Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Myanmar dinilai terlalu sensitif tanggapi demo Malaysia

Myanmar dinilai terlalu sensitif tanggapi demo Malaysia Muslim Rohingya. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Pendiri Komunitas Kebijakan Luar Negeri (FPCI) Dino Patti Djalal menilai konflik Rohingya sudah semestinya jadi tanggung jawab ASEAN sebagai organisasi yang menaungi Myanmar. Sebab, ASEAN yang sekarang bukanlah ASEAN yang dulu lagi.

"ASEAN abad 21 ini harus beda dengan ASEAN di abad sebelumnya. Dulu waktu ada genosida di Kamboja, yang lain diam. (Sekarang) ini bukan ASEAN yang dulu. Sebab, demokrasi dan hak asasi manusia merupkan elemen penting dalam prinsip ASEAN," kata Dinno di Hotel InterContinental Jakarta Midplaza, Jakarta Selatan, Selasa (6/12).

Menurut Dino, apabila ada suatu kelompok di negara ASEAN yang sengsara, maka hal tersebut pasti jadi perhatian ASEAN.

"Kalau ada orang Rohingya yang terlantar atau tertindas, imbasnya nanti ke negara sahabat atau tetangga kan," ungkap Dino.

Pernyataan Dino berkaitan dengan sikap Myanmar terhadap Malaysia yang dinilai terlalu ikut campur dengan urusan negaranya. Padahal, Malaysia telah menunjukkan sikap sebagai salah satu negara ASEAN.

"Menurut saya, Myanmar tidak perlu sensitif mengenai ini. Jangan berlindung di balik non-interference," ujar Dino.

Kendati demikian, Dino juga mengakui ada banyak cara untuk menyampaikan sikap terkait konflik Rohingya di negara bagian Rakhine. Yang penting, cara tersebut bisa menyampaikan pesan ke negara bersangkutan dengan baik.

"Ada banyak cara untuk bicara mengenai hal ini dengan Myanmar. Tidak perlu megaphone diplomacy, yang penting pesan disampaikan ke Myanmar bahwa mereka punya kewajiban untuk melindungi kaum minoritas," pungkas Dino. (mdk/pan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP