Inspiratif, Rumah Batik di Bandung Ini Libatkan Disabilitas untuk Berkarya
Merdeka.com - Sebuah rumah batik di bilangan Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat, menebarkan inspirasi. Di balik keindahan produknya, terdapat kalangan disabilitas yang dilibatkan.
Merek fesyen Dama Kara ini memang membawa semangat inklusifitas karena ingin mengenalkan karya ciamik dari kalangan berkebutuhan khusus. Hasilnya pun tak mengecewakan karena menggunakan bahan kain dan cat yang berkualitas.
Selaku pemilik, Nurdini Prihastiti menceritakan sedikit tempat usahanya yang secara tidak langsung ikut membantu kalangan disabilitas untuk mengasah kreativitasnya. Dua tahun berdiri, produk batiknya mampu membuat kalangan anak muda jatuh hati dan memilih produk di sana.
-
Apa yang membuat batik ciprat Desa Kemudo unik? Menariknya, batik di sana dibuat oleh warga difabel dengan berbagai pilihan warna dan motif.
-
Apa keunikan Batik Tulis Kebon Indah? Batik khas Ngembel, Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Klaten, terpantau unik dan berbeda dari yang lain.Setiap helai batiknya menggunakan warna alami dari tumbuhan, dengan motif yang juga dekat dengan lingkungan yakni aneka ragam hayati.
-
Apa ciri khas Batik Ciwaringin? Motif Ciwaringin diketahui banyak mengambil inspirasi dari alam dan lingkungan sekitar, seperti tumbuhan, sungai dan lain sebagainya. Salah satu yang menjadi ciri khas adalah pola wit ngrambat yakni dedaunan yang merambat dan menjuntai.
-
Di mana Rumah Batik Palbatu berada? Tempat itu adalah Rumah Batik Palbatu, yang beralamat di kawasan Menteng dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta, Selatan.
-
Siapa yang membuat batik ciprat di Desa Kemudo? Ada sekitar 15 warga difabel yang diberdayakan oleh pihak Desa Kemudo melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kemudo Makmur dalam membuat batik.
-
Mengapa batik ciprat Desa Kemudo menjadi UMKM unggulan? Gradasi warna dengan motif yang indah membuat batik ciprat ini jadi UMKM unggulan di Desa Kemudo
Ingin Membawa Kebaikan dan Manfaat bagi Semua Orang
©2023 Laman resmi Pemkot Bandung/Merdeka.com
Nurdini mengisahkan bahwa di tahun 2020 lalu ia terpikir untuk membuka brand fashion dengan nama Dama Kara. Ia lantas mencari nama yang cocok untuk usahanya ini. Selaras dengan itu, ia kemudian bersemangat untuk mengolah karya kreatif dari kalangan disabilitas dan kalangan terdampak pandemi.
Setelah mencari, ditemukanlah istilah Dama Kara yang disebutnya memiliki makna mendalam, yakni membawa semangat kebaikan dan manfaat bagi banyak orang. Ia mengaku mengambil inspirasi dari sebuah pohon kelapa yang seluruh bagiannya bisa digunakan oleh manusia.
“Dama Kara ini memiliki makna tersendiri. Dama artinya kebajikan atau kebaikan. Kara kita ambil dari filosofi kelapa yang mulai dari buah, daun, batangnya semua bisa bermanfaat," beber perempuan yang karib disapa Dini, merujuk laman Pemkot Bandung, Senin (10/4).
Motifnya Dibuat oleh Kalangan Disabilitas Laras
Ada banyak motif yang dituangkan di batik miliknya. Mulai dari gayatri yang bercirikan dua buah garis. Lalu kinasih dengan motif khas segitia yang sejajar dan bergaris lurus.
Untuk motif pertama, memiliki arti adanya dualism di kehidupan manusia. Artinya ada kelebihan dan kekurangan yang saling beriringan. Lalu di motif selanjutnya memiliki arti perlunya menyeimbangkan garis-garis kehidupan.
Menariknya, gambar-gambar unik ini dibuat oleh kalangan disabilitas laras (autis) sebagai salah satu penunjang terapi penyembuhan.
"Untuk pakaian batik, kita gunakan untuk mendukung terapi menggambar bagi rekan-rekan berkebutuhan khusus. Kita bekerja sama dengan yayasan," katanya lagi.
Para Disabilitas Mendapat Royalti
Tak hanya menunjang penyembuhan, Dini juga memperhatikan betul soal menghargai proses dan hasil karya dari kalangan disabilitas tersebut.
Menurutnya, karya-karya yang masuk ke dirinya lantas dikurasi dan disesuaikan dengan kebutuhan untuk dijadikan sebuah produk batik. Ketika hasil gambarnya tembus, ia akan memberikan royalti kepada disabilitas pembuatnya.
"Jadi setiap bulan, item yang terjual dan menggunakan gambar mereka, anak-anak tersebut akan mendapatkan royalti. Semoga semakin banyak ruang berkarya bagi mereka dan semakin banyak penerimaan bagi teman-teman istimewa ini untuk terus berkarya,” terangnya.
Adapun proses pembatikannya tidak dilakukan di Bandung, melainkan di Kota Surakarta, Jawa Tengah yang secara tradisional menggunakan cap. Setelah motif tergambar di kain, tahap finishing dikerjakan di Bandung.
Harga Terjangkau
Soal harga, Dini juga memperhatikan betul agar bisa menjangkau banyak kalangan. Ia pun mematok pakaian batiknya mulai dari Rp299.000. Sedangkan untuk pernak-pernik dan aksesoris unik, harganya berkisar Rp79.000.
Di masa kebangkitan ekonomi pasca pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, terjadi peningkatan pada penjualannya. Bahkan ia mengalami kenaikan jumlah pesanan hingga 70 persen.
Penjualan produknya saat ini juga telah sampai ke luar Indonesia, yakni Sydney, Australia. Menurutnya, UMKM sangat membantu penjualan produknya.
Untuk skala lokal, produknya dijual di sejumlah tempat seperti Sherlock Common Space, Jalan L. L. R.E. Martadinata No.217 (Jalan Riau). Lalu ada juga consignment store di HGL Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta.
“Kita juga sudah masuk di Dekranasda Kota Bandung. Saat ini juga ada di Gastro Market Pullman Hotel,” tandasnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Juga diluncurkan platform data peserta didik berkebutuhan khusus.
Baca SelengkapnyaGradasi warna dengan motif yang indah membuat batik ciprat ini jadi UMKM unggulan di Desa Kemduo
Baca SelengkapnyaPemerintah Kota Pasuruan melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pasuruan meresmikan Rumah Hebat Disabilitas.
Baca SelengkapnyaKampung ini bak surga dunia bagi anak-anak difabel, yatim, hingga miskin.
Baca SelengkapnyaProgram bernama Rumah Kreatif Tamiang didasari oleh keterbatasan masyarakat difabel dalam mengakses lapangan pekerjaan
Baca SelengkapnyaKedai kopi ini jadi salah satu contoh tempat nongkrong yang ramah bagi para penyandang disabilitas
Baca SelengkapnyaGanjar meyakini, hasil produksi pengrajin batik Sukoharjo bila dibawa ke tempat yang lebih baik pemasarannya maka nilai jual ekonominya akan bertambah.
Baca SelengkapnyaSri Setyaningsih pernah menyesal lahir ke dunia dengan kondisi tubuh tidak sempurna. Ia kemudian bangkit dan berhasil mengajak ratusan difabel hasilkan cuan.
Baca SelengkapnyaKampung batik merupakan sebuah nama untuk wilayah di Desa Nyalindung yang menjadikannya destinasi wisata.
Baca SelengkapnyaKain batik tulis dan batik cap karya warga binaan ini nantinya dipamerkan dalam perayaan Hari Batik Nasional.
Baca SelengkapnyaPertemuan itu dimanfaatkan Ipuk untuk memotivasi kelompok difabel.
Baca SelengkapnyaKusnadi pernah terpuruk hingga tak percaya diri. Tak lama, ia berhasil bangkit dan memilih mengembangkan usaha bersama agar tidak bergantung ke orang lain.
Baca Selengkapnya