Pilpres Timor Leste, ajang pertarungan pejuang tua dan generasi baru

Merdeka.com - Pagi ini jutaan warga Timor Leste berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih sosok pemimpin baru. Sejumlah pengamat internasional memandang pemilihan ini adalah pertempuran antara pahlawan revolusi dengan generasi baru dalam merebut kekuasaan.
Ini merupakan pemilihan presiden pertama di negara itu setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa menarik seluruh pasukan penjaga perdamaian. Siapapun yang terpilih, maka pemimpin baru akan berhadapan dengan cadangan minyak bumi yang semakin berkurang dan kemampuannya dalam mencapai kesepakatan dengan Australia terhadap ladang energi.
Dilansir AFP, Senin (20/3), hanya dua kandidat yang berhadapan dalam pemilu ini, salah satu yang difavoritkan menang adalah Francisco Guterres, atau dikenal dengan nama Lu-Olo. Dia merupakan pemimpin partai kedua terbesar Fretilin, serta mendapat dukungan kuat dari pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao bersama partainya CNRT, partai terbesar di negara itu.
"Saya yakin akan menang, tidak akan ada tahap kedua," ujar Guterres, yang sempat menghadapi tujuh kandidat sebelum terpilih sebagai capres dari partainya, usai memberikan suaranya.
Untuk memenuhinya, Guterres harus mengamankan 50 persen suara yang masuk, sehingga pemilihan tahap kedua tidak akan terlaksana. Apalagi dia berhadapan dengan Antonio da Conceicao, calon presiden dari Partai Demokrat, sekaligus lawan terberatnya. Sementara Presiden Taur Matan Ruak enggan ikut pemilu.
Guterres lahir dari keluarga miskin dan seperti politikus lainnya di negara itu, dia juga terlibat dalam perlawanan berdarah menghadapi pendudukan Indonesia. Dia pernah gagal dalam pemilihan presiden pada 2007 lalu.
Dalam pemilu kali ini, terdapat delapan kandidat dalam pemilihan kali ini. Sejak merdeka, Timor Leste menjadi negara termiskin, dan pemerintah berusaha meningkatkan taraf hidup 1,1 juta rakyatnya.
Sayangnya, sebagian besar kandidat tidak serius maju dalam pemilu dan mereka hanya terfokus untuk memperkenalkan partai-partai pengusungnya agar lebih dikenal sebelum pemilihan parlemen, yang nantinya akan memilih pemerintahan dan perdana menteri baru.
Banyak tokoh yang dekat dengan perjuangan kemerdekaan negeri ini pernah menduduki kursi kepresidenan, termasuk Gusmao dan penerima Nobel Perdamaian Jose Ramos-Horta. Namun banyak pula yang memilih mundur dari garis depan politik untuk memberikan kesempatan kepada generasi baru.
Pemilihannya sendiri ditutup pukul 15.00 waktu setempat, dan hasil sementara akan diketahui dalam beberapa hari mendatang.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya