Profil
Haryanto Dhanutirto
(Alm) Prof. Dr. Haryanto Dhanutirto lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada 14 Agustus 1939. Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Farmasi, Institut Teknologi Bandung pada 1966, salah satu ilmuwan sekaligus politisi paling senior di Indonesia ini melanjutkan pendidikan di Perancis untuk meraih gelar keprofesian apoteker dalam bidang Kimia Kedokteran.
Sepulang dari Perancis, Dhanutirto membaktikan diri untuk mengembangkan kualitas pembelajaran di almamaternya dengan pertama bertindak selaku asisten dosen hingga menyandang gelar terakhir sebagai Guru Besar Madya ITB. Pada 1983 - 1987, Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) Indonesia melirik kepakarannya dan mempercayakan jabatan Peneliti Senior sekaligus Deputi Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan BPPT.
Bersamaan dengan menguatnya jejak karir di bidang keilmuan, Dhanutirto juga semakin dekat dengan politik dan pemerintah. Pada 1986 - 1987, Guru Besar ITB ini dilantik sebagai Pembantu Asisten Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI. Dan pada 1993 - 1998, nama Haryanto Dhanutirto mengisi jajaran Kabinet Pembangunan VI pada masa (alm) Presiden Soeharto sebagai Menteri Perhubungan. Penggagas berdirinya Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) ini sempat dilantik sebagai Menteri Negara Pangan dan Hortikultura, sesaat sebelum Orde Baru lengser pada 1998. Sudah sangat akrab dengan Partai Golkar sejak masih menjadi anggota MPR/DPR pada 1970an, Haryanto Dhanutirto bertindak selaku salah seorang Dewan Pakar Balitbang partai tersebut sejak 2007 silam.
Pada 10 Juli 2012, tepatnya pukul 14.00 WIB, Prof. Dr. Haryanto Dhanutirto secara mendadak dikabarkan meninggal dalam perawatan di Rumah Sakit MMC, Jakarta. Kabar resmi dari pihak keluarga menyebut jenazah disemayamkan di rumah duka, Jl. Kayu Ambon 1 Lembang, Bandung, sebelum dilepas menuju pemakaman keluarga di TPU Cikutra, Bandung.
Riset dan analisis: Diela Kurnia - Mochamad Nasrul Chotib