Profil
Fira Basuki
Fira Basuki yang lahir di Surabaya, Jawa Timur tanggal 7 Juni 1972 ini dikenal sebagai seorang sastrawan Indonesia. Dia pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi di majalah Cosmopolitan dan pada saat ini Fira Basuki menjadi executive contributor di Harper's Bazaar Indonesia (MRA Media). Ketertarikan Fira terhadap dunia sastra sudah nampak pada sejak dia masih menempuh pendidikan di bangku sekolah.
Saat itu, Fira sudah sering menjuarai lomba menulis yang diselenggarakan oleh majalah-majalah, seperti Tempo dan Gadis. Setelah itu, ibu dari seorang putri yang bernama Syaza Calibria Galang ini kemudian meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Communication Public Relation di Pittsburg State University dan Wichita State University. Selama kuliah di sana, Fira juga pernah menjadi pembawa acara pada CAP-3 TV, Pittsburg, Kansas, dan produser paruh waktu di Radio Singapore International. Sekembalinya ke Indonesia, Fira kemudian bekerja di majalah Dewi dan menjadi kontributor di beberapa media asing, seperti Sunflower, Collegio, dan Morning Sun.
Sejak tahun 2001 Fira Basuki mulai aktif menulis novel. Novel pertamanya berjudul Jendela-jendela yang mengisahkan kehidupan pasangan suami istri dan permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam rumah-tangganya. Dengan suksesnya novel pertama tersebut, Fira kemudian menulis lanjutan kisah novel Jendela-Jendela dengan meluncurkan novel Pintu yang diterbitkan pada tahun 2002 dan Novel Atap yang diterbitkan pada tahun 2003. Selain itu, novel Biru dan rojak muncul dan menambah koleksi karya sastra yang dihasilkannya.
Hampir semua novel-novel yang dihasilkannya mengambil latar tempat di Amerika, Singapura, dan Indonesia karena ia sudah pernah menetap di Negara-negara tersebut sehingga dia dapat mendalami dan mendeskripsikan budaya setempat dengan begitu jelas. Novel Rojak yang terbit pada tahun 2004 ini mengisahkan seorang perempuan dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh dengan cobaan. Novel tersebut menceritakan terjadinya perkawinan campur antara Janice Wong yang merupakan keturunan Cina yang tinggal di Singapura dan Setyo Putra Hadiningrat yang merupakan keturunan Jawa yang tinggal di Yogyakarta.
Perpaduan budaya yang ada dalam perkawinan tersebut menjadi topik yang menarik dalam novel ini. Fira Basuki yang juga sebagai penulis perempuan dapat merangkai kata-kata dalam memaparkan penderitaan dan nasib seorang wanita sesuai dengan pengalaman dan sudut pandangnya. Dengan gaya penulisan yang khas dan penuh dengan pengandaian, novel tersebut menjadi novel yang menarik untuk dibaca. Berbekal pengalamannya bekerja dan menetap di luar negeri, seperti Amerika dan Singapura, ia dapat menggambarkan latar tempat dan suasana budaya dengan sangat jelas. Hal tersebut merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Fira Basuki.
Namun dia juga harus menelan kenyataan pahit saat sang suami, Hafez Agung Baskoro, meninggal dunia akibat serangan jantung saat Fira sedang mengandung janin empat bulan. Meski sedih, dia mengaku sudah ikhlas dan tidak akan pernah melupakan almarhum suaminya. Pada 27 Agustus 2012, dia melahirkan anak kedua yang diberi nama Kiad Sastra Baskoro.
Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh