Alasan Dibalik Jatuh Cinta Bikin Bodoh? Ini Kata Psikolog
Perhatikan tanda tanda ini saat kamu mulai merasakan jatuh cinta.
Jatuh cinta sering kali dianggap sebagai pengalaman yang manis dan memabukkan. Namun, tak jarang perasaan ini juga membuat seseorang melakukan tindakan yang dianggap kurang bijak. Penelitian terbaru dari University College London mengungkapkan fenomena ini dan memberikan wawasan tentang bagaimana jatuh cinta mempengaruhi otak manusia.
Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa ketika seseorang jatuh cinta, otak melepaskan hormon-hormon tertentu seperti dopamin dan oksitosin, yang memicu perasaan bahagia dan keterikatan. Namun, pelepasan hormon-hormon ini juga dapat menurunkan fungsi kognitif yang berkaitan dengan pengambilan keputusan rasional, sehingga orang yang sedang jatuh cinta cenderung mengabaikan kekurangan pasangan atau risiko yang ada.
-
Kenapa jatuh cinta adiktif? Jatuh cinta sama adiktifnya dengan kafein atau nikotin karena pada saat jatuh cinta, tubuh akan memproduksi lebih banyak dopamin.
-
Apa yang membuat orang jatuh cinta? Saat seseorang jatuh cinta, sebanyak 12 daerah saraf di otak terlibat, menciptakan reaksi kompleks yang mengubah persepsi dan emosi. Hormon dan neurotransmitter seperti oksitosin dan dopamin dilepaskan, memberikan perasaan euforia dan kedekatan yang mendalam.
-
Kenapa cinta membuat orang jadi romantis? Banyak yang mengatakan bahwa cinta itu buta sehingga pasangan rela melakukan pengorbanan apa saja untuk mendapatkan orang yang dicintai. Ini menjadi alasan pula seseorang tiba-tiba bisa romantis bak seorang pujangga ketika dirinya jatuh cinta.
-
Siapa yang menyatakan bahwa cinta adalah sakit jiwa? Cinta adalah sakit jiwa yang membahayakan.- Plato
-
Kenapa erotomania bisa terjadi? Penyebab erotomania belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang dapat berperan dalam perkembangan kondisi ini.
-
Apa penyebab sulit jatuh cinta? Sebenarnya sulit jatuh cinta dapat terjadi karena diakibatkan oleh beberapa faktor. Penasaran? Ini sejumlah penyebab mengapa kamu hampir tak pernah jatuh cinta.
Para peneliti melakukan pemindaian otak menggunakan alat Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menganalisis bagaimana otak bereaksi saat seseorang melihat foto orang yang mereka cintai. Hasilnya menunjukkan bahwa bagian otak yang dikenal sebagai korteks frontal mengalami penurunan aktivitas. Korteks frontal berperan penting dalam pengambilan keputusan dan penilaian situasi. Ketika bagian ini tidak aktif, individu cenderung kesulitan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka.
Peneliti Semir Zeki, yang juga merupakan dosen neuro-estetika di University College London, menjelaskan bahwa kondisi ini mungkin berkaitan dengan kebutuhan biologis untuk bereproduksi. Ketika jatuh cinta, seseorang cenderung tidak memperhatikan sifat-sifat negatif dari pasangan, yang berujung pada tindakan impulsif dan keputusan yang kurang rasional.
Keterlibatan Zat Kimia dalam Jatuh Cinta
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa kadar dopamin—zat kimia yang terkait dengan perasaan senang, keinginan, dan kecanduan—meningkat pada individu yang sedang jatuh cinta. Kadar dopamin yang tinggi ini membuat seseorang merasa bahagia dan optimis, bahkan ketika mereka melakukan tindakan yang mungkin dianggap bodoh. Perasaan ini sering kali menutupi ketakutan akan kegagalan atau kesalahan. Ketika kamu pertama kali bertemu seseorang, otak kamu merespons dengan melepaskan zat kimia—termasuk dopamin, serotonin, dan norepinefrin—yang menciptakan perasaan motivasi, keinginan, kenikmatan, dan rangsangan.
Pandangan Psikolog tentang Jatuh Cinta
Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., menambahkan bahwa ada faktor psikologis lain yang dapat mempengaruhi perilaku saat jatuh cinta. Banyak individu yang tidak pernah mendapatkan perhatian atau kasih sayang yang cukup dari orang tua mereka, sehingga ketika menemukan pasangan yang menunjukkan cinta, mereka cenderung melakukan apa pun untuk mempertahankan kasih sayang tersebut.
Ikhsan juga menjelaskan bahwa kurangnya pemahaman tentang batasan dalam berperilaku terhadap pasangan dapat mendorong individu untuk berperilaku secara berlebihan demi menjaga kebahagiaan pasangan. Ditambah dengan pelepasan hormon endorfin, yang dapat mengurangi stres, individu yang jatuh cinta sering kali merasa nyaman untuk melakukan segala hal bersama pasangan.
Ciri-Ciri Fisiologis saat Jatuh Cinta
Selain pengaruh terhadap perilaku, jatuh cinta juga dapat memicu beberapa reaksi fisiologis dalam tubuh. Beberapa ciri-ciri yang umum muncul saat seseorang jatuh cinta antara lain:
- Pupil Mata Membesar: Ketika tertarik pada seseorang, pupil mata dapat membesar akibat respons sistem saraf simpatis. Oksitosin dan dopamin—dikenal sebagai "hormon cinta"—memengaruhi ukuran pupil.otak kamu mendapatkan dorongan dari bahan kimia ini ketika kamu tertarik secara seksual atau romantis kepada seseorang.
- Tangan Basah dan Deg-Degan: Hormon adrenalin dan norepinefrin yang dilepaskan saat jatuh cinta dapat menyebabkan telapak tangan berkeringat, serta detak jantung yang meningkat.
- Kecanduan Emosional: Rasa rindu dan keinginan untuk bertemu pasangan sering kali muncul, yang dapat menyebabkan perasaan cemas saat tidak bersama mereka. Ini disebabkan oleh peningkatan zat corticoliberin atau kortisol, yang berhubungan dengan respons stres.
- Meniru: Dianggap sebagai tanda ketertarikan nonverbal. Meniru adalah tindakan meniru—baik secara sadar maupun tidak—tindakan dan perilaku orang lain. Ketika dua orang terlibat dalam percakapan, mereka cenderung saling meniru tanpa menyadarinya. Dipercaya bahwa seseorang akan meniru tindakan kamu saat mereka ingin membangun hubungan. Menyamakan tindakan mereka mendorong kedekatan dan menciptakan ikatan. Jadi, jika kamu melihat orang yang kamu ajak bicara memegang tangan mereka dalam posisi yang sama dengan kamu, kemungkinan besar mereka tertarik.
Berdasarkan penelitian dan pandangan psikolog, dapat disimpulkan bahwa jatuh cinta memang membawa dampak besar terhadap cara seseorang berpikir dan bertindak. Ketidakaktifan korteks frontal dan peningkatan kadar dopamin berkontribusi pada perilaku yang sering dianggap bodoh. Meskipun demikian, pengalaman jatuh cinta juga menawarkan berbagai efek positif yang memperkaya kehidupan emosional individu.
Memahami bagaimana jatuh cinta memengaruhi perilaku dan kondisi fisiologis seseorang dapat membantu kita lebih menerima dan memahami sikap yang muncul saat kita merasakan perasaan ini. Dengan pengetahuan ini, diharapkan kita dapat mengambil langkah yang lebih bijaksana saat terjebak dalam pusaran cinta yang memabukkan.