penumpang pelayaran itu telah berada dalam karantina ketat selama lebih dari satu minggu, mereka hanya boleh berada di kabin ketika petugas medis sedang melakukan tes pada 3.700 orang di atas kapal.

Pihak kapal pesiar mengatakan akan menawarkan pengembalian dana penuh untuk semua penumpang. Presiden perusahaan, Jan Swartz, mengucapkan terima kasih kepada para penumpang atas ketekunan dan pengertian mereka.

"Semua uang yang dibayarkan ke Princess Cruises termasuk ongkos pesiar Anda, perjalanan pulang pergi Princess Air, pra-atau pasca-Cruise Plus hotel, transfer, wisata pantai prabayar, persen dan barang-barang lainnya, pajak, dan biaya pelabuhan akan dikembalikan ke aslinya dalam bentuk pembayaran," tulis Swartz.

Swartz mengatakan perusahaan akan mengembalikan biaya independen yang masuk akal, bersama dengan perjalanan udara, transfer atau hotel pra / pasca-pelayaran.

"Setiap tamu juga akan menerima kredit pesiar masa depan 100 persen sama dengan ongkos penumpang yang dibayar untuk perjalanan karantina," tambah Swartz.

"Ini adalah harapan tulus kami bahwa pengembalian uang dan kredit akan membantu meringankan setidaknya sebagian kecil dari tekanan yang mungkin Anda rasakan saat ini," tulis Swartz dalam sepucuk surat kepada para penumpang.

Jurnalis Warga Hilang

Pada Jumat lalu warga China marah ketika muncul berita tentang kematian Li Wenliang, seorang dokter di Wuhan. Pada Desember lalu Li berusaha memperingatkan teman-temannya tentang penyebaran virus baru, tetapi dia kemudian ditahan oleh polisi di kota itu karena dianggap "menyebarkan isu". Tapi kemudian dia dipuji sebagai pelapor oleh media publik dan pemerintah, tetapi segera dirawat di rumah sakit karena terinfeksi virus tersebut.

Setelah kematian Li, otoritas China berjuang untuk mengendalikan narasi dengan menghapus berita yang mengumumkan kematiannya.

Sejarah tampaknya terulang kembali selama akhir pekan, ketika diketahui bahwa jurnalis warga Chen Qiushi telah hilang selama beberapa hari. Chen, yang telah melakukan pelaporan kritis dari dalam Wuhan, hilang pada Kamis malam, seperti halnya ratusan ribu orang di China mulai menuntut kebebasan berbicara di internet.

Teman-teman dan keluarga kemudian mengetahui dari polisi bahwa dia telah dipaksa dikarantina. Pada hari Minggu, menghilangnya Chen mulai mendapatkan sorotan di Weibo, platform seperti Twitter di China, dengan banyak orang meminta pembebasannya.

"Semoga pemerintah dapat memperlakukan Chen Qiushi dengan seadil-adilnya," tulis seorang pengguna pada Minggu pagi.

"Kita tidak bisa lagi kehilangan Li Wenliang kedua!" kata pengguna itu.

Tujuh Kejahatan

Sementara beberapa kota di China sedang berusaha untuk kembali normal - atau setidaknya untuk bisnis, dengan staf yang bekerja dari rumah - yang lain tengah memberlakukan pengawasan yang lebih ketat.

Dalam pernyataan pada Sabtu, Komisi Kesehatan Nasional China, Mahkamah Agung dan Kementerian Keamanan Publik mengumumkan tujuh "kejahatan terkait medis" yang akan dihukum berat selama wabah berlangsung.

Mereka yang termasuk menyerang petugas medis, menolak pemeriksaan medis, dan merusak atau menghancurkan properti di fasilitas medis.

Menurut pernyataan itu, siapa pun yang melanggar peraturan pengendalian virus baru akan segera dituntut dan dapat menghadapi penangkapan, penjara atau bahkan hukuman mati.

Banyak kota dan provinsi telah memperkenalkan kebijakan karantina mandiri wajib bagi siapa pun yang kembali dari tempat lain di negara ini. Transportasi masuk dan keluar dari Hubei juga tetap sangat terganggu.

Ketika virus itu terus menyebar, Wuhan mengumumkan pada hari Sabtu bahwa rumah sakit barunya yang dibangun dengan cepat siap menerima para pasien.

"Dibangun dari awal untuk merawat korban dari virus corona, rumah sakit Leishenshan dapat menampung hingga 1.500 pasien dan memiliki 32 bangsal," kata stasiun televisi CCTV pemerintah China.

CCTV mengatakan, tim staf medis pertama tiba di rumah sakit pada Sabtu kemarin.

Komisi Kesehatan Nasional juga mengumumkan pada konferensi pers pada hari Sabtu bahwa mereka telah memilih nama resmi sementara untuk virus yaitu Novel Coronavirus Pneumonia (NCP).

Reporter Magang : Roy Ridho

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Penampakan Kepadatan Arus Mudik Jelang Imlek di China yang Akan Pecahkan Rekor, Stasiun Kereta bak Lautan Manusia
FOTO: Penampakan Kepadatan Arus Mudik Jelang Imlek di China yang Akan Pecahkan Rekor, Stasiun Kereta bak Lautan Manusia

Diperkirakan, lonjakan mudik warga China akan memecahkan rekor 9 miliar perjalanan.

Baca Selengkapnya
FOTO: Penyakit Misterius Mirip Influenza Melonjak di China: RS Penuh, Banyak Anak Terinfeksi
FOTO: Penyakit Misterius Mirip Influenza Melonjak di China: RS Penuh, Banyak Anak Terinfeksi

Lonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.

Baca Selengkapnya
Perusahaan di China Kasih Jatah Cuti Khusus untuk Karyawan yang Sedih hingga Patah Hati
Perusahaan di China Kasih Jatah Cuti Khusus untuk Karyawan yang Sedih hingga Patah Hati

Perusahaan China ini memiliki 7.000 karyawan dan mereka mendapatkan jatah cuti saat sedang sedih hingga patah hati.

Baca Selengkapnya
Imlek adalah Hari Raya Orang Tionghoa, Ketahui Makna dan Tujuannya
Imlek adalah Hari Raya Orang Tionghoa, Ketahui Makna dan Tujuannya

Tahun Baru Imlek adalah perayaan tahun baru tradisional yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
Antisipasi Macet Arus Balik, Menhub Usul Pegawai WFH dari Kampung Halaman
Antisipasi Macet Arus Balik, Menhub Usul Pegawai WFH dari Kampung Halaman

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengusulkan pegawai WFH dari kampung halaman untuk mengurangi kemacetan pada arus balik.

Baca Selengkapnya
Penyakit Pernapasan Misterius Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Penyakit Pernapasan Misterius Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan

Penyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan

Baca Selengkapnya
Miris! China Ekonomi Terbesar Kedua Dunia Anak Mudanya Susah Cari Kerja
Miris! China Ekonomi Terbesar Kedua Dunia Anak Mudanya Susah Cari Kerja

Zhu kini harus bersaing dengan semakin banyak orang China yang terjun ke industri transportasi online.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Penyebab Maraknya PHK di Perusahaan Teknologi Meski Pandemi Covid-19 Sudah Berlalu
Ternyata Ini Penyebab Maraknya PHK di Perusahaan Teknologi Meski Pandemi Covid-19 Sudah Berlalu

Dia menyadari, Meta dan banyak perusahaan teknologi lainnya telah mempekerjakan terlalu banyak orang.

Baca Selengkapnya
Tanda-Tanda Ekonomi Global Makin Suram di Masa Depan
Tanda-Tanda Ekonomi Global Makin Suram di Masa Depan

Masa depan bakal dibanjiri oleh pekerja lepas yang sangat rentan dalam kesejahteraan.

Baca Selengkapnya
Hati-Hati, Bekerja 55 Jam dalam Sepekan Dapat Picu Kematian Dini
Hati-Hati, Bekerja 55 Jam dalam Sepekan Dapat Picu Kematian Dini

Dari tahun 2000 hingga 2016, kematian akibat penyakit jantung meningkat sebesar 42 persen dan stroke sebesar 19 persen akibat jam kerja yang berlebihan.

Baca Selengkapnya