Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tak yakin bisa lindungi murid, guru di AS tolak dipersenjatai

Tak yakin bisa lindungi murid, guru di AS tolak dipersenjatai aksi lilin di Florida. ©REUTERS

Merdeka.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan mandat agar para guru dibekali senjata supaya mereka bisa mencegah aksi penembakan di sekolah. Selain itu, para guru juga akan diajari cara menggunakan senjata melalui pelatihan khusus.

"Mereka akan mengikuti pelatihan khusus dan mereka akan berada di sana, dan Anda tidak lagi memiliki zona bebas senjata," kata Trump.

Keputusan itu dibuat menyusul insiden penembakan di SMA Florida pada 14 Februari lalu yang menewaskan 17 orang. Pelaku penembakan, Nikolas Cruz (19), merupakan mantan siswa sekolah tersebut yang dikeluarkan karena sering terlibat masalah.

Namun rupanya, keputusan itu tidak disambut baik oleh guru di AS. W. Andrew Tillman, seorang guru yang mengajar di SMA di Tampan, Florida, menyatakan bahwa pembekalan senjata untuk para guru bukanlah solusi untuk mencegah aksi penembakan.

Tillman menuturkan sebagai seorang guru, dia dilatih untuk bersikap profesional, membangun etos kerja, dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa betah di kelas. Namun, dia tidak pernah menjalani pelatihan untuk menjadi tameng bagi siswa saat terjadi serangan teroris.

"Ada satu solusi yang telah disarankan untuk mencegah serangan teror di masa depan, yakni membekali guru dengan senjata. Bagaimana tepatnya cara kerja itu? Para siswa berlindung di lemari atau di belakang meja, sementara saya bertransformasi dari guru ekonomi menjadi prajurit terlatih dalam sekejap," kata Tillman, dikutip dari laman CNN, Sabtu (24/2).

Menurut Tillman, pembekalan senjata itu hanya akan menambah beban lain bagi para guru. Selain memiliki tanggung jawab untuk mengajar, para guru juga dituntut untuk menyelamatkan orang lain yang bukan keahliannya.

"Siang hari, guru bertindak sebagai konselor, orang kepercayaan, mentor, orangtua pengganti, penuntun moral, dan penasihat para siswa. Lalu orang ingin menambah tugas lain ke daftar itu," tuturnya.

Selain menyangsikan kemampuan melindungi nyawa orang lain, Tillman juga mempertimbangkan hal lain yang sangat kompleks, seperti tempat penyimpanan senjata, keamanan orang yang memegang senjata itu, dan biaya yang harus dihabiskan untuk perawatan senjata tersebut.

"Pertanyaan lain yang muncul akibat adanya keputusan tersebut adalah, di mana senjata api itu akan disimpan? Bagaimana jika ada seorang siswa atau karyawan yang sedang dalam keadaan tidak stabil memegang senjata itu? Dan apa ada jaminan keamanan untuk kita?" bebernya.

"Katakanlah kita bisa mengatasi semua pertanyaan itu, tetapi bagaimana kita, para guru, membayar biaya pelatihan dan alat yang diperlukan untuk menjadi guru sekaligus pahlawan super ini? Tahun ini saja, anggaran pendidikan untuk negeri ini dipotong. Guru-guru lain bahkan sedang mengalami pengurangan gaji," lanjutnya.

Tillman menilai, anggaran negara tidak bisa digunakan untuk membelanjakan keperluan defisit semacam itu. Pada akhirnya, sekolah-sekolah terpaksa mengurangi sumber daya karena harus mengalokasikan dana untuk membayar senjata, rompi anti peluru, dan pelatihan bagi guru di setiap pelosok negeri.

Jika negara memang ingin mencegah kejadian serupa, kata Tillman, lakukanlah investasi untuk hal lain.

"Jika ingin berinvestasi, maka investasikanlah dana itu pada infrastruktur atau sumber daya manusia yang bisa mendidik generasi muda agar menyadari bahwa kekerasan itu salah. Berinvestasilah di sekolah konselor yang membantu menemukan masalah kesehatan mental. Berinvestasilah pada undang-undang reformasi senjata yang masuk akal," tegasnya.

"Jangan menginvestasikan waktu, uang, dan energi intelektual kita yang akan menempatkan siswa dan guru dalam situasi krisis yang sebenarnya bisa dicegah sejak dini," tandasnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP