Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ratusan Ribu Warga Hong Kong Demo Tolak RUU Ekstradisi ke China

Ratusan Ribu Warga Hong Kong Demo Tolak RUU Ekstradisi ke China Aksi demo di Hong Kong. ©2019 REUTERS

Merdeka.com - Krisis politik baru terjadi di Hong Kong pada Minggu (9/6) malam setelah lebih dari setengah juta orang turun ke jalan menolak usulan undang-undang ekstradisi ke China daratan bagi para tersangka yang tersangkut sejumlah kasus.

Koordinator aksi mengatakan jumlah massa yang turun ke jalan melampaui demonstrasi pada tahun 2003 ketika 500.000 orang turun ke jalan untuk menantang rencana pemerintah terkait penerapan hukum keamanan nasional yang lebih ketat. Undang-undang itu kemudian ditangguhkan dan seorang pejabat penting pemerintah terpaksa mengundurkan diri.

Unjuk rasa pada Minggu kemarin telah meningkatkan tekanan pada pemerintahan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam dan pendukung resminya di Beijing.

"Dia harus menarik RUU dan mengundurkan diri," kata anggota parlemen veteran Partai Demokrat James To kepada massa di luar parlemen kota dan markas pemerintah pada Minggu malam.

"Seluruh Hong Kong menentangnya," lanjutnya, dilansir dari Reuters, Senin (10/6).

Setelah To berpidato, ribuan massa terus berdatangan, setelah memulai pawai lima jam sebelumnya, mengisi empat lajur jalan raya utama. Sejumlah massa duduk di taman terdekat menyanyikan "Haleluya" sementara jumlah polisi terus bertambah di sekitar daerah tersebut.

Carrie Lam belum mengomentari aksi unjuk rasa ini. Demonstrasi ini mengakhiri kemarahan selama beberapa pekan yang meningkat dalam komunitas bisnis, diplomatik, dan hukum, yang takut terjadi korosi otonomi hukum Hong Kong dan sulitnya memastikan perlindungan peradilan dasar di China daratan.

Aksi unjuk rasa berujung bentrok pada Senin dini hari ketika ratusan demonstran bentrok dengan polisi di luar parlemen kota.

Para pengunjuk rasa menembus garis polisi demi memaksa masuk ke gedung Dewan Legislatif, dan polisi berusaha menghalangi para pengunjuk rasa dengan semprotan lada, setelah memperingatkan para pengunjuk rasa. Kebuntuan berakhir pada dini hari Senin.

Berdasarkan laporan Reuters, jalanan penuh sesak di sepanjang rute unjuk rasa. Seruan "No China extradition, no law evil" bergema di jalan-jalan kota, sementara pawai lainnya menyerukan Lam dan pejabat senior lainnya untuk mundur.

Penentangan terhadap RUU tersebut telah menyatukan berbagai komunitas, mulai dari pebisnis dan pengacara yang pro-kemapanan hingga mahasiswa, tokoh pro-demokrasi dan kelompok agama.

Agen asuransi, eksekutif dan pengusaha kecil bergabung dengan pengemudi bus dan mekanik di jalan-jalan pada hari Minggu. Sejumlah pengunjuk rasa mengatakan kepada Reuters bahwa itu adalah aksi protes pertama mereka.

"Saya datang ke sini untuk berjuang," kata seorang lelaki berusia 78 tahun yang duduk di kursi roda.

Garry Chiu, seorang guru, bergabung dengan demonstran bersama istri dan putrinya yang berusia 1 tahun, mengatakan, "Ini bukan lagi tentang saya."

"Saya harus menyelamatkan putri saya. Jika undang-undang itu diterapkan, siapa pun bisa menghilang dari Hong Kong. Tidak ada yang akan mendapatkan keadilan di China. Kami tahu tidak ada hak asasi manusia," tambah Chiu.

"RUU ekstradisi akan secara langsung mengancam nilai-nilai inti Hong Kong dan aturan hukum," kata Kelvin Tam, seorang mahasiswa berusia 21 tahun di London. "Ini akan merobohkan dinding independensi peradilan Hong Kong," kata dia.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP