Berkunjung ke Kampung Kolecer Cisayong, Ada Ratusan Kincir Angin
Merdeka.com - Ada pemandangan berbeda di Kampung Cisayong, area persawahan warga ini terlihat cantik dengan barisan kincir. Berwarna-warni dengan beragam bentuk unik. Angin berhembus pelan, 2 baling-baling bambu kincir berputar. Bergerak mengikuti hembusan angin.
Kincir angin atau yang disebut kolecer ini memang sengaja di tancapkan di area persawahan warga. Setidaknya ada sekitar 500 kincir angin yang memenuhi area persawahan. Kincir-kincir tersebut berhasil menjadi penghias kawasan desa agar terlihat lebih berwarna dan hidup.
Sesuai dengan namanya, kampung ini pun mendapat julukan Kampung Kolecer oleh warga. Meski masih baru merintis menjadi destinasi wisata, namun Kampung Kolecer mulai ramai pengunjung. Sejak foto keindahan kampung ini tersebar di media sosial, warga banyak yang penasaran dan menghabiskan waktu di sini.
-
Mengapa congklak disebut permainan tertua? Permainan congklak diyakini sebagai permainan tertua di dunia oleh para arkeologi dan ahli. Permainan ini juga memiliki banyak variasi aturan dan nama di berbagai negara.
-
Kapan tradisi ini dimulai? Tradisi undangan berhadiah kopi saset hingga bumbu masak telah lama digunakan masyarakat Majalengka sebelum melangsungkan hajatan.
-
Kenapa congklak dianggap permainan tertua di dunia? Congklak dianggap sebagai permainan tertua di dunia karena bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa permainan serupa telah ditemukan di berbagai situs kuno di Mesir, Spanyol, dan India.
-
Kapan tradisi ini pertama kali muncul? Menurut sejarah, tradisi itu muncul pertama kali saat Ki Ageng Gribig baru pulang dari Makkah usai melaksanakan ibadah haji.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
-
Siapa yang memulai tradisi ini? Tradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
Kampung Kolecer merupakan kreasi dari 39 RT di Desa Cisayong. Warga di sini berinisiatif membuat beberapa jenis kolecer dengan dua variasi. Pertama kolecer original (tanpa warna) dan yang kedua berwarna.
Kolecer-kolecer ini terbuat dari bambu, untuk kolecer berwarna bentuknya beragam, seperti pesawat, manusia, layang-layang. Kolecer-kolecer ini semakin cantik setelah dipoles dengan warna-warna cerah yang menarik.
Menambah keramaian, kolecer tanpa warna yang terbuat dari bilah bambu ini juga tersusun di hamparan area sawah hijau.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas PrakosoTak hanya sebagai pemanis persawahan saja, rupanya kolecer ini dibuat sembari mengenalkan permainan tradisional untuk anak-anak zaman sekarang. Seperti yang diketahui, permainan tradisional saat ini mulai tergeser dengan permainan yang lebih modern di gawai.
Meski tidak tahu pasti sejak kapan kolecer ada. Namun, kolecer sejak zaman nenek moyang sudah menjadi sarana hiburan warga. Oleh karena itu, pemerintah desa pun ingin mengenalkan serta melestarikan permainan kolecer yang hampir punah ini.
Kolecer sendiri merupakan permainan yang dibuat menggunakan bambu. Dimana dua sisi baling-baling yang akan memutar jika tertiup angin. Seseorang yang bermain kolecer cukup meletakkannya di depan rumah dan melihat kolecer berputar.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas PrakosoSelain itu, kolecer yang rata-rata setinggi 5 hingga 7 meter tersebut juga difungsikan sebagai media pengusir hama persawahan warga. Diketahui, hama pemakan padi seperti burung, akan takut untuk mendekat ke area persawahan. Jika melihat aktivitas perputaran kolecer yang juga menimbulkan suara tersebut.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas PrakosoKampung Kolecer memberi wisata yang sangat ramah di kantong. Tiket masuknya cukup membayar Rp 2.000 ribu saja. Sedangkan tarif parkir motor Rp 2.000 dan mobil Rp 5.000. Selain bisa asyik berselfie ria, pengunjung yang datang bisa menikmati sajian khas Kampung Cisayong, yaitu Kopi Kolecer.
Untuk datang ke sini cukup mudah. Lokasi Kampung Kolecer tidak jauh dari kantor Desa Cisayong. Jika berjalan kaki, sekitar 700 meter lokasi pesawahan yang dipenuhi kolecer. Lebih tepatnya, Kampung Cisayong berada di Kampung Wangun RT (Rukun Tetangga) 02 dan 03 Dusun Cisayong Kaler. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Semaking bising suaranya, semakin senang warga mendengarnya.
Baca SelengkapnyaSore hari di akhir Bulan Juli menjadi waktu yang cocok untuk bermain layang-layang.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau dimanfaatkan sebagian warga untuk bermain layang-layang.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Aceh, geulayang ini dipercaya sebagai warisan Edatu atau nenek moyang mereka.
Baca SelengkapnyaKonclong merupakan sebutan bagi permainan tradisional di Kampung Adat Dukuh, Garut Selatan.
Baca SelengkapnyaDengan sejarahnya yang kaya dan penyebarannya yang luas, congklak dianggap sebagai permainan kuno yang masih bertahan hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaAnak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.
Baca SelengkapnyaKoromong tak bisa sembarangan dimainkan, karena dipercaya memiliki petuah dan sampai sekarang dipatuhi oleh warga.
Baca SelengkapnyaNyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.
Baca SelengkapnyaKesenian ini berkembang di Pangandaran dan Cianjur selatan sejak 1992.
Baca SelengkapnyaPermainan congklak adalah permainan tradisional yang menggunakan papan kayu atau plastik yang didesain sedemikian rupa dan dimainkan dengan biji congklak.
Baca SelengkapnyaKirab budaya ini menjadi hiburan murah meriah warga dengan sejumlah atraksi.
Baca Selengkapnya