Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pertempuran Lengkong: Penyamaran yang Gagal Berakhir Gugurnya Dua Paman Prabowo

Pertempuran Lengkong: Penyamaran yang Gagal Berakhir Gugurnya Dua Paman Prabowo Tugu Pertempuran di Lengkong Tangerang. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Setelah Proklamasi Kemerdekaan digaungkan, militer Indonesia segera melakukan perebutan kekuasaan dan senjata dari tentara Jepang. Para pemimpin keresidenan menyatakan diri sebagai bagian dari pemerintah Republik Indonesia. Segala tindakan yang menentang pemerintahan, ditindak keras.

Para pegawai Jepang dirumahkan. Dilarang memasuki kantor-kantor dan pada tahap selanjutnya para pemuda berusaha untuk merebut senjata dan gedung-gedung vital. Namun, upaya tersebut tidak selalu berjalan mulus. Contohnya dalam pertempuran yang terjadi Lengkong.

Menjelang berakhirnya Perang Pasifik, satu kompi pasukan Jepang membangun pertahanan di desa Lengkong, Serpong, sebelah Selatan Tangerang. Tempat tersebut dijadikan basis pertahanan menghadapi kedatangan Sekutu.

Orang lain juga bertanya?

Dalam buku Sejarah TNI Jilid I dijelaskan, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berusaha merebut persenjataan Jepang. Pada saat itu Tangerang ditetapkan sebagai kedudukan Resimen 4 Komandemen 1 Jawa Barat di bawah pimpinan Letnan Kolonel Singgih. Desa Lengkong berada dalam wilayah tersebut. Resimen 4 berusaha untuk merebut persenjataan yang ada di Desa Lengkong.

Pada 23 Januari 1946, Letnan Kolonel Singgih, Mayor Daan Yahya (Kepala Staf Resimen 4), dan Kapten Ejon berangkat ke Lengkong. Mereka meminta Jepang menyerahkan senjata. Namun, Kapten Abe yang merupakan komandan pasukan jepang di Lengkong, menolak keras. Kapten Abe menunggu kedatangan Sekutu untuk menyerahkan senjata.

Pada hari yang sama Letkol Singgih menghubungi Mayor Utaryo dan Mayor Wibowo di Kantor Penghubung Tentara. Dia meminta bantuan kepada kedua perwira ini untuk mengambil senjata Jepang di Lengkong. Utaryo dan Wibowo berusaha menghubungi Letnan Kolonel Miyamoto Shizuo (Perwira Staf Tentara Keenambelas Jepang), tetapi mengalami kegagalan.

Keesokan harinya, 24 Januari 1946, tersiar kabar pasukan Belanda yang telah menduduki Bogor sedang bergerak ke arah Parung. Jika Belanda berhasil menduduki Parung, maka Lengkong dengan mudah diduduki. Begitu pun dengan senjata Jepang.

Penyamaran Sebagai Tentara Sekutu

Singgih melakukan perundingan dengan Mayor Utaryo dan Mayor Daan Mogot selaku Direktur Akademi Militer Tangerang. Mereka sepakat melucuti senjata dengan bantuan para taruna Akademi Militer Tangerang. Jumlah taruna yang dikerahkan saat itu mencapai 70 orang. Sebagian sedang bertugas mengawasi rombongan APWI dan sebagian lagi sedang menumpas gerombolan 'Ubel-ubel' di Tangerang.

Sesuai rencana, pelucutan senjata dilaksanakan 25 Januari 1946 dan dipimpin Mayor Daan Mogot yang didampingi oleh Mayor Wibowo serta Letnan Subianto. Mereka berhasil tiba di Lengkong sekitar pukul 16.00. Dalam rangka mengelabui tentara Jepang, para taruna menyamar sebagai pasukan Sekutu yang bertugas melucuti senjata Jepang.

Penyamaran bahkan diperkuat dengan hadirnya delapan orang serdadu India Muslim bekas anggota pasukan Inggris yang sudah menyeberang ke pihak Indonesia dan mereka berperan sebagai perwira Sekutu.

Pada mulanya pelucutan senjata berjalan lancar. Tentara Jepang yang bertugas di pos penjagaan dengan mudah dilucuti oleh para taruna. Mayor Daan Mogot dan Mayor Wibowo serta taruna Alex Sayuti bertindak sebagai penerjemah, segera bertemu Kapten Abe.

Sementara itu, para taruna yang berada di bawah pimpinan Letnan Subianto menyebar ke barak-barak tentara Jepang untuk memulai aksi pelucutan. Hanya dalam waktu singkat mereka berhasil menawan 40 orang Jepang dan merampas senjata mereka. Senjata yang sudah dirampas kemudian dikumpulkan di tengah lapangan.

Terdapat beberapa orang Jepang yang berhasil menghindar dari upaya pelucutan senjata tersebut. Selain itu, para taruna juga tidak mengetahui bahwa di Selatan dan Barat Laut markas terdapat sejumlah tentara Jepang.

Tentara Jepang curiga melihat aksi para taruna yang tampak tidak profesional. Para tentara Jepang berpendapat bahwa para taruna itu bukanlah pasukan Sekutu yang bertugas melucuti senjata mereka.

Serangan Balik Tentara Jepang

Di sisi lain perundingan antara Mayor Daan Mogot dan Kapten Abe berjalan alot. Sejak semula Kapten Jepang itu meragukan kedatangan pasukan Sekutu secara tiba-tiba. Kapten Abe lantas mengonfirmasi kedatangan ini kepada Letnan Kolonel Miyamoto dan dapat dipastikan yang datang ke Lengkong bukanlah pasukan Sekutu.

Kapten Abe segera menyusun siasat untuk membalikkan keadaan. Kepada Daan Mogot, Kapten Abe mengatakan akan menyerahkan senjatanya. Tetapi di saat yang bersamaan, dia menghubungi pasukannya yang ada di luar untuk mengadang para Taruna Akademi Militer Tangerang.

Ketika para taruna sedang mengangkut senjata yang berhasil mereka rebut, terdengar letusan pistol yang merupakan kode untuk pasukan Jepang memulai aksi penyergapan.

Dengan segera pasukan Jepang bergerak dari Selatan dan Barat Laut. Kemudian, tentara Jepang yang ditawan oleh para taruna pun ikut menyerang dan merebut kembali senjata mereka.

Mayor Daan Mogot segera meninggalkan ruangan perundingan dan berusaha menghentikan pertempuran. Tetapi sia-sia. Setelahnya, dia bergabung dengan pasukan taruna mengadakan stelling di perkebunan karet di sebelah Timur.

Pertempuran Tak Seimbang

Pertempuran berjalan tidak seimbang. Para taruna yang masih kurang pengalamannya harus menghadapi pasukan Jepang yang sudah terlatih. Senjata para taruna juga tidak sebanding dengan senjata yang dimiliki pasukan Jepang. Baik dari segi kuantitas, maupun kualitas.

Pertempuran baru berakhir menjelang senja dan mengakibatkan gugurnya Mayor Daan Mogot dan Letnan Subianto. Selain itu, terdapat 37 taruna gugur dan 35 orang tertawan. Terhitung hanya 3 orang yang berhasil menyelamatkan diri. Jumlah ini jelas terbilang banyak. Hal serupa juga dinyatakan oleh Saleh As’ad Djamhari dalam buku Ikhtisar Sejarah ABRI 1945-Sekarang.

Untuk diketahui, dua korban yang gugur dalam pertempuran tersebut adalah paman dari Prabowo yang saat itu berpangkat Letnan Satu Soebianto Djojohadikoesoemo dan Letnan Satu Soejono Djojohadikoesoemo. Lalu pangkat mereka dinaikkan menjadi Kapten Anumerta. Kisah ini pernah diceritakan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

"Yang banyak tidak tahu, paman saya, namanya Subianto. Itulah nama yang saya sandang sekarang, Prabowo Subianto,” kata Prabowo saat menerima penganugerahan Warga Kehormatan Utama Korps Brimob Polri di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jumat (12/11/2021).

Kedua paman yang gugur dalam usia muda tersebut diceritakan Prabowo dalam biografinya, Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto. 

Setelah mengetahui kegagalan operasi di Lengkong, Resimen 4 bermaksud melakukan serangan balasan, tetapi tidak jadi dilakukan karena terdapat taruna yang masih menjadi tawanan. Maka dari itu, diadakan perundingan antara pihak Jepang dan Indonesia pada 27 Januari 1946.

Perundingan itu menghasilkan keputusan pembebasan tawanan, pengembalian jenazah dan senjata Indonesia. Setelah itu, jenazah para taruna yang gugur dipindahkan ke pemakaman dekat dengan markas.

Reporter Magang: Muhammad Rigan Agus Setiawan (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah

Peristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kesaksian Anggota KKO TNI AL Ditangkap Inggris saat Operasi 'Ganyang Malaysia', Disiksa Siang Malam di Luar Batas Kemanusiaan
Kesaksian Anggota KKO TNI AL Ditangkap Inggris saat Operasi 'Ganyang Malaysia', Disiksa Siang Malam di Luar Batas Kemanusiaan

Berikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.

Baca Selengkapnya
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda

Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947

Baca Selengkapnya
Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok
Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok

Apa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?

Baca Selengkapnya
Seangkatan dengan Luhut Binsar Pandjaitan, Para Perwira TNI Alumni Akabri 1970 ini Gugur saat Operasi Seroja di Timor Timur
Seangkatan dengan Luhut Binsar Pandjaitan, Para Perwira TNI Alumni Akabri 1970 ini Gugur saat Operasi Seroja di Timor Timur

Beberapa nama perwira TNI alumni AKABRI 1970 yang gugur di Operasi Seroja.

Baca Selengkapnya
Panser & Tank Kavaleri TNI AD Bikin Pasukan G30S/PKI di Semarang Kocar-Kacir
Panser & Tank Kavaleri TNI AD Bikin Pasukan G30S/PKI di Semarang Kocar-Kacir

Pemberontakan G30S/PKI juga meletus di Semarang. Brigjen Suryo Sumpeno mengerahkan panser dan tank untuk mengusir mereka.

Baca Selengkapnya
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan

Konflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.

Baca Selengkapnya
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya

Kapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?

Baca Selengkapnya
Kiprah Jenderal TNI Didikan Jepang: 10 Orang Jadi Pimpinan Tertinggi AD, Dua Berpangkat Bintang Lima
Kiprah Jenderal TNI Didikan Jepang: 10 Orang Jadi Pimpinan Tertinggi AD, Dua Berpangkat Bintang Lima

Uniknya, ada dua lulusan PETA Bogor yang kemudian meraih bintang lima dan mendapatkan pangkat kehormatan jenderal besar.

Baca Selengkapnya
Dikenalkan pada Masa Pendudukan Jepang, Ini Sejarah Penggunaan Senjata Bambu Runcing oleh para Pejuang Indonesia
Dikenalkan pada Masa Pendudukan Jepang, Ini Sejarah Penggunaan Senjata Bambu Runcing oleh para Pejuang Indonesia

Bambu runcing adalah simbol perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah

Baca Selengkapnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya

Tepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Momen Haru Prabowo Tak Bisa Berkata-Kata Ketemu Eks Anak Buah di Operasi Mapenduma
VIDEO: Momen Haru Prabowo Tak Bisa Berkata-Kata Ketemu Eks Anak Buah di Operasi Mapenduma

Menhan Prabowo Subianto bertemu dengan mantan anak buahnya yang terlibat dalam Operasi Mapenduma di Papua.

Baca Selengkapnya