Wabah Penyakit Pes Ditemukan Kembali di Mongolia

Merdeka.com - Pihak berwenang di wilayah Mongolia Dalam, daerah otonom China, siaga tinggi setelah kasus yang dicurigai wabah pes, penyakit yang menyebabkan pandemi Black Death atau Maut Hitam, dilaporkan pada Minggu.
Kasus ditemukan di Kota Bayannur, di barat laut Beijing, menurut kantor berita pemerintah, Xinhua. Pada Sabtu, rumah sakit memperingatkan pemerintah kota terkait temuan kasus pada pasien.
Sampai Minggu, pemerintah setempat menerbitkan peringatan Level Tiga bagi seluruh kota untuk pencegahan wabah, level terendah kedua dalam sistem empat level peringatan. Demikian dilansir dari CNN, Senin (6/7).
Peringatan ini akan tetap berlaku sampai akhir tahun, menurut laporan Xinhua.
Wabah pes disebabkan bakteri dan ditularkan melalui gigitan kutu dan hewan yang terinfeksi, adalah salah satu infeksi bakteri paling mematikan dalam sejarah manusia. Selama pandemi Maut Hitam di Abad Pertengahan, penyakit ini menewaskan sekitar 50 juta orang di Eropa.
Wabah pes, yang merupakan salah satu dari tiga wabah, menyebabkan kelenjar getah bening membengkak, demam, kedinginan, dan batuk.
Otoritas kesehatan Bayannur saat ini mendesak warga melakukan tindakan pencegahan ekstra untuk meminimalkan risiko penularan dari manusia ke manusia, dan untuk menghindari perburuan atau konsumsi hewan yang dapat menyebabkan infeksi.
"Saat ini, ada risiko penyebaran wabah manusia di kota ini. Masyarakat harus meningkatkan kesadaran dan kemampuan perlindungan diri, dan segera melaporkan kondisi kesehatan yang tidak normal," jelas otoritas kesehatan setempat, menurut surat kabar yang dikelola pemerintah, China Daily.
Pemerintah Bayannur memperingatkan masyarakat untuk melaporkan temuan marmut yang mati atau sakit - sejenis tupai tanah besar yang dikonsumsi di beberapa wilayah China dan negara tetangga Mongolia, dan yang secara historis menyebabkan wabah di wilayah tersebut.
Marmut diyakini sebagai penyebab epidemi wabah pneumonia 1911, yang menewaskan sekitar 63.000 orang di timur laut China. Hewan itu diburu karena bulunya, yang populer di kalangan pedagang internasional. Produk bulu dari hewan yang terinfeksi diperdagangkan dan diangkut di seluruh negeri - menginfeksi ribuan orang di sepanjang jalan.
Setelah beberapa dekade kemudian, epidemi akibat hewan itu masih muncul. Pekan lalu, dua kasus wabah pes dikonfirmasi di Mongolia.
Mei lalu, sepasang suami istri di Mongolia meninggal karena wabah pes setelah memakan ginjal mentah marmut, yang dianggap sebagai obat tradisional untuk kesehatan. Dua orang lagi terkena wabah pneumonia - bentuk lain dari penyakit ini, yang menginfeksi paru-paru - beberapa bulan kemudian di seberang perbatasan di Mongolia Dalam.
Kenapa Wabah Ini Masih Ada?
Munculnya antibiotik, yang dapat mengobati sebagian besar infeksi jika ditangani lebih awal, telah membantu mencegah wabah penyakit, sebagaimana yang pernah menyebar begitu cepat di Eropa pada Abad Pertengahan.
Kendati pengobatan modern dapat mengobati wabah itu, tapi sama sekali belum bisa menghilangkannya - dan telah kembali baru-baru ini, WHO mengkategorikannya sebagai penyakit yang muncul kembali.
WHO mencatat ada sekitar 1.000 hingga 2.000 orang terjangkit wabah ini setiap tahun. Tetapi jumlah itu merupakan perkiraan kasar, karena tidak memperhitungkan kasus yang tidak dilaporkan.
Tiga negara yang paling endemik - wabah ada di sana secara permanen - adalah Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, dan Peru.
Di Amerika Serikat, ada puluhan kasus ditemukan setiap tahun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Pada 2015, dua orang di Colorado meninggal karena wabah ini, dan tahun sebelumnya ada delapan kasus yang dilaporkan di negara bagian itu.
Saat ini tidak ada vaksin yang efektif melawan wabah pes, tetapi antibiotik modern dapat mencegah komplikasi dan kematian jika diberikan dengan cukup cepat. Wabah pes yang tidak diobati dapat berubah menjadi wabah pneumonia, yang menyebabkan pneumonia berkembang pesat, setelah bakteri menyebar ke paru-paru.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya