5 Fakta Suku Dayak Indramayu, Terapkan Matriarki hingga Hormati Bumi
Merdeka.com - Jika mendengar kata Dayak maka yang terpikir oleh kita adalah Suku Dayak yang berasal dari Pulau Kalimantan. Namun di Indramayu, Jawa Barat terdapat komunitas khusus Suku Dayak yang berbeda dari Dayak Kalimantan.
Suku Dayak di Indramayu ini bernama Suku Dayak Hindu Budda Bumi Segandu Indramayu.Dinamakan demikian karena mereka mempercayai satu kepercayaan di luar ke-6 Agama di Indonesia dan menghormati bumi tempat mereka tinggal.
Suku Dayak tersebut terdiri dari beragam latar belakang masyarakat yang tinggal di wilayah Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
-
Kenapa Suku Dayak memilih bergabung dengan Indonesia? Rasa nasionalisme yang tertanam dalam diri mereka yang akhirnya membuat mereka memilih bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-
Apa saja agama yang ada di Dusun Sekar Gadung? Dulu, warga di kampung ini terdiri dari pemeluk agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, dan Buddha.
-
Dimana Dayak Tomun tinggal? Sudah kenal dengan masyarakat Dayak Tomun? Jika belum, kelompok ini merupakan para pelestari adat yang tinggal di Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.
-
Siapa saja yang mendiami kampung Dayak ini? Masyarakat desa banyak yang merupakan keturunan Dayak dan Tionghoa
-
Apa yang menjadi lokasi suci bagi umat Hindu di Jawa kuno? Mengutip kitab Negarakertagama, Gunung Semeru merupakan kawasan suci masa Jawa kuno.
-
Dimana rumah panjang Suku Dayak Iban? Kondisi itulah yang terlihat di perkampungan Suku Dayak Iban di Kalimantan Barat yang dekat dengan perbatasan Malaysia, tepatnya di Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu.
Berawal dari Perguruan Silat tahun 1970-an
2020 merdeka.com/arbi soemandoyo
Suku Dayak Hindu Budda Bumi Segandu Indramayu merupakan sebuah perguruan silat yang terletak di wilayah Kecamatan Losarang, Indramayu yang berdiri pada tahun 1970-an dan dipimpin oleh Ki Takmad.
Menurut Wardi selaku anggota Suku Dayak Indramayu menceritakan jika awalnya Ki Takmad melakukan sebuah perenungan untuk meninggalkan hiruk pikuk keduniawian dan fokus untuk memperdalam ilmu silat dan bela diri sebagai pelindung bumi. Semenjak melakukan perenungan dan mulai membagikan ilmunya kepada murid, Suku Dayak Indramayu memiliki pakaian khas berwarna hitam-hitam.
"Bapak yang mendirikan. Dulu pakaiannya masih hitam-hitam, dan sekitar tahun 1990-an, nama perguruan silat yang dipimpin Takmad berubah hingga akhirnya menjadi Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu," kata Wardi.
Tidak Memakan Daging Hewan
2020 merdeka.com/arbi soemandoyo
Keunikan Warga Dayak Indramayu selanjutnya adalah tidak memakan makanan dari hewan. Mereka hanya hidup dengan memakan sayur-sayuran hingga olahan kacang kacangan seperti tahu dan tempe.
Tak jarang mereka juga mengonsumsi sayur tanpa bumbu alias tanpa rasa atau hambar. Tujuannya ialah menghindari memakan makanan duniawi yang banyak mengandung bahan kimia.
Menganut Paham Matriarki dan Menghormati Anak
2020 merdeka.com/arbi soemandoyo
Selain itu terdapat kepercayaan unik dari ajaran Suku Dayak Indramayu, yakni memposisikan kaum perempuan pada posisi paling terhormat sekaligus sumber kehidupan. Selain itu anak-anak di Suku Dayak Indramayu juga ditempatkan pada posisi yang tinggi.
Menurut Wardi, ajaran Dayak Indramayu memang bermuara pada istri dan anak sebagai tahta tertinggi di komunitas tersebut. Semua pekerjaan rumah tangga termasuk mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga dilakukan oleh lelaki.
"Pakemnya mengabdi untuk anak dan istri yang diambil dari ngaji rasa sejarah alam," kata Wardi
Wardi juga menambahkan jika posisi perempuan dalam kepercayaan masyarakat Dayak Indramayu memiliki kekuatan dalam menguasai sukma bumi. Ia menerjemahkan jika Sukma Bumi yang dimaksud ialah ritual ngaji rasa dan ngadi rasa, alias seseorang yang biasa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh kaum laki laki, yaitu mengandung dan melahirkan.
Sedangkan anak dipercayai sebagai sosok yang suci. Sebagai bentuk pengabdian kepada anak, lelaki Dayak Indramayu harus memberikan contoh kebenaran karena anak merupakan cermin orang tua.
"Anak merupakan titipan. Namanya titipan harus dijaga dan anak itu bagaimana orang tuanya," ujar Wardi.
Memiliki Ritual Kusus untuk Menghormati Bumi
2020 merdeka.com/arbi soemandoyo
Suku Dayak Indramayu juga memiliki ritual khusus untuk menjaga Bumi tempat tinggal dari hawa nafsu duniawi yang bisa merusak. Dari laman Wikipedia dijelaskan jika ritual tersebut bernama Kum-kum atau dalam Bahasa Indonesia bernama berendam di sungai. Ritual ini dilakukan selama 4 bulan dalam satu tahun dan biasa dilakukan pada malam hari pukul 23.00 WIB hingga pukul 06.00 pagi WIB.
Dalam proses Kum-kum tersebut para anggota dilarang menggunakan pakaian sama sekali, tujuannya adalah menyatu dengan alam melalui kesabaran di sungai sebagai sumber kehidupan. Pagi harinya mereka lanjutkan dengan melakukan ritual berjemur di bawah terik matahari dengan tujuan bersinergi dengan tanah yang disinari matahari sebagai sumber cahaya kehidupan bumi tempat manusia tinggal.
Selanjutnya, sisa waktu delapan bulan ke depan bisa mereka pergunakan untuk mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan hidup anak dan istrinya. Apabila nafkah mereka berlebih, mereka akan memberikannya pada komunitas yang membutuhkan. Setelah itu, empat bulan selanjutnya akan mereka manfaatkan untuk ritual dan mendekatkan diri dengan alam. Siklus ritual tersebut telah mereka kerjakan secara teratur selama bertahun-tahun.
Perbedaan dengan Dayak Kalimantan
2020 merdeka.com/arbi soemandoyo
Sementara untuk nama Suku Dayak di Indramayu istilah "Dayak" sendiri bukan diambil dari nama etnik suku bangsa seperti di Pulau Kalimantan. Melainkan istilah Dayak Indramayu sendiri berakar dari filosofi penghayatan dalam menjalani kehidupan. Dalam istilah Bahasa Jawa, Dayak berarti pengayak, yang artinya menyaring.
Bagi Dayak Indramayu, dalam hidup sejatinya menyaring apa-apa saja untuk menjadi manusia seutuhnya. Sebab mereka memercayai jika dalam hidup manusia hanya dikuasai oleh dua unsur, yaitu nafsu dunia dan nafsu wanita.
"Tidak ada manusia sesungguhnya," kata Wardi via Merdeka.com. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Desa Budaya Pampang pengunjung nantinya akan dijelaskan makna dari setiap kesenian yang akan ditampilkan.
Baca SelengkapnyaTarian ini konon dipercaya akan merekatkan koneksi antara keluarga yang ditinggalkan dengan roh yang dipanggil oleh Tuhan.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan masyarakat Islam Bonokeling di Banyumas Jawa Tengah. Masih memegang kepercayaan Jawa Kuno.
Baca SelengkapnyaSebuah masyarakat yang hidup cukup terisolir di pedalaman Provinsi Riau ini sangat dekat dengan alam (hutan) dan menerapkan sistem peladangan.
Baca SelengkapnyaSecara tradisional, mereka tinggal di sebuah rumah kayu yang bentuknya memanjang.
Baca SelengkapnyaPerkampungan ini terletak di Jorong Padang Ranah dan Tanah Bato, Nagari Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaPemena sendiri diambil dari bahasa Batak Karo yang berarti Pertama atau Yang Awal.
Baca SelengkapnyaSuku Baduy Dalam berusaha kuat menjaga tradisi dan aturan budaya yang telah dijalankan leluhur mereka.
Baca SelengkapnyaBikin terasa lebih dekat dengan Tuhan dan alam semesta
Baca SelengkapnyaBeberapa situs dari era megalitikum ditemukan di sini. Kebudayaan seperti apa yang pernah hidup di sini ribuan tahun lalu?
Baca SelengkapnyaWalaupun terbuka bagi siapapun, warga Thekelan tetap menjaga teguh adat istiadat dan tradisi mereka.
Baca SelengkapnyaSitus pertapaan itu berada di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon.
Baca Selengkapnya