Usai Korea Utara Tes Nuklir, AS Setuju Jual Rudal ke Korea Selatan dan Jepang
Merdeka.com - Amerika Serikat dikabarkan telah menyetujui penjualan rudal pertahanan udara ke Korea Selatan dan Jepang, ketika Negeri Ginseng tengah mengalami ketegangan kembali dengan Korea Utara. Nilai senjata itu melebihi USD 600 juta atau sekitar Rp 8,7 triliun, kata pihak AS dikutip dari Channel News Asia pada Sabtu (18/5).
Kementerian Luar Negeri AS telah menyetujui 94 rudal SM-2 yang digunakan untuk melawan ancaman yang datang dari udara, bersama dengan 12 sistem panduan dengan total biaya USD 313,9 juta. Sementara itu, secara terpisah AS menjual 160 rudal AMRAAM dan peralatan panduan ke Jepang. Nilai penjualan ke Negeri Sakura sebesar USD 317 juta.
Penjualan kedua negara sekutu itu akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat. Kementerian Luar Negeri AS juga meyakini transaksi itu tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di kawasan yakni Asia Timur.
-
Bagaimana Korea Utara meluncurkan rudal antarbenua? Akan ada silo, gerbong kereta, kapal selam, dan peluncur rudal bergerak.
-
Kapan Korea Utara tembakkan 6 rudal taktis? Sejumlah rudal taktis ditembakkan secara bersamaan dari kendaraan peluncur rudal balistik jarak pendek (SRBM) di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara, pada 9 Maret 2023.
-
Kenapa Korea Utara mengembangkan rudal hipersonik? Tak puas hanya dengan rudal balistik, Pyongyang juga mengembangkan rudal hipersonik jenis baru.
-
Apa yang sedang diproduksi di pabrik senjata Korea Utara? Pabrik senjata itu dikatakan tengah memproduksi rudal jelajah strategis dan pesawat nirawak (drone) untuk bertempur. Pabrik itu dikatakan memproduksi mesin untuk pesawat nirawak dan juga peluncur rudal multiroket.
-
Siapa yang diincar oleh senjata nuklir Korea Utara? Analis mengatakan Korea Utara memperlihatkan ancaman nuklir yang semakin beragam ke Amerika Serikat dan Korea Selatan.
-
Apa fakta trending tentang Korea Utara? Terbaru, di tahun 2024 ini, Korea Utara jadi sorotan usai mengirim ribuan balon berisi sampah ke Korea Selatan.
Korea Utara pekan lalu menguji dua rudal jarak pendek. Tes senjata itu dilakukan kedua kalinya dalam bulan yang sama, dengan jeda kurang dari satu minggu. Uji coba itu dilakukan di tengah-tengah kemunduran dalam perundingan antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
Sebagaimana diketahui, KTT kedua antara Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berakhir buntu pada Februari. Pihak Amerika Serikat menolak tuntutan untuk mengurangi sanksi sampai Pyongyang mengambil langkah besar untuk mengakhiri program nuklirnya.
Satelit pengamat Bumi yang dibangun oleh perusahaan Planet Labs di San Francisco, Dove, secara tak kebetulan sedang berada di atas Pyongyang ketika peluncuran itu dilakukan. Dove kemudian menangkap gambar asap yang ditinggalkan oleh rudal tersebut.
Ukuran asli Dove yang berbentuk kubus, jauh lebih kecil dari sepotong roti. Tetapi wahana ini dapat menangkap citra dengan resolusi tinggi dari 10 hingga 16,5 kaki (3 hingga 5 meter) di atas permukaan tanah.
Planet Lab saat ini memiliki lebih dari 100 Dove yang beroperasi di orbit rendah Bumi. Proyektil yang terkait dengan uji coba Korea Utara, melakukan perjalanan antara 44 mil dan 149 mil (70 hingga 240 kilometer) sebelum jatuh di Samudra Pasifik, menurut Live Science.
Misil yang baru dites tersebut tampaknya didasarkan pada 9K720 Iskander milik Rusia, sebuah rudal balistik jarak dekat yang berpindah tempat (mobile).
Iskander dapat membawa senjata nuklir dan memiliki jangkauan sekitar 310 mil (500 km). Rudal terakhir yang diuji oleh Korea Utara berasal dari jenis yang sangat berbeda.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berbagai pengembangan dan uji coba rudal nuklir yang dilakukan Korea Utara dipandang sebagai ancaman dunia. Simak selengkapnya!
Baca SelengkapnyaKorea Utara masih terus melakukan uji coba penembakan rudal-rudal balistik ke wilayah perairan Jepang. Penambakan itu disiarkan langsung di stasiun televisi.
Baca SelengkapnyaDalam uji coba yang dipantau Kim Jong-un, rudal balistik antarbenua Hwasong-19 berhasil terbang lebih tinggi. Rudal ini juga melesat jauh ke luar angkasa.
Baca SelengkapnyaIni menjadi langkah terbaru dalam rencana pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un yang ingin menggunakan bahan bakar padat untuk menggerakkan semua rudalnya.
Baca SelengkapnyaKorea Utara kembali menguji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-18 untuk mengukur kesiapannya dalam menghadapi ancaman perang nuklir melawan AS.
Baca SelengkapnyaPemimpin Korea Utara, Kim Jong-un terlihat turun langsung mengawasi latihan tersebut.
Baca SelengkapnyaPengerahan ratusan rudal maut Korea Utara ini dianggap sebagai ancaman oleh Korea Selatan.
Baca SelengkapnyaKCNA melaporkan rudal balistik generasi baru Korea Utara itu memiliki durasi waktu terbang terlama yakni 74 menit atau mampu terbang sejauh 1.001 kilometer.
Baca SelengkapnyaLatihan itu dilakukan di tengah situasi memanas dengan Seoul dan Washington, saat Menlu AS Antony Blinken melakukan kunjungan ke Korea Utara.
Baca SelengkapnyaSejumlah staf militernya yang berdiri di belakangnya pun juga ikut melongok.
Baca SelengkapnyaMenurut kesepakatan, Indonesia juga akan memproduksi 48 unit jet tempur itu di dalam negeri.
Baca Selengkapnya