Cerita Dokter Mata Yap Hong Tjoen Gratiskan Pengobatan dan Beri Pasien Uang
Merdeka.com - Sebuah bangunan rumah sakit dengan gaya Belanda masih berdiri di Jalan Cik Di Tiro, Kota Yogyakarta. Rumah sakit bernama DR. Yap Prawirohusodo ini sebagian besar bangunannya masih asli, sejak pertama kali didirikan tahun 1922 lalu.
Rumah sakit khusus mata ini tak lepas dari peran Yap Hong Tjoen, seorang dokter Tionghoa lulusan Universitas Leiden. Tangan dingin Yap Hong Tjoen membuat RS DR.Yap Prawirohusodo yang sebelumnya bernama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders, menjadi rumah sakit khusus mata pertama yang ada di Indonesia.
Yap Hong Tjoen adalah pria kelahiran Yogyakarta tahun 1885. Semasa mudanya, Yap Hong Tjoen menjalani pendidikan di sekolah khusus Tionghoa, sebelum melanjutkan studi ke ELS atau setara sekolah dasar. Setelahnya menempuh pendidikan tingkat HBS atau SMA di Semarang, Jawa Tengah.
-
Dimana Yap Thiam Hien dilahirkan? Mr. Yap Thiam Hien atau yang biasa disapa dengan John oleh kawan-kawannya lahir di Kutaraja, Banda Aceh pada 25 Mei 1913.
-
Dimana Tjong Yong Hian lahir? Ia lahir di Guangdong, Tingkok Selatan pada tahun 1850.
-
Apa yang diperjuangkan Yap Thiam Hien di Indonesia? Meski saat itu jenjang kariernya sudah lebih baik, tetapi Tham Hien tidak lupa dengan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh orang Indonesia akibat penjajajahan Belanda. Ia sangat konsisten memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
-
Dimana Tan Joe Hok belajar di Amerika Serikat? Setelah menang di All England 1959, ia memperoleh beasiswa studi pre-medical bidang Kimia dan Biologi di salah satu universitas di Texas, Amerika Serikat.
-
Kapan AHY lulus dari SMA? AHY diketahui lulus dari SMA Taruna Nusantara pada tahun 1997.
-
Dimana Yoon So Hee belajar? Bintang utama Witch's Love, Yoon So Hee adalah salah satu aktris cerdas kebanggaan Korea Selatan. So Hee dikabarkan memiliki IQ 145. Perempuan kelahiran Stuttgart, Jerman itu tengah menempuh pendidikan di KAIST University yang terkenal sebagai sekolahnya para ilmuwan dan insinyur terbaik Korea. Jurusan yang dipilihnya pun termasuk sulit, yaitu teknik kimia dan biomolekular.
Kepala Museum Dr. Yap, Dwi Anna Sitoresmi mengatakan Yap Hong Tjoen kemudian melanjutkan sekolah kedokteran dk Leiden, Belanda. Yap Hong Tjoen tercatat menjadi generasi awal orang Tionghoa dan Hindia Belanda yang melanjutkan studi ke Belanda.
Semasa di Belanda, Yap Hong Tjoen disebut Anna merupakan orang yang aktif berorganisasi. Terbukti Yap Hong Tjoen merupakan salah seorang pendiri organisasi Chung Hwa Hui, atau organisasi pelajar Tionghoa di Belanda.
Kiprah Yang Hong Tjoen juga termaktub dalam organisasi Indonesisch Verbond van Studeerenden, atau cikal bakal Perserikatan Pelajar Indonesia. Yap Hong Tjoen bersama dengan Soewardi Soeryaningrat atau dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara dan JA Jonkman aktif dalam dewan redaksi PPI tersebut.
"Memang Yap Hong Tjoen ada kedekatan dengan Ki Hajar Dewantara. Mereka kenal sejak di Belanda. Bahkan saat Yap Hong Tjoen berulang tahun di Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara sempat memberi hadiah berupa lukisan diri Yap Hong Tjoen. Lukisan itu sampai sekarang masih disimpan di Museum Dr Yap," kata Anna, Jumat (29/1).
Selain sebagai dokter mata, kata Anna, Yap Hong Tjoen dikenal pula sebagai orang yang menyukai karya sastra dan seni lukis. Selain itu Yap Hong Tjoen juga diketahui menguasai tujuh bahasa seperti Belanda, Mandarin, Jerman, Prancis, Inggris, Spanyol, Portugis hingga Bahasa Jawa.
Selesai menempuh pendidikan di Belanda, Yap Hong Tjoen pun pulang ke Yogyakarta. Sebagai seorang dokter spesialis mata, Yap Hong Tjoen mempunyai keinginan untuk mengamalkan ilmu guna menolong masyarakat dari penyakit mata dan kebutaan.
Bersama sejumlah temannya, Yap Hong Tjoen pun mendirikan Centrale Vereeniging tot Bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch-Indie (CVO). CVO didirikan dan dicatatkan ke notaris di Batavia tahun 1920.
CVO memiliki tujuan untuk menolong penderita penyakit mata, memberantas kebutaan, memerbaiki nasib tunanetra dan memajukan ilmu tentang kesehatan mata. CVO kemudian mengamanahkan amanat ke Yap Hong Tjoen untuk mendirikan sebuah rumah sakit khusus mata.
Sebelum mendirikan rumah sakit, sepulang dari Leiden, Yap Hong Tjoen sempat membuka sebuah klinik di daerah Gondolayu, Kota Yogyakarta. Yap Hong Tjoen pun kemudian mendirikan sebuah rumah sakit mata yang dinamai Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders. Pembangunan dilakukan pada tahun 1922.
Pada 29 Mei 1923, rumah sakit Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda waktu itu.
Yap Hong Tjoen dikenal sebagai sosok dokter yang humanis. Yap Hong Tjoen selain praktik di rumah sakit, juga kerap melakukan blusukan ke desa-desa untuk mengobati masyarakat terutama untuk penyakit mata.
"Beliau (Yap Hong Tjoen) itu tidak milih-milih pasien. Mau orang tidak mampu sampai orang kaya semua diobati. Bahkan kalau pasiennya tidak punya uang, justru kerap Beliau memberikan uang untuk biaya pulang atau juga memberikan kaca mata gratis," tutur Anna.
Anna merinci selain mendirikan rumah sakit, Yap Hong Tjoen juga mendirikan Voerstenlandsch Blinded Instituut atau sebuah balai perawatan dan pelatihan bagi tunanetra. Balai ini didirikan pada tahun 1927 dan dinamai Balai Mardi Wuto.
"Jadi di Balai Mardi Wuto ini orang tunanetra diberikan pelatihan dan keterampilan. Seperti membaca braille, membuat kerajinan, pelatihan pijat dan lain-lainnya. Yap Hong Tjoen turun sendiri ke desa-desa untuk mencari orang penyandang tunanetra kemudian diajak ke Balai Mardi Wuto. Yap Hong Tjoen juga menjadi salah seorang mentor di sana. Ikut melatih juga beliaunya," ungkap Anna.
Di tahun 1942 Jepang mulai masuk ke Indonesia. Kedatangan Jepang ini membuat rumah sakit harus berganti nama. Jepang kala itu tak menginginkan nama berbau Belanda di Indonesia. Hal ini membuat nama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders berganti nama menjadi RS DR. Yap.
©2022 Merdeka.com
Di masa pendudukan Jepang, Yap Hong Tjoen beberapa kali harus berurusan dengan militer. Yap Hong Tjoen kerap dicurigai sebagai mata-mata. Tak hanya itu, Yap Hong Tjoen juga kerap dituding memberikan bantuan kesehatan kepada tentara.
"Walaupun Yap Hong Tjoen itu seorang dokter spesialis mata tapi beliau tahu juga bagaimana menangani pasien yang misalnya patah atau terkena tembak. Beliau sembunyi-sembunyi memberikan bantuan perawatan yang itu terus gethok tular (menyebar) di kalangan pejuang," papar Anna.
Tahun 1948, Yap Hong Tjoen mengundurkan diri sebagai Direktur RS. Dr Yap. Jabatan Yap Hong Tjoen diteruskan oleh anak keduanya yaitu Yap Kie Tiong yang juga merupakan seorang dokter mata. Kemudian Yap Hong Tjoen bersama istri dan anaknya pun memilih untuk tinggal di Belanda. Sementara Yap Kie Tiong menjabat sebagai direktur hingga meninggal dunia di tahun 1969.
Rumah sakit Dr Yap setelahnya sejak tahun 1972 berada dikelola di bawah yayasan yang bernama Yayasan Rumah Sakit Mata Dr Yap Prawirohusudo.
Berkunjung ke Museum Dr Yap
Museum Dr Yap berada di salah satu sudut RS Dr Yap. Museum ini berdiri pertama kali pada tahun 1997. Museum ini berada di sebuah bangunan yang dulunya merupakan bangsal tempat merawat pasien.
Ada tiga ruangan dari Museum Dr Yap. Pertama adalah ruangan yang menampilkan peralatan Yap Hong Tjoen saat menjadi dokter mata. Sejumlah peralatan seperti perimeter dan alat operasi milik Yap Hong Tjoen masih tersimpan baik di museum ini.
"Di masanya, peralatan yang dipakai Yap Hong Tjoen ini merupakan peralatan paling modern dan terbaik. Sebenarnya sampai sekarang masih bisa dioperasional tapi akurasinya sudah tidak tepat lagi," terang Anna.
Di ruangan peralatan ini, terpajang pula sejumlah foto Yap Hong Tjoen. Ada pula foto-foto saat peresmian Rumah Sakit maupun foto saat Presiden RI Soekarno, Wakil Presiden RI Muhammad Hatta datang di perayaan ulang tahun rumah sakit ke 25. Di foto perayaan ini ada pula testimoni tulisan tangan Soekarno dan Muhammad Hatta.
©2022 Merdeka.com
Selain itu ada sebuah ruangan lain yang berisi barang koleksi milik Yap Hong Tjoen. Diantaranya adalah peralatan rumah tangga berbahan porselen yang dipakai untuk menjamu tamu-tamu.
Di ruangan ketiga ada barang-barang pribadi milik Yap Hong Tjoen yang dipakainya semasa hidup. Di ruangan ini ada tempat tidur, meja rias hingga biola. Ada pula koleksi lukisan pemberian sahabat-sahabat Yap Hong Tjoen.
"Ya rumah sakit ini selain sebagai rumah sakit juga menjadi rumah tinggal bagi Yap Hong Tjoen. Ruangan beliau sampai sekarang masih ada tapi dipakai untuk bangsal Amarta. Sehingga relatif barang-barang beliau bisa kita kumpulkan dengan baik," ucap Anna. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria asal Koto Gadang ini sempat melanjutkan studi dokter di Belanda dan menjadi salah satu tokoh kesehatan di Indonesia yang cukup legendaris.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaKabar Duka, Dokter Dermawan Lo Siaw Ging Meninggal Dunia
Baca SelengkapnyaPerkembangan kota Medan di masa lalu yang kita bisa rasakan dampaknya sekarang tidak lepas dari peran seorang tokoh dari Tionghoa.
Baca SelengkapnyaSelain berjuang untuk kemerdekaan, beliau juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan di bidang pendidikan dan agama.
Baca SelengkapnyaYusuf Mannagalli Parawansa jadi dokter demi mewujudkan cita-cita sang ibu
Baca SelengkapnyaJenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok
Baca SelengkapnyaSelama menjadi dokter, ia sering menyisihkan uang pribadinya untuk biaya berobat pasien yang tidak mampu.
Baca SelengkapnyaSemasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat
Baca SelengkapnyaIni adalah rumah sakit pribumi tertua. Rumah sakit itu adalah RS PKU Yogyakarta yang didirikan oleh K.H. Sudja’ dan disetujui oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Baca SelengkapnyaRuang kelasnya dihiasi lampu-lampu kuno yang estetik
Baca SelengkapnyaKadangkala, ia juga akan bertanya pada perawat atau pun teman-temannya yang pernah berkecimpung dalam dunia kesehatan.
Baca Selengkapnya