Sejarah Pasar Minggu: Sentra Buah Sepanjang Masa
Merdeka.com - Sejak menjadi bagian wilayah Batavia, Pasar Minggu telah diarahkan menjadi pemasok kebutuhan buah-buahan untuk kota-kota besar di Pulau Jawa.
Penulis: Hendi Jo
"Pepaya, mangga, pisang, jambu// dibawa dari Pasar Minggu// di sana banyak penjualnya// di kota banyak pembelinya//..."
-
Apa nama awal Pekan Raya Jakarta? Dahulu PRJ bernama DF yang merupakan singkatan dari Djakarta Fair dalam ejaan lama.
-
Dimana Pasar Jawa berada? Pagi itu mereka mengunjungi Saoenah Markt. Orang-orang lebih mengenal tempat itu sebagai Pasar Jawa. Banyak warga Suriname keturunan Jawa yang berjualan di pasar itu.
-
Apa nama wilayah Jakarta di masa awal? Siapa sangka jika Ibu Kota Jakarta dulunya hanya sebuah wilayah pelabuhan kecil dengan luas wilayah sekitar 125 KM persegi.
-
Apa itu Pasar Baru? Pasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
-
Kapan Pasar Baru didirikan? Mengutip Indonesia.go.id, Pasar Baru saat ini diketahui sudah berusia 204 tahun. (Gambar: Tropen Museum) Sebelumnya tempat ini dibangun di era kepemimpinan Herman Willem Daendels pada 1820.
-
Di mana Pasar Baru berada? Lokasi Pasar Baru juga terbilang strategis dan berbatasan dengan Jalan Raya Pos serta bangunan Gedung Kesenian Jakarta.
Itulah salah satu bait dari lagu anak-anak berjudul Pepaya Cha Cha yang sangat akrab di telinga anak-anak Indonesia dari generasi tahun 1960-an hingga generasi tahun 1990-an.
Menurut Kelik M. Nugroho dalam Almanak Musik Indonesia 2005-2015, lagu tersebut diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Adikarso lewat iringan Orkes Kelana Ria pada 1955. Namun baru lima tahun kemudian Papaya Cha Cha dirilis dalam album kompilasi bertajuk sama dalam track kelima.
"Selain itu, lagu "Papaya Cha Cha" dinobatkan sebagai 150 Lagu Indonesia Terbaik sepanjang masa versi majalah Rolling Stone edisi #56, Desember 2009," tulis Evelyn Natasia Tamba dalam kompas.com, 26 Agustus 2020.
Terlepas dari itu semua, nama Pasar Minggu yang diidentikan dengan buah secara historis memang sudah berlangsung lebih dari seratus tahun. Bahkan menurut salah satu sesepuh bernama Mohamad Ali (95), nama Pasar Minggu tersemat karena aktivitas wilayah itu sebagai pusat buah-buahan.
"Kata engkong saya, kebanyakan orang pada berdatangan beli buah-buahan yang ada di Pejaten, Ragunan, Jagakarsa, Srengseng, Rawaminyak itu pada hari Minggu. Makanya orang-orang tua kite dulu bilang Pasar Minggu," ujar kakek yang saat ini tinggal di kawasan Kalibata itu.
Penjelasan Engkong Ali memang ada benarnya. Dalam riset seorang peneliti LIPI bernama Asep Suryana, Pasar Minggu sebagai pemasok buah-buahan sudah berlangsung kala wilayah itu ditetapkan sebagai bagian ommelanden Batavia (daerah kitaran Batavia) di bawah Distrik Meester Cornelis (Jatinegara) pada pertengahan 1800-an.
"Bila dirunut ke belakang, fungsi sosial ekonomi wilayah Pasar Minggu sebagai penghasil buah-buahan dan dinamika hubungan pinggiran-pusat yang terbentuk, merupakan hasil dari kebijakan wilayah pemerintah kolonial Hindia Belanda," ungkap Asep Suryana dalam bukunya, Pasar Minggu, Tempo Doeloe: Dinamika Sosial Ekonomi Petani Buah 1921-1966.
Fungsi sosial ekonomi wilayah tersebut lebih menguat lagi manakala sistem transportasi kereta api Batavia-Buitenzorg (Bogor) telah beroperasi pada 1873.
Pemerintah Hindia Belanda secara resmi menjadikan Pasar Minggu sebagai sentra buah-buahan ketika pada 1 April 1921 membangun laboratorium pertanian berupa kebun percobaan. Pendirian lembaga penelitian itu tak terlepas dari adanya gejala ekonomi dari menguatnya komersialisasi buah-buahan yang dilakukan petani setempat sejak awal abad ke-20.
Selain buah-buahan asli setempat (yang paling banyak adalah pepaya), Pasar Minggu pun diarahkan kepada budidaya jenis buah-buahan lainnya. Sebagai contoh di Jatipadang ditanam secara khusus pohon jeruk, Rawaminyak menjadi lahan penanaman pohon pisang dan jambu biji, Ragunan ditanami sawo, jeruk bali, rambutan, jeruk keprok dan macam-macam jeruk manis, di Kampung Kandang ditanami alpukat dan pisang dan di Tanjung West (Tanjung Barat) ditanami jeruk siam, jeruk jepun, jeruk tejakula dan jeruk kara.
Upaya pemerintah Hindia Belanda itu ternyata menuai hasil yang sangat memuaskan. Kendati di era pemerintah Republik Indonesia, Pasar Minggu tidak diperlakukan lagi secara khusus, namun wiayah itu masih sangat produktif memasok kebutuhan buah-buahan untuk kota-kota besar di Pulau Jawa hingga awal 1970-an.
Kini nama Pasar Minggu memang tidak lagi identik dengan buah-buahan. Untuk mendapatkan buah-buahan segar, orang kota lebih menyukai datang ke supermarket-supermarket khusus buah-buahan yang banyak tersebar di Jabodetabek.
Sedangkan Pasar Minggu hari, perlahan namun pasti semakin dipadati oleh perumahan, menggantikan kebun-kebun buah-buahan yang kini hanya tersisa dalam bentuk nama-nama jalan kecil seperti Jalan Rambutan, Jalan Nangka, Jalan Jambu, Jalan Sawo dan Jalan Pepaya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
Baca SelengkapnyaDari Si Pitung sampai pasar bunga terbesar se Asia Tenggara jadi hal yang identik di Rawa Belong Jakarta Barat
Baca SelengkapnyaNama kota ini sudah tertulis sejak adanya Perang Padri yang berlangsung di Sumbar dan di masa Hindia Belanda menjadi Ibukota Karesidenan Tapanuli.
Baca SelengkapnyaTernyata sudah sejak zaman Belanda, Bandung dikenal sebagai surganya kuliner.
Baca SelengkapnyaPasar Benhil selalu jadi daya tarik para pemburu takjil. Menu yang ditawarkan juga lengkap. Kisahnya dimulai pada tahun 1970-an.
Baca SelengkapnyaDahulu terdapat kapal yang membawa hingga 5.000 pikul lada dari Cirebon
Baca SelengkapnyaDulunya Pekan Raya Jakarta merupakan acara untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda.
Baca SelengkapnyaDi pasar itu, penduduk lokal menjual hasil sayur dengan harga murah. Banyak pula yang menjual beragam tanaman hias.
Baca SelengkapnyaDi lokasi ini perdagangan internasional sudah berlangsung sejak abad ke-17.
Baca SelengkapnyaJakarta sudah beberapa kali mengalami perubahan nama.
Baca SelengkapnyaPada masanya pelabuhan-pelabuhan itu ramai oleh aktivitas perdagangan. Sekarang beberapa di antaranya telah hilang karena proses alam.
Baca SelengkapnyaSejak puluhan abad silam, daerah ini sudah jadi wilayah penting bagi kehidupan masyarakat.
Baca Selengkapnya