Kisah Presiden Soeharto Tak Mau Diistimewakan di Jalan, Rela Mengalah Agar Tak Macet
Sekarang banyak aksi pengemudi pakai sirene minta diistimewakan di jalan tol. Presiden Soeharto punya kisah menarik.
Kebiasaan penguasa Orde Baru ini diceritakan mantan ajudan presiden.
Kisah Presiden Soeharto Tak Mau Diistimewakan di Jalan, Rela Mengalah Agar Tak Macet
Presiden Soeharto meluncur dari Istana Merdeka ke Bandara Halim Perdanakusuma.
Kemacetan terjadi karena polisi lalu lintas menutup jalan saat rombongan presiden akan lewat.
Di tol Semanggi, tiba-tiba Soeharto menepuk pundak ajudannya, Kolonel Wiranto.
-
Bagaimana Soeharto menunjukkan kesederhanaannya? Pak Harto santai saja makan mie instan. Seperti masyarakat kebanyakan. Mie instan ini sering diidentikan dengan makanan anak kos di tanggal tua.
-
Mengapa Soeharto tidak mau melepas Try? Presiden Soeharto masih menginginkan Try sebagai ajudannya.'Wah, nanti dulu. Kita perlu matangkan dulu ya, Pak Jusuf,' kata Soeharto.
-
Bagaimana kebijakan otomotif di era Soeharto? Saat kepemimpinan nasional berganti ke Presiden Soeharto, kebijakan otomotif Indonesia pun berubah: impor mobil CBU dilarang, mobil mesti dirakit lokal, dan kebijakan kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) pada 1970-an.
-
Bagaimana Soeharto memandang tanggung jawab? “Saya tidak begitu peduli dengan batas waktu, sebagai pejabat, yang lebih diperhatikan adalah tanggung jawab. Bekerja dengan kesungguhan hati.”
-
Siapa 'raja mobil' Indonesia di era Soekarno? Di era Soekarno, satu nama mendapat julukan 'raja mobil Indonesia'. Dia adalah Hasjim Ning.
-
Siapa yang Soeharto katakan sebagai patriot Indonesia? “Saya ini tentara. Tentara itu pedoman hidupnya Sapta Marga. Kami patriot Indonesia, pendukung dan pembela ideologi negara yang bertanggungjawab dan tidak mengenal menyerah.“
"Wiranto, Beri Tahu Polisi itu Kendaraan di Jalan Tol, Tidak Perlu Dihentikan."
Mereka itu membayar untuk jalan bebas hambatan, bukan malah disetop gara-gara presiden mau lewat," kata Soeharto.
"Kalau Mereka Dibiarkan Jalan Pelan-Pelan kan Tidak Mengganggu Rombongan."
Wiranto terkejut mendengar kalimat itu diucapkan oleh seorang presiden yang punya previlege keamanan dan pengawalan khusus di Jalan Raya.
Kalau dibandingkan, sekarang malah banyak orang yang pakai strobo atau sirene di Jalan Tol minta dibukakan jalan oleh pengemudi lain.
Saat itu Presiden hanya dikawal satu mobil jip pengawal. Kemacetan terjadi di Jalan Pemuda, Jakarta.
Peristiwa Lain terjadi Saat Presiden Soeharto Mau Main Golf di Rawamangun
Klakson sudah berbunyi bersahut-sahutan. Rupanya arus lalu lintas sudah lama ditutup untuk memberikan jalan bagi Presiden Soeharto yang akan melintas.
Soeharto yang melihat itu pun menyatakan ketidaksukaannya.
"Lain Kali Polisi Tidak Perlu Menyetop Mereka Terlalu Lama."
Mereka kan punya keperluan yang mendesak. Sedangkan saya hanya mau berolahraga.
Jadi biar saya saja yang menunggu sebentar, tidak apa-apa. Kata Pak Harto.
Masih ada lagi satu peristiwa yang menyadarkan Wiranto, Penguasa Orde Baru itu tidak mau diistimewakan di jalan.
Pak Harto Terbiasa Berangkat ke Kantor Jam 09.00 Atau Jam 10.00 WIB
Pagi harinya dia akan bekerja di Jl Cendana, seperti memanggil menteri atau memeriksa laporan dari para pejabat.
Kenapa pagi-pagi tidak langsung di kantor saja?
Wiranto pun Bertanya Pada Presiden Soeharto, ini Jawabannya...
"Kalau pagi kan semua orang berangkat ke tempat kerja mereka sehingga jalanan sangat padat.
Kalau saya ikut berangkat pagi, akan menambah kemacetan lalu lintas karena mereka akan diberhentikan polisi.
Biarlah saya yang berangkat agak siang, tidak mengapa."