Kiai Masjkur Setia Dampingi Jenderal Soedirman, Lolos Sergapan Belanda Saat Gerilya
Merdeka.com - Kiai Masjkur dikenal sebagai salah satu sosok tokoh pejuang bersenjata pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari Agresi Belanda Tahun 1945. Kontribusinya dalam perang fisik melawan Belanda di antaranya mendirikan Laskar Hizbullah dan menjadi komando Laskar Sabilillah.
Kiai asal Singosari, Kabupaten Malang itu memimpin dan memobilisasi kalangan ulama dan santri (pesantren). Dia berjuang bersama rakyat dalam pertempuran Surabaya, 10 November 1945. Saat itu, para pejuang dari berbagai lapisan, termasuk ulama dan santri, bersatu mengangkat senjata. Rakyat mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Kiai Masjkur juga terlibat dalam perang fisik. Dia ikut serta bergerilya bersama Jenderal Soedirman. Dia setia mendampingi Panglima Soedirman selama gerilya di Trenggalek dan sekitarnya.
-
Siapa yang menjadi ajudan pribadi Soedirman? Pada tahun 1946, Tjokropranolo ditunjuk menjadi ajudan pribadinya Soedirman di Yogyakarta sekaligus pangkatnya meningkat menjadi Kapten.
-
Siapa yang menjadi penasihat pribadi Panglima Soedirman? Pada zaman revolusi fisik, Harsono menjadi penasihat pribadi PangIima Besar Soedirman dan ikut bergerilya bersamanya.
-
Bagaimana Tjokropranolo membantu Soedirman? Selama hidupnya, Bang Nolly pernah menjabat sebagai ajudan pribadi Soedirman dan turut menyelamat nyawanya dari serangan tentara Belanda yang mencoba ingin membunuhnya.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Bagaimana karier militer Try Sutrisno? Try meniti karier militer yang gemilang dan mencapai pangkat Jenderal TNI. Ia menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-7 dari tahun 1988 hingga 1993. Selama masa jabatannya, ia terlibat dalam banyak operasi militer penting, termasuk dalam penanganan konflik separatis, yang menguji kepemimpinan dan kemampuan strategisnya.
-
Kenapa film "Jenderal Soedirman" dibuat? Film drama biografi Indonesia dirilis pada 2015 dan menceritakan tentang pemimpin perang gerilya yang mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia, Jendral Soedirman.
"Kiai Masjkur bersama Jenderal Soedirman, di mana beliau-beliau ini dikejar Belanda, dikejar sekutu siang malam, hendak dibunuh," terang Prof Mas'ud Said, yang pernah menjabat Anggota Penasehat Tim Pengusul Gelar Pahlawan Nasional untuk Kyai Masjkur.
Belanda Memburu Jenderal Soedirman
Mas'ud mendapatkan cerita dari seorang tokoh Ansor senior di Kabupaten Trenggalek. Salah satu cerita yang didapatkan adalah saat Kiai Masjkur lolos dari serangan Belanda.
"Suatu hari kelihatannya Belanda sudah mengetahui lokasinya. Para gerilyawan, termasuk Jenderal Soedirman dan KH. Masjkur pukul 12.00 malam sudah dimata-matai," kisahnya.
Diduga mata-mata sudah melaporkan lokasi keberadaan mereka ke Belanda. Sehingga tersebar kabar akan munculnya serangan. Masyarakat yang berpihak kepada pejuang, mengabarkan keberadaan pasukan Belanda.
"Karena ada juga pasukan beliau yang memata-matai Belanda, masyarakat juga melaporkan. Ini mau diserang jam 12.00 malam," kisahnya.
Kabur Menggunakan Rakit
Para gerilyawan saat itu, termasuk Jenderal Soedirman dan KH Masjkur berhasil meloloskan diri. Ssesaat sebelum pasukan Belanda membombardir persinggahan mereka. Pasukan menggunakan rakit yang terbuat dari pohon pisang untuk menyusuri sungai.
"Mereka ikut aliran sungai bersama pohon pisang yang dihanyutkan, sampai beberapa kilometer kemudian hilang, lokasinya terus dibom," tegasnya.
Kondisi Jenderal Soedirman selama massa gerilya dalam keadaan sakit dan harus ditandu oleh pasukannya. Upaya penyelamatan itu tentunya sangat dramatik demi lolos dari serangan.
"Dihanyutkan dan diseberangkan. Jadi ketika diserang lokasi persinggahan itu sudah tidak ada orangnya, hanya mungkin perbekalan yang tertinggal," kisahnya.
Resolusi Jihad
Sikap ulama tegas menolak penjajahan dan mendukung perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Muncul Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang disampaikan Hasyim Asy'ari dari Pondok Tebuireng Jombang.
Ulama dan santri menggemakan panggilan berjihad menghadapi penjajah yang hendak kembali bersama sekutu. Paramiliter di kalangan ulama dan santri pun berkoordinasi dan dikerahkan di antaranya Laskar Hizbullah pimpinan Kiai Zainul Arifin (1909-1963), Laskar Sabilillah pimpinan Kyai Masykur dan Laskar Mujahidin pimpinan Kiai Wahab Chasbullah (1888-1971).
Laskar dari Malang, Jombang, Gresik Pasuruan bergerak menuju Surabaya guna saling menopang kekuatan. Mereka berkoordinasi dan berbagi wilayah pertahanan dengan pasukan lain.
"Terjadilah Perang 10 November itu tidak lepas dari suplai pasokan tentara-tentara Hizbullah," katanya.
Laskar Sabilillah dikomandani oleh KH Masykur mendapat tugas di sektor tengah garis kedua daerah sekitar Stasiun Gubeng dan Jalan Pemuda Surabaya. Kawasan tersebut menjadi daerah yang harus dipertahankan Laskar Sabilillah bersama Laskar Hizbullah dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Malang.
Laskar Hizbullah
Pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan telah menetapkan Kyai Masykur sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2019. Makam Kyai Masjkur berada di Komplek Makam Masjid Athohiriyah Bungkuk, Pagentan, Singosari, Kabupaten Malang.
Selain pernah terlibat dalam perjuangan fisik, KH. Masjkur juga berkontribusi dalam bentuk pemikiran. Dia pernah menjabat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) hingga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). KH Masjkur berperan dalam kesepakatan soal dasar negara Indonesia.
"Pada 1945, Beliau membentuk Laskar Hizbullah. Laskar inilah juga kemudian merupakan elemen dari Peta (Pembela Tanah Air). Kemudian Peta itu salah satu unsur berdirinya Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang sekarang menjadi TNI," urainya.
KH Masjkur pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada masa Presiden Soekarno. Dia pernah mendapat tugas menangkap Kartosoewiryo yang memberontak lewat Negara Islam Indonesia. KH Masjkur pernah menjabat Ketua Umum PBNU menggantikan Wahid Hasyim yang meninggal dunia pada April 1953. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
Baca SelengkapnyaKeterampilannya menjahit tak bisa dipisahkan dari masa kecilnya
Baca SelengkapnyaIndonesia pernah memiliki seorang Panglima TNI termuda yang menjabat saat masih berusia 19 tahun, ia adalah Jenderal besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman.
Baca SelengkapnyaDjamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
Baca SelengkapnyaBenda itu melingkar di pinggang Soeharto. Tak pernah lepas selama peperangan.
Baca SelengkapnyaIpar Pangeran Diponegoro ini bikin pihak lawan kewalahan. Bahkan, pihak lawan mengerahkan ribuan pasukan hingga mengadakan sayembara untuk mengalahkan sosoknya.
Baca SelengkapnyaRumah itu merupakan warisan keluarga yang telah diturunkan selama beberapa generasi
Baca SelengkapnyaPria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.
Baca SelengkapnyaKisah sosok jenderal TNI berdarah bangsawan yang pernah marah sampai gebrak meja di hadapan Presiden RI.
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaMelanchton Siregar resmi menerima gelar Kolonel Tituler pada tahun 1947.
Baca SelengkapnyaAda 50 orang relawan dari Indonesia yang siap bertempur. Mereka telah dilatih dan dipersenjatai.
Baca Selengkapnya