Ketika Panglima Siliwangi Kesal
Merdeka.com - Akibat kesembronoan para kuli tinta menulis kondisi penumpasan DI/TII di Jawa Barat, Kolonel R.A. Kosasih merasa gusar.
Penulis: Hendi Jo
Pasca Pemilu 1955, serangan dan teror yang dilakukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) semakin merajalela. Selain memiliki persenjataan yang lumayan kuat, para gorombolan (sebutan rakyat Jawa Barat untuk gerilyawan DI/TII) juga termasuk ahli dalam melakukan perang gerilya.
-
Kenapa Kolonel Rivai disuruh bicara Jawa? Melihat lawan berundingnya, Yani langsung berkata pada Rivai.'Vai, Coro Jowo wae, Ora Ono sing ngerti,' celetuk Yani pada kawannya itu.
-
Kenapa Rebo Kasan dilakukan? Upacara tersebut didasari untuk memohon pertolongan kepada Tuhan agar terhindar dari berbagai bencana.
-
Kenapa warga resah? Momen teror suara ketuk puntu rumah yang terekam di kamera CCTV ini bikin warga sekitar resah.
-
Siapa yang mengalaminya di Indonesia? Riskesdas 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
-
Apa itu Rebo Kasan? Sebuah ritual doa kepada Tuhan sebagai ritual tolak bala yang dilaksanakan setiap bulan Sya'far atau setiap hari Rabu terakhir pada penanggalan Hijriah.
-
Kapan sang pesolek merasa resah? Hangatkan merah pada bibirku yang resah.
"Penghadangan kereta api, bus dan truk militer kerap terjadi di jalan-jalan besar antar kota di Jawa Barat dan itu menimbulkan suasana teror luar biasa di kalangan rakyat," ungkap sejarawan Rushdy Hoesein.
TNI (Tentara Nasional Indonesia) juga seolah tak berdaya menghadapi situasi seperti itu. Di wilayah Priangan Timur, para gorombolan bahkan bisa dikatakan memegang kendali atas roda pemerintahan. Terutama di Tasikmalaya dan Garut.
"Darul Islam menguasai seperlima wilayah Tasikmalaya: 75 desa dari 201 desa," ungkap Cornelis van Dijk dalam Darul Islam: Sebuah Pemberontakan.
Dominasi itu diakui oleh pihak Kodam Siliwangi VI sendiri. Meskipun pos-pos prajurit Siliwangi banyak didirikan di seluruh zona merah dan kaki gunung, namun pada kenyataannya mereka hanya berkuasa di siang hari, namun menjadi bulan-bulanan di malam hari.
"Tahun 1957, merupakan tahun yang paling sulit bagi anak-anak Siliwangi…" demikian penilaian pihak Siliwangi yang dikutip Sedjarah Militer Daerah Militer VI Siliwangi dalam Siliwangi dari Masa ke Masa.
Media tanggap dengan situasi tersebut. Akhir 1957, Kantor Berita Antara dalam buletinnya melaporkan kondisi gawat itu dalam berjudul 'Gerombolan Makin Ganas, Tentara Makin Lalai'. Merasa harus disampaikan kepada masyarakat Jawa Barat, seorang wartawan dari Sipatahoenan (koran legendaris urang Sunda) kemudian mengalihbahasakan tulisan Antara tersebut secara harfiah ke dalam bahasa Sunda dengan judul: 'Gorombolan Beuki Ganas, Tentara Beuki Lalay'
"Artinya kan jadi lain, kalau dibahasaindonesiakan kurang lebih begini: 'Gerombolan Suka Makan Nanas, Tentara Suka Makan Kelelawar'," ujar budayawan Sunda H. Usep Romli H.M. yang pernah saya wawancara pada 2018.
Begitu tayang, alih-alih menjadi heboh, khalayak malah banyak yang merasa kaget dan lucu. Namun tidak demikian dengan Panglima Kodam VI Siliwangi Kolonel R.A. Kosasih. Dalam suatu pertemuan dengan para wartawan di Bandung, dia malah menyatakan kegusarannya atas judul tulisan Sipatahoenan itu.
"Piraku anak buah aing ngahakan lalay, hah?! Rangsum kejo ge rea keneh, deuleu!" ujar Kosasih.
Artinya: Masa iya anak buah saya memakan kelelawar?! Ransum nasi saja masih berlimpah, tau?!
Soal itu lantas diklarifikasi oleh para wartawan kepada Kosasih. Mereka menyatakan minta maaf atas kesembronoan kolega-nya saat menulis berita tersebut. Kosasih menerima permintaan maaf itu dan menyatakan ke depan dia tak mau ada lagi kejadian konyol seperti itu. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaKerajaan Pajajaran masih tidak terkalahkan dari serangan musuh, sampai benteng super kokoh yang mengelilinginya dibobol oleh “orang dalam”.
Baca SelengkapnyaBerkat jasa-jasanya semasa hidup, nama KS Tubun diabadikan sebagai nama kapal perang hingga jalan.
Baca SelengkapnyaKali ini pemicunya adalah tradisi tahunan saat prosesi tabuh gamelan Sekaten dalam rangka perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Senin (9/9) lalu.
Baca SelengkapnyaTNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?
Baca SelengkapnyaRevolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.
Baca SelengkapnyaPerjalanan ini dipenuhi pertumpahan darah dan tangisan air mata.
Baca SelengkapnyaLukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro menjadi salah satu karya terbaik Raden Saleh. Bagaimana kisah di baliknya?
Baca SelengkapnyaDi Kota Padang, terjadi peristiwa bersejarah pada 27 November 1945 di sebuah sekolah bernama Sekolah Teknik Simpang Haru.
Baca SelengkapnyaPembacaan proklamasi kemerdekaan oleh Soedarsono dihadiri oleh sekitar 100 sampai 150 orang dari berbagai penjuru di kota pesisir Jawa Barat itu.
Baca Selengkapnya