Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pandemi Covid-19 Mengubah Drastis Perilaku Penggunaan Masker di Seluruh Dunia

Pandemi Covid-19 Mengubah Drastis Perilaku Penggunaan Masker di Seluruh Dunia Suku pedalaman Brasil jalani tes Covid-19. ©REUTERS/Adriano Machado

Merdeka.com - Dalam beberapa hari terakhir Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson terlihat memakai masker untuk pertama kalinya di depan publik.

Peristiwa itu menjadi perubahan dramatis setelah sebelumnya Trump kerap mencemooh orang yang memakai masker meski Pusat Pengendalian Penyakit AS menyarankan seluruh warga memakai masker saat keluar rumah.

Sementara itu pemerintah Inggris awalnya menolak untuk menyarankan warga memakai masker meski sejumlah negara Eropa sudah melakukannya.

Pemerintah Inggris akhirnya mewajibkan warga memakai masker saat menaiki kendaraan umum dan kini orang yang berbelanja ke toko juga harus memakai masker atau bisa dikenai denda.

Secara global, termasuk Badan Kesehatan Dunia (WHO), awalnya memberi kesan masker tidak efektif mencegah penyebaran virus corona. Namun kini WHO sudah mengimbau penggunaan masker di ruangan tertutup dan pemerintah sejumlah negara juga mewajibkan hal itu.

Apa yang berubah dan mengapa?

Dikutip dari laman BBC, Selasa (14/7), negara-negara yang menyarankan orang memakai masker kini sudah bertambah secara signifikan.

Pada Maret lalu baru ada sekitar 10 negara yang mempunyai kebijakan penggunaan masker. Kini sudah ada lebih dari 130 negara dan 20 negara bagian di AS yang melakukannya, kata kelompok aktivis peneliti Mask4All yang menganjurkan penggunaan masker di tengah pandemi Covid-19 ini.

"Negara-negara yang sebelumnya tidak punya sejarah memakai masker di ruang publik kini bertambah jumlahnya, seperti di Italia (83,4 persen), Amerika Serikat (65,8 persen) dan Spanyol (63,8 persen)," kata laporan Royal Society, salah satu lembaga ilmu pengetahuan di Inggris.

Perubahan ini terutama terjadi seiring meningkatnya pemahaman orang terhadap bagaimana penyebaran virus corona.

Awalnya WHO mengatakan masker hanya boleh dipakai oleh petugas medis atau orang yang punya gejala seperti batuk dan bersin.

Tapi kemudian dalam beberapa bulan ini ada makin banyak bukti orang tanpa gejala masih bisa menularkan dan masker bisa mencegah itu terjadi. WHO kemudian mengubah rekomendasinya bulan lalu.

Di sisi lain makin meningkat pemahaman soal penularan Covid-19 yang terjadi di ruangan dengan ventilasi yang buruk dan ada bukti yang menandakan virus bisa menyebar lewat partikel kecil yang mengambang di udara.

Dengan demikian jika orang memakai masker maka hal itu bisa mencegah cara "penularan yang paling umum terjadi yaitu lewat percikan dan dalam keadaan tertentu penularan lewat percikan abu ketika berbicara," kata Kim Lavoie, kepala departemen psikologi Universitas Quebec di Montreal, Kanada.

Lavoie juga menambahkan, ada makin banyak penelitian soal masker yang memperlihatkan "negara dengan jumlah pengguna masker yang tinggi cenderung tingkat penularannya rendah."

"Covid-19 tidak akan ke mana-mana--kita mungkin baru dapat vaksin dalam beberapa tahun, bukan bulan," kata Lavoie yang mengepalai iCARES, studi internasional perilaku berkaitan Covid-19. "Jadi semua prinsip ini (pakai masker dan protokol kesehatan lainnya) harus diterapkan dan orang harus beradaptasi dengan kenormalan baru."

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP