Misi Penculikan dari Petinggi Republik
Merdeka.com - Atas perintah Kolonel Gatot Soebroto dan Sultan Hamengku Buwono IX, sebuah tim rahasia dibentuk guna melakukan penculikan terhadap seorang kroni Belanda.
Penulis: Hendi Jo
Yogyakarta, Maret 1948. Perintah itu datang begitu tiba-tiba. Selaku komandan pasukan yang saat itu ada di bawah wewenang Daerah Militer II, Kapten Solichin G.P. diinstruksikan oleh Gubernur Militer Wilayah II Kolonel Gatot Soebroto dan Menteri Negara Republik Indonesia Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menculik seorang professor berinisial OE.
-
Siapa yang memimpin penyerbuan markas Belanda di Manado? Penyerbuan ini dipimpin langsung oleh Charles C. Taulu, S.D. Wuisan, dan juga Bernard Wilhelm Lapian.
-
Siapa yang memimpin penculikan para jenderal? Doel Arif mendapat tugas menculik para Jenderal Angkatan Darat di malam kelam itu. Doel Arif menjadi Komandan Pasukan Pasopati dalam Gerakan 30 September.
-
Mengapa Belanda ingin menangkap Radin Intan II? Belanda tetap bersikeras untuk mengalahkan Radin Intan II bagaimanapun caranya, termasuk dengan mengadu doma masyarakat Lampung Selatan.
-
Siapa yang mengelabui Belanda? 'Dulu waktu ada Belanda, kata orang tua bilang ke Belanda kalau di Baduy hanya ada 40 orang, jadi disembunyikan,' katanya.
-
Siapa yang ditangkap dan dieksekusi Belanda? Kemudian, Tunong berhasil ditangkap dan langsung dieksekusi mati di tepi pantai Lhokseumawe.
-
Siapa yang memimpin serangan ke markas Belanda? Dengan segala persiapan dan menyusun rencana untuk menyerang Belanda, akhirnya Siti Manggopoh bersama pasukannya mulai menyerang malam hari pada Kamis 15 Juni 1908. Tak tanggung-tanggung, Siti bersama pasukan langsung menyerang markas Belanda.
"Orang ini kata Pak Gatot dicurigai akan 'mengacaukan' rapat Komisi Tiga Negara yang beberapa hari lagi akan diadakan di Kaliurang," ujar Komandan Kompi 5 Yon Nasuhi (masuk Divisi Siliwangi) itu.
Kapten Solichin lantas membentuk satu tim kecil untuk melaksanakan tugas tersebut. Mereka terdiri dari prajurit-prajurit andal dari Kompi 5, yakni Karli Akbar Yoesoef (komandan regu) Den Ucen, Ewiw, Ulo alias Surya dan Darmawan. Dengan menggunakan sebuah truk India Rice (truk yang dipakai untuk mengangkut padi bantuan pemerintah RI untuk India yang kala itu tengah dilanda bencana kelaparan), berangkatlah mereka ke Yogyakarta guna melaksanakan tugas itu.
Beberapa waktu kemudian, sampailah mereka di kediaman sang profesor dan disambut oleh pemilik rumah dan istrinya yang seorang perempuan Belanda.
"Bapak ditunggu komandan kami di staf. Karena itu dipersilakan ikut kami ke staf," kata Karli, selaku pimpinan regu tersebut.
Alih-alih menyanggupi permintaan Karli, OE menolak untuk ikut ke Kantor Staf. Tidak mempan dengan cara halus, Karli lantas menodongkan pistol Colt 38 dan memerintahkan anak buahnya untuk menyeret OE ke atas truk.
Begitu mendapatkan Prof.OE, masalah baru muncul. Mereka tidak paham di mana letak Kantor Staf tersebut. Di tengah kebingungan itu, muncul 'ide gila' untuk menitipkan sementara Prof. OE ke RSUP Yogyakarta. Maka setelah mencukur rambut sang professor dalam bentuk zigzag, dan memotong sebelah kumis serta alisnya, diserahkanlah Prof. OE kepada dokter jaga di RSUP Yogyakarta.
"Saya diperintahkan Pak Gatot menyerahkan prajurit yang ngamuk di asrama ini. Mungkin dia gila, dan jangan dikeluarkan sebelum ada izin dari Pak Gatot!" kata Karli kepada petugas RSUP Yogyakarta.
Mendengar pernyataan Karli itu, tentu saja OE tidak terima dan berteriak-teriak: "Saya tidak gila! Saya tidak gila!" Namun para dokter dan perawat tidak ada yang menggubris teriakannya itu. Mereka malah memasukan OE ke sel khusus untuk orang gila.
"Urusan professor itu beres, kami pulang dan melaporkan misi berhasil dilaksanakan kepada komandan kompi dan target kami simpan di RSUP untuk siap diambil," ujar Karli.
Lantas bagaimana respon Kolonel Gatot Soebroto sendiri selaku salah seorang pemberi perintah itu?
Sehari, dua hari tak ada respons dari markas Daerah Militer II. Baru hari ketiga, tim khusus penculik Prof.OE itu mendapat panggilan untuk bertemu langsung dengan Gubernur Militer Wilayah II. Pertama kali mendapat kabar itu, Karli dan kawan-kawan merasa deg-degan. Tetapi saat Kolonel Gatot berteriak: "Bagus! Bagus sekali kerja kalian, Monyet-Monyet!" legalah hati mereka.
"Kami satu regu sangat gembira dipanggil 'monyet' oleh Pak Gatot. Itu artinya Pak Gatot puas dengan hasil kerja kami," kenang Karli seperti dikisahkan kepada R.H. Eddie Soekardi dalam bukunya Hari Juang Siliwangi.
Keberhasilan itu dirayakan oleh anak-anak Kompi 5. Caranya dengan membuat pesta bajigur (minuman khas Sunda campuran santan kelapa dan gula aren) dan menggoreng buah sukun. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Boengkoes merupakan anggota Tjakrabirawa yang pangkatnya terus naik dari prajurit dua hingga menjadi sersan mayor.
Baca SelengkapnyaPada saat berkuasa di Kasunanan Surakarta, Pakubuwono X kerap melakukan kunjungan ke berbagai daerah.
Baca SelengkapnyaDari bangunan megah berbentuk kerajaan Belanda ini dapat dilihat perubahan pemerintahan Banten dari kesultanan menjadi karesidenan.
Baca SelengkapnyaStrategi ini pada akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi pejuang revolusi
Baca SelengkapnyaPresiden Soeharto menegaskan pergerakan yang ingin menjatuhkan dirinya dari kursi Presiden dipimpin oleh tokoh bernama Sawito.
Baca SelengkapnyaBanyaknya anggota hulptroepen dari Minahasa tidak terlepas dari peran komandannya, yakni Dotulong.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaMengenal 'petrus' penembak misterius bagi orang yang dianggap sebagai penjahat di masa Orde Baru.
Baca Selengkapnya1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.
Baca SelengkapnyaTak hanya CIA, ada sepak terjang Dinas Intelijen Israel di Jakarta saat penumpasan PKI. Apa peran mereka?
Baca Selengkapnya