Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Taktik perang narkoba diprotes keras, Duterte mulai berkelit

Taktik perang narkoba diprotes keras, Duterte mulai berkelit warga filipina demo hentikan pembunuhan tersangka narkoba. ©AFP

Merdeka.com - Perang berdarah melawan narkoba ala Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, semakin mendapat perlawanan keras karena dianggap tidak berperikemanusiaan. Melihat hal itu, Duterte kini nampaknya mulai pasang kuda-kuda buat berkelit dari tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, dan menyuburkan budaya impunitas di kalangan polisi.

Dilansir dari laman Reuters, Rabu (23/8), Duterte menyatakan perang melawan narkoba terus dilakukan dengan cara keras. Meski demikian, dia justru menyalahkan ada aparat malah melakukan kejahatan saat membekuk tersangka.

"Saya jelaskan kembali. Saya mengatakan akan melindungi mereka yang melaksanakan tugas. Saya tidak pernah berjanji melindungi mereka yang seharusnya menjalankan tugas, tetapi dalam prosesnya malah melakukan kejahatan," kata Duterte.

Duterte tetap mendukung polisi memerangi narkoba, hanya dia kini meminta tidak asal mengumbar tembakan. Namun, dia meminta polisi supaya lebih memprioritaskan menangkap pelaku, dan hanya mencabut senjata jika keadaan mereka benar-benar terancam.

"Kalian tidak boleh menembak orang yang sudah berlutut meminta ampun. Itu namanya pembunuhan. Waktu saya bilang supaya kalian tangkap mereka itu maksudnya menahan. Kalau ada yang melawan, baru kalian mempertahankan diri," ucap Duterte.

Insiden terakhir memicu amarah penduduk di Ibu Kota Manila adalah saat polisi menembak mati Kian Loyd Delos Santos (17), dalam sebuah penggerebekan. Dalam sebuah rekaman kamera pengawas terlihat Kian diseret keluar oleh polisi berpakaian bebas ke sebuah gang, di mana dia ditemukan tewas. Polisi berkeras Kian adalah kurir narkoba. Sedangkan keluarganya menyatakan mendiang tidak bersalah dan tak membawa senjata, tetapi dibunuh polisi.

Kematian Kian memantik protes dari pegiat hak asasi manusia dan oposisi Duterte. Mereka meminta pemerintah dan polisi menghentikan pembunuhan. Kebanyakan korbannya adalah kalangan kaum miskin kota. Sejumlah gereja juga tidak tinggal diam dan ikut melakukan protes dengan membunyikan lonceng pada malam hari. Meski demikian, sebagian besar warga Filipina mendukung langkah Duterte dengan menggebuk sindikat pengedar narkoba, dan menyatakan situasi di jalanan selama 14 bulan belakangan menjadi lebih aman.

Kini Duterte nampaknya hendak berkelit karena tekanan massa akibat perang berdarah melawan narkoba. Hal itu terlihat dari pernyataannya. Dia merasa kematian Kian adalah tanggung jawab polisi yang tidak mematuhi perintah dan mesti dihukum. Padahal sebelumnya, dia menyatakan bakal mengampuni polisi yang bertindak di luar batas saat memberantas peredaran narkoba dan sindikat pengedarnya. Hal itu menjadikan aparat lekat dengan budaya impunitas dan memilih langsung menghabisi orang diduga terlibat. Sebab, polisi selalu berdalih mereka terpaksa menembak mati tersangka lantaran mereka melawan saat ditangkap. Namun, polisi menyangkal hal itu.

"Saya tidak akan mengubah kebijakan. Saya akan selalu memerangi narkoba karena saya sudah bersumpah harus melindungi penduduk," ucap Duterte.

Kini, Kepolisian Manila juga melakukan pengawasan melekat di kawasan padat penduduk setempat. Mereka mendatangi tiap rumah dan penghuninya diminta melakukan tes urine di tempat. Selama uji air seni, polisi didampingi oleh pengurus lingkungan. Salah satunya di Payata, Quezon City. Di sana memang dikenal sebagai daerah dengan tingkat kejahatan tinggi dan marak peredaran narkoba.

(mdk/ary)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP