Saudi Sebut Kematian Qassim Sulaimani Tak Perlu Diratapi, China Tuding AS Serampangan

Merdeka.com - Kematian Panglima Garda Revolusi Iran, Qassim Sulaimani menjadi pukulan bagi Iran dan sekutunya. Namun kematian Sulaimani di beberapa wilayah di Timur Tengah tak diratapi.
Sejumlah negara Arab membencinya karena pasukannya mendukung Presiden Suriah, Bashar Al Assad. Selain itu dia juga disebut sebagai sosok yang berada di belakang pengaruh kuat Iran di Irak dan membantu memperkuat pemberontak Houthi di Yaman melawan Arab Saudi.
"Dia tak akan membunuh lagi," tulis halaman depan editorial koran Arab News, dikutip dari The New York Times, Minggu (5/1).
"Mari jangan tangisi Qassim Sulaimani; dia seharusnya telah mengetahui bahwa dia tidak bisa lolos dari kejahatan-kejahatan ini selamanya, dan bahwa dia tak akan mati di ranjangnya," tulis editor koran Arab Saudi tersebut, Faisal Abbas.
Sulaimani tewas bersama Panglima Militer Irak, Abu Mahdi Al Muhandis pada Jumat (3/1) pagi dalam serangan drone Amerika di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Kematian Sulaimani membuat hubungan Iran-AS memanas dan Iran menyatakan akan membalas serangan tersebut.
Di tengah ketegangan, AS menyerukan warganya segera meninggalkan Irak, menutup kedutaan besarnya di Baghdad, mengirim marinir tambahan. Pada Kamis, AS mengerahkan 700 anggota Divisi Lintas Udara ke-82 ke wilayah tersebut. Kontraktor Amerika yang melatih pasukan Irak sudah mulai meninggalkan negara tersebut.
Setelah serangan Jumat pagi, Presiden Donald Trump menyampaikan tujuan serangannya untuk menghentikan perang dan memperingatkan Iran bahwa militer AS telah mengidentifikasi target untuk serangan lebih jauh jika warga Amerika berada dalam ancaman. Sejumlah kritik mengatakan serangan tersebut adalah pembunuhan politik yang dapat menciptakan ketidakstabilan di wilayah tersebut.
China Tuding Tindakan AS Serampangan
Pada Sabtu, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi menyampaikan kepada timpalannya di Iran, Mohammad Javad Zarif, bahwa tindakan AS tersebut melanggar norma-norma fundamental hubungan internasional dan akan memperburuk ketegangan dan kekacauan regional.
"China mendesak AS jangan serampangan menyalahgunakan pasukan bersenjata dan mencari solusi untuk masalah tersebut melalui dialog," kata Wang, sebagaimana rangkuman percakapan yang diterbitkan Kementerian Luar Negeri China.
Dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, Wang juga mengindikasikan bahwa China berharap menyelamatkan perjanjian internasional yang membatasi kemampuan nuklir Iran. Dia mengatakan kepada Le Drian bahwa kesepakatan itu merupakan "pilar yang sulit dicapai untuk menjaga perdamaian dan stabilitas Timur Tengah."
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov yang juga berbicara dengan Javad Zarif menyampaikan tindakan AS tersebut melanggar norma hukum internasional.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya