Penelitian: Bulu Kucing Bisa Jadi Bukti Penting dalam Penyelidikan Kasus Kejahatan
Dalam studi ini, tim peneliti berhasil mengekstrak DNA mitokondria dari bulu kucing.
Sebuah penelitian terkini yang dipimpin oleh Emily C. Patterson mengungkapkan hasil yang menarik dan dapat mengubah cara pandang kita terhadap bukti forensik. Dalam studi yang dimuat di jurnal Forensic Science International: Genetics ini, Patterson dan timnya menemukan bahwa sehelai bulu kucing yang ditemukan di lokasi kejadian dapat menghubungkan pelaku kejahatan dengan tempat atau individu terkait. Seperti yang dikutip dari laman SciNews pada Rabu (06/11/2024), hasil penelitian ini berpotensi membuka peluang baru dalam pemanfaatan bukti DNA hewan untuk investigasi kriminal.
Inovasi dalam Mengidentifikasi DNA dari Bulu Kucing
-
Kenapa bulu kucing bisa bahaya untuk pernapasan? Sumber utama masalah bukan hanya bulu itu sendiri, melainkan protein yang ditemukan dalam air liur, urine, dan kulit mati kucing yang melekat pada bulu.Ketika bulu ini tersebar di udara, partikel mikroskopis yang mengandung alergen dapat memicu berbagai masalah pernapasan.
-
Kenapa ilmuwan tertarik meneliti kucing bergigi pedang? Memahami hal ini dengan lebih baik dapat membantu mengungkap bagaimana nenek moyang manusia, atau hominin, yang pertama kali muncul di Afrika pada masa itu, menjadi bipedal atau berjalan dua kaki.
-
Apa saja bahaya bulu kucing untuk pernapasan? Nah, berikut ini adalah beberapa bahaya bulu kucing bagi pernapasan yang penting untuk Anda ketahui, terutama jika Anda memiliki kucing sebagai hewan peliharaan di rumah. Semoga bermanfaat. 7 Bahaya Bulu Kucing bagi Pernapasan 1. Memicu Alergi PernapasanBulu kucing dapat menjadi pemicu utama alergi pernapasan, terutama bagi individu yang memiliki sensitivitas terhadap protein yang ada pada bulu, kulit mati, air liur, dan urine kucing. Saat bulu kucing terhirup, alergen yang melekat pada bulu tersebut dapat memicu reaksi alergi seperti bersin, hidung tersumbat, mata berair, dan tenggorokan gatal.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang kucing? 'Saya sangat terkejut, karena itu berarti kucing dapat mendengarkan percakapan manusia dan memahami kata-kata tanpa pelatihan khusus berbasis hadiah,' ungkap Saho Takagi, seorang ilmuwan kognitif komparatif dari Universitas Azabu dan anggota studi tersebut.
-
Siapa yang meneliti kucing? Pada tahun 1954, penelitian menarik dilakukan dengan menempatkan kucing dalam labirin besar.
-
Dimana bulu kucing bisa bertahan lama? Selain itu, partikel bulu kucing dapat bertahan lama di lingkungan rumah, seperti di karpet, sofa, dan tempat tidur, membuat pemilik kucing lebih sulit menghindari paparan.
Metode baru yang dikembangkan oleh Patterson dan rekan-rekannya memungkinkan para peneliti untuk mengekstraksi dan menganalisis DNA yang terdapat dalam bulu kucing yang rontok di lokasi kejadian. Umumnya, bukti forensik DNA diperoleh dari darah, air liur, atau jaringan tubuh lain, tetapi bulu yang rontok, yang sering kali dianggap sepele, dapat memberikan informasi yang sangat berharga. Dalam penelitian ini, tim berhasil mengidentifikasi DNA mitokondria dari bulu kucing tersebut. DNA ini kemudian dapat dibandingkan dengan sampel DNA dari kucing korban, tersangka, atau kucing yang berada di sekitar lokasi kejadian.
Bulu kucing, meskipun sering dianggap remeh, ternyata menyimpan informasi genetik yang sangat penting. Dalam konteks kejahatan, seperti perampokan atau pembunuhan, penemuan bulu kucing dapat menjadi petunjuk yang membantu penyidik dalam memahami keterlibatan kucing dalam peristiwa tersebut.
Sebagai contoh, jika bulu kucing ditemukan di dekat jenazah korban atau pada pakaian pelaku, hal ini bisa menunjukkan adanya hubungan antara pelaku dan korban atau bahwa pelaku pernah berada di lokasi yang sama. Patterson menjelaskan bahwa untuk menganalisis DNA dari bulu kucing, tim peneliti hanya dapat mengekstraksi DNA mitokondria, yang diwariskan secara turun-temurun dari induk (dalam hal ini, ibu kucing) kepada keturunannya. DNA mitokondria ini terdapat dalam mitokondria sel, yang ada di hampir semua sel tubuh.
Teknik baru yang telah dikembangkan
Keunikan DNA mitokondria terletak pada kemudahan penemuan dan pemeliharaannya dalam sampel biologis yang telah mengalami degradasi, seperti bulu yang rontok. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam analisis ini; karena DNA mitokondria hanya diwariskan dari ibu, kucing-kucing yang berasal dari garis keturunan yang sama akan menunjukkan kesamaan dalam DNA mitokondria mereka. Dengan demikian, kucing-kucing yang memiliki ibu yang sama tidak dapat dibedakan hanya berdasarkan DNA mitokondria meskipun mereka memiliki hubungan genetik yang sangat dekat.
Metode yang diterapkan oleh tim Patterson berbeda dengan metode analisis DNA mitokondria yang telah ada sebelumnya. Sebelumnya, para peneliti hanya dapat menganalisis fragmen pendek dari DNA mitokondria, sehingga informasi yang diperoleh terbatas pada asal-usul genetik individu. Namun, dengan teknik baru yang telah dikembangkan, mereka kini dapat menentukan urutan lengkap DNA mitokondria.
Hal ini memungkinkan analisis yang lebih mendalam dan akurat. Tim Patterson telah berhasil menciptakan teknik yang memungkinkan pemetaan urutan DNA mitokondria secara keseluruhan, memberikan hasil yang lebih diskriminatif dan tepat.
Dengan kemampuan untuk memeriksa lebih banyak bagian dari DNA mitokondria, peneliti dapat menemukan perbedaan yang lebih halus antara individu kucing, bahkan yang berasal dari garis keturunan yang sangat dekat. Ini meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi asal-usul bulu yang ditemukan di tempat kejadian perkara, bahkan memungkinkan untuk mengaitkan bulu tersebut dengan kucing tertentu.
Kemungkinan penerapan pada kejahatan dan spesies lainnya
Meski penelitian ini berfokus pada kucing, metode yang digunakan tidak hanya berlaku untuk hewan tersebut. Patterson dan rekan-rekannya meyakini bahwa pendekatan ini juga dapat diterapkan pada spesies lain, terutama anjing. Bulu anjing sering kali ditemukan di lokasi kejadian, dan dengan menggunakan teknik analisis DNA yang sama, penyidik dapat mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang pelaku atau tempat terjadinya peristiwa kriminal. Selain itu, metode ini membuka peluang untuk penerapan yang lebih luas dalam berbagai jenis tindak kejahatan.
Dalam kasus kejahatan yang melibatkan perampokan, keberadaan bulu hewan peliharaan pada pakaian atau tempat tidur pelaku maupun korban dapat memberikan petunjuk yang sangat berarti. Dalam beberapa situasi, adanya bulu hewan yang sebelumnya tidak teridentifikasi bisa menjadi awal yang mengarah kepada pelaku, sehingga membantu dalam mengidentifikasi atau mengecualikan individu tertentu selama proses penyidikan. (Tifani)