Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Dokter Mata Yap Hong Tjoen Gratiskan Pengobatan dan Beri Pasien Uang

Cerita Dokter Mata Yap Hong Tjoen Gratiskan Pengobatan dan Beri Pasien Uang Dokter mata keturunan Tionghoa Yap Hong Tjoen. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Sebuah bangunan rumah sakit dengan gaya Belanda masih berdiri di Jalan Cik Di Tiro, Kota Yogyakarta. Rumah sakit bernama DR. Yap Prawirohusodo ini sebagian besar bangunannya masih asli, sejak pertama kali didirikan tahun 1922 lalu.

Rumah sakit khusus mata ini tak lepas dari peran Yap Hong Tjoen, seorang dokter Tionghoa lulusan Universitas Leiden. Tangan dingin Yap Hong Tjoen membuat RS DR.Yap Prawirohusodo yang sebelumnya bernama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders, menjadi rumah sakit khusus mata pertama yang ada di Indonesia.

Yap Hong Tjoen adalah pria kelahiran Yogyakarta tahun 1885. Semasa mudanya, Yap Hong Tjoen menjalani pendidikan di sekolah khusus Tionghoa, sebelum melanjutkan studi ke ELS atau setara sekolah dasar. Setelahnya menempuh pendidikan tingkat HBS atau SMA di Semarang, Jawa Tengah.

Kepala Museum Dr. Yap, Dwi Anna Sitoresmi mengatakan Yap Hong Tjoen kemudian melanjutkan sekolah kedokteran dk Leiden, Belanda. Yap Hong Tjoen tercatat menjadi generasi awal orang Tionghoa dan Hindia Belanda yang melanjutkan studi ke Belanda.

Semasa di Belanda, Yap Hong Tjoen disebut Anna merupakan orang yang aktif berorganisasi. Terbukti Yap Hong Tjoen merupakan salah seorang pendiri organisasi Chung Hwa Hui, atau organisasi pelajar Tionghoa di Belanda.

Kiprah Yang Hong Tjoen juga termaktub dalam organisasi Indonesisch Verbond van Studeerenden, atau cikal bakal Perserikatan Pelajar Indonesia. Yap Hong Tjoen bersama dengan Soewardi Soeryaningrat atau dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara dan JA Jonkman aktif dalam dewan redaksi PPI tersebut.

"Memang Yap Hong Tjoen ada kedekatan dengan Ki Hajar Dewantara. Mereka kenal sejak di Belanda. Bahkan saat Yap Hong Tjoen berulang tahun di Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara sempat memberi hadiah berupa lukisan diri Yap Hong Tjoen. Lukisan itu sampai sekarang masih disimpan di Museum Dr Yap," kata Anna, Jumat (29/1).

Selain sebagai dokter mata, kata Anna, Yap Hong Tjoen dikenal pula sebagai orang yang menyukai karya sastra dan seni lukis. Selain itu Yap Hong Tjoen juga diketahui menguasai tujuh bahasa seperti Belanda, Mandarin, Jerman, Prancis, Inggris, Spanyol, Portugis hingga Bahasa Jawa.

Selesai menempuh pendidikan di Belanda, Yap Hong Tjoen pun pulang ke Yogyakarta. Sebagai seorang dokter spesialis mata, Yap Hong Tjoen mempunyai keinginan untuk mengamalkan ilmu guna menolong masyarakat dari penyakit mata dan kebutaan.

Bersama sejumlah temannya, Yap Hong Tjoen pun mendirikan Centrale Vereeniging tot Bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch-Indie (CVO). CVO didirikan dan dicatatkan ke notaris di Batavia tahun 1920.

CVO memiliki tujuan untuk menolong penderita penyakit mata, memberantas kebutaan, memerbaiki nasib tunanetra dan memajukan ilmu tentang kesehatan mata. CVO kemudian mengamanahkan amanat ke Yap Hong Tjoen untuk mendirikan sebuah rumah sakit khusus mata.

Sebelum mendirikan rumah sakit, sepulang dari Leiden, Yap Hong Tjoen sempat membuka sebuah klinik di daerah Gondolayu, Kota Yogyakarta. Yap Hong Tjoen pun kemudian mendirikan sebuah rumah sakit mata yang dinamai Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders. Pembangunan dilakukan pada tahun 1922.

Pada 29 Mei 1923, rumah sakit Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda waktu itu.

Yap Hong Tjoen dikenal sebagai sosok dokter yang humanis. Yap Hong Tjoen selain praktik di rumah sakit, juga kerap melakukan blusukan ke desa-desa untuk mengobati masyarakat terutama untuk penyakit mata.

"Beliau (Yap Hong Tjoen) itu tidak milih-milih pasien. Mau orang tidak mampu sampai orang kaya semua diobati. Bahkan kalau pasiennya tidak punya uang, justru kerap Beliau memberikan uang untuk biaya pulang atau juga memberikan kaca mata gratis," tutur Anna.

Anna merinci selain mendirikan rumah sakit, Yap Hong Tjoen juga mendirikan Voerstenlandsch Blinded Instituut atau sebuah balai perawatan dan pelatihan bagi tunanetra. Balai ini didirikan pada tahun 1927 dan dinamai Balai Mardi Wuto.

"Jadi di Balai Mardi Wuto ini orang tunanetra diberikan pelatihan dan keterampilan. Seperti membaca braille, membuat kerajinan, pelatihan pijat dan lain-lainnya. Yap Hong Tjoen turun sendiri ke desa-desa untuk mencari orang penyandang tunanetra kemudian diajak ke Balai Mardi Wuto. Yap Hong Tjoen juga menjadi salah seorang mentor di sana. Ikut melatih juga beliaunya," ungkap Anna.

Di tahun 1942 Jepang mulai masuk ke Indonesia. Kedatangan Jepang ini membuat rumah sakit harus berganti nama. Jepang kala itu tak menginginkan nama berbau Belanda di Indonesia. Hal ini membuat nama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders berganti nama menjadi RS DR. Yap.

dokter mata keturunan tionghoa yap hong tjoen

©2022 Merdeka.com

Di masa pendudukan Jepang, Yap Hong Tjoen beberapa kali harus berurusan dengan militer. Yap Hong Tjoen kerap dicurigai sebagai mata-mata. Tak hanya itu, Yap Hong Tjoen juga kerap dituding memberikan bantuan kesehatan kepada tentara.

"Walaupun Yap Hong Tjoen itu seorang dokter spesialis mata tapi beliau tahu juga bagaimana menangani pasien yang misalnya patah atau terkena tembak. Beliau sembunyi-sembunyi memberikan bantuan perawatan yang itu terus gethok tular (menyebar) di kalangan pejuang," papar Anna.

Tahun 1948, Yap Hong Tjoen mengundurkan diri sebagai Direktur RS. Dr Yap. Jabatan Yap Hong Tjoen diteruskan oleh anak keduanya yaitu Yap Kie Tiong yang juga merupakan seorang dokter mata. Kemudian Yap Hong Tjoen bersama istri dan anaknya pun memilih untuk tinggal di Belanda. Sementara Yap Kie Tiong menjabat sebagai direktur hingga meninggal dunia di tahun 1969.

Rumah sakit Dr Yap setelahnya sejak tahun 1972 berada dikelola di bawah yayasan yang bernama Yayasan Rumah Sakit Mata Dr Yap Prawirohusudo.

Berkunjung ke Museum Dr Yap

Museum Dr Yap berada di salah satu sudut RS Dr Yap. Museum ini berdiri pertama kali pada tahun 1997. Museum ini berada di sebuah bangunan yang dulunya merupakan bangsal tempat merawat pasien.

Ada tiga ruangan dari Museum Dr Yap. Pertama adalah ruangan yang menampilkan peralatan Yap Hong Tjoen saat menjadi dokter mata. Sejumlah peralatan seperti perimeter dan alat operasi milik Yap Hong Tjoen masih tersimpan baik di museum ini.

"Di masanya, peralatan yang dipakai Yap Hong Tjoen ini merupakan peralatan paling modern dan terbaik. Sebenarnya sampai sekarang masih bisa dioperasional tapi akurasinya sudah tidak tepat lagi," terang Anna.

Di ruangan peralatan ini, terpajang pula sejumlah foto Yap Hong Tjoen. Ada pula foto-foto saat peresmian Rumah Sakit maupun foto saat Presiden RI Soekarno, Wakil Presiden RI Muhammad Hatta datang di perayaan ulang tahun rumah sakit ke 25. Di foto perayaan ini ada pula testimoni tulisan tangan Soekarno dan Muhammad Hatta.

dokter mata keturunan tionghoa yap hong tjoen

©2022 Merdeka.com

Selain itu ada sebuah ruangan lain yang berisi barang koleksi milik Yap Hong Tjoen. Diantaranya adalah peralatan rumah tangga berbahan porselen yang dipakai untuk menjamu tamu-tamu.

Di ruangan ketiga ada barang-barang pribadi milik Yap Hong Tjoen yang dipakainya semasa hidup. Di ruangan ini ada tempat tidur, meja rias hingga biola. Ada pula koleksi lukisan pemberian sahabat-sahabat Yap Hong Tjoen.

"Ya rumah sakit ini selain sebagai rumah sakit juga menjadi rumah tinggal bagi Yap Hong Tjoen. Ruangan beliau sampai sekarang masih ada tapi dipakai untuk bangsal Amarta. Sehingga relatif barang-barang beliau bisa kita kumpulkan dengan baik," ucap Anna. (mdk/cob)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Prof. Mohamad Sjaaf, Dokter Mata Jebolan STOVIA yang Menjadi Rektor Pertama Universitas Andalas
Sosok Prof. Mohamad Sjaaf, Dokter Mata Jebolan STOVIA yang Menjadi Rektor Pertama Universitas Andalas

Pria asal Koto Gadang ini sempat melanjutkan studi dokter di Belanda dan menjadi salah satu tokoh kesehatan di Indonesia yang cukup legendaris.

Baca Selengkapnya
Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat
Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat

Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda

Baca Selengkapnya
Kabar Duka, Dokter Dermawan asal Solo Lo Siaw Ging Meninggal Dunia
Kabar Duka, Dokter Dermawan asal Solo Lo Siaw Ging Meninggal Dunia

Kabar Duka, Dokter Dermawan Lo Siaw Ging Meninggal Dunia

Baca Selengkapnya
Sosok Tjong Yong Hian, Tokoh Revolusi Pembangunan di Kota Medan Berdarah Tionghoa
Sosok Tjong Yong Hian, Tokoh Revolusi Pembangunan di Kota Medan Berdarah Tionghoa

Perkembangan kota Medan di masa lalu yang kita bisa rasakan dampaknya sekarang tidak lepas dari peran seorang tokoh dari Tionghoa.

Baca Selengkapnya
Mengenang Jasa Teuku Muhammad Hasan, dari Pemerhati Pendidikan hingga Gubernur Pertama di Sumatera
Mengenang Jasa Teuku Muhammad Hasan, dari Pemerhati Pendidikan hingga Gubernur Pertama di Sumatera

Selain berjuang untuk kemerdekaan, beliau juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan di bidang pendidikan dan agama.

Baca Selengkapnya
Sosok Yusuf Mannagalli Parawansa Putra Khofifah, Dokter yang Beri Pengobatan Gratis untuk Pasien
Sosok Yusuf Mannagalli Parawansa Putra Khofifah, Dokter yang Beri Pengobatan Gratis untuk Pasien

Yusuf Mannagalli Parawansa jadi dokter demi mewujudkan cita-cita sang ibu

Baca Selengkapnya
Jenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok
Jenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok

Jenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Low Siaw Ging, Dokter Dermawan dari Kota Solo yang Meninggal di Usia 89 Tahun
Mengenal Sosok Low Siaw Ging, Dokter Dermawan dari Kota Solo yang Meninggal di Usia 89 Tahun

Selama menjadi dokter, ia sering menyisihkan uang pribadinya untuk biaya berobat pasien yang tidak mampu.

Baca Selengkapnya
Miris Lihat Kesengsaraan Rakyat di Berbagai Daerah, Dokter Ini Memutuskan Beri Pengobatan Gratis untuk Pasiennya
Miris Lihat Kesengsaraan Rakyat di Berbagai Daerah, Dokter Ini Memutuskan Beri Pengobatan Gratis untuk Pasiennya

Semasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Rumah Sakit Pribumi Pertama di Indonesia, Begini Penampakannya
Ternyata Ini Rumah Sakit Pribumi Pertama di Indonesia, Begini Penampakannya

Ini adalah rumah sakit pribumi tertua. Rumah sakit itu adalah RS PKU Yogyakarta yang didirikan oleh K.H. Sudja’ dan disetujui oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Baca Selengkapnya
Soekarno Habiskan Masa SD dan SMP di Mojokerto, Ini Potret Gedung Sekolahnya Masih Kokoh hingga Sekarang
Soekarno Habiskan Masa SD dan SMP di Mojokerto, Ini Potret Gedung Sekolahnya Masih Kokoh hingga Sekarang

Ruang kelasnya dihiasi lampu-lampu kuno yang estetik

Baca Selengkapnya
Dokter Gadungan Susanto Belajar Ilmu Kesehatan dari Youtube, Kalau Kepepet Cek Google
Dokter Gadungan Susanto Belajar Ilmu Kesehatan dari Youtube, Kalau Kepepet Cek Google

Kadangkala, ia juga akan bertanya pada perawat atau pun teman-temannya yang pernah berkecimpung dalam dunia kesehatan.

Baca Selengkapnya