Kain Majalaya Bandung Van Java, Tenun Asli Jawa Barat yang Kian Langka
Merdeka.com - Julukan kota Paris Van Java memang tak bisa lepas dari sejarahnya tentang dunia fesyen. Begitu mudahnya mengenal kain tenun tradisional Ulos, tenun Lurik, tenun Ikat, dan tenun Toraja. Semua punya motif dan warna khasnya masing-masing. Namun sebaliknya, jarang orang mengetahui kain tenun Majalaya asal Kecamatan Majalaya, Bandung, Jawa Barat. Sama seperti tenun tradisional lainnya, tenun Majalaya dibuat secara manual, dan dikategorikan sebagai Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Kala itu Majalaya mampu menguasai 40 persen kebutuhan tekstil nasional. Sedikitnya 1 juta meter kain dipesan kepada pengrajin tenun Majalaya. Baik itu dalam bentuk sarung, maupun lembaran kain diproduksi secara manual dengan tenun tradisional.
Kini semua tinggal kenangan manis. Merebaknya produk fesyen impor China membuat berbagai industri tekstil di Indonesia kelabakan. Dampaknya sangat terasa bagi para pengrajin tenun Majalaya.
-
Apa nama awal dari Bandung? Dahulu Bandung bernama Tatar Ukur, dengan daerah administratif sampai Garut dan Sukabumi
-
Bagaimana Banyuwangi mendorong industri fashion? “Industri fasyen ini harus bisa menjadi contoh bagi industri yang lain agar ramah lingkungan dan memperhatikan keberlanjutan,“ ujar Bupati Ipuk.
-
Apa yang terkenal dari Kota Bandung? Tentu semua orang sudah tahu kalau alat musik tradisional angklung berasal dari Jawa Barat. Berkat Saung Angklung Udjo, alat musik angklung jadi terkenal hingga ke mancanegara.
-
Kenapa batik Madiun terkenal? Batik-batik ini juga sudah tercatat dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kemenkumham RI.
-
Dimana pusat industri kapuk Jawa? Dulu di Kabupaten Batang pernah berdiri pabrik kapuk kelas dunia.
-
Bagaimana Bandung dikenal sebagai Kota Kembang? Tak cuma gadis Indo, untuk menyukseskan kongres, panitia sampai mendatangkan penyanyi dari Paris. Lucunya, mereka baru sadar, tak ada yang punya piano di Kota Bandung. Saat kalang-kabut, untunglah ketua seksi hiburan Jan Fabricius teringat piano tua yang belum laku di rumah lelang. Piano itu pun langsung dibeli dan dibawa untuk menghibur tamu kongres.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Dahulu 1928, empat gadis asal Majalaya, Emas Mariam, Endah Suhaenda, Oya Rohana, dan Cicih dikirim ke Bandung. Merekalah pelopor melejitnya insdustri tekstil di Majalaya.
Di sana mereka belajar membuat kain tenun di Textile Inrichting Bandeng yang didirikan Belanda pada tahun 1921. Kini bangunan tersebut menjadi Sekolah Tinggi Tekstil Bandung.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Kini kondisinya diperparah dengan adanya Pandemi yang menjadikan geliat produksi tenun Majalaya seperti mati suri. Usaha tekstil yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Majalaya tidak lagi berdenyut. Bagi pemilik usaha mereka merasakan berada di jurang kebangkrutan. Begitupula para pekerja yang mengeluhkan upah mereka.
Tak ada pilihan lain, dapur produksi masih terus menyala. Meskipun banyak para pengusaha masih menyimpan stok kain tenun yang menumpuk. Imbas persaingan membuat tenun Majalaya tak mudah lagi diserap pasar. Kompetisi dengan pasar digital dengan harga dan kualitas yang lebih menggiurkan.
©2021 Merdeka.com//Reival Akbar
Bagai memulai hidup baru, Tenun Majalaya mulai bangkit dan menyesuaikan pasar saat ini. Pangsa pasarnya juga sudah mengikuti tantangan dunia digital. Dengan mengedepankan tenun tradisional yang tentu punya jati diri tersendiri.
Inovasi dan variasi turut dikembangkan untuk mendukung daya jual tenun Majalaya. Tak hanya kain saja, pakaian jadi sedang digagas pasarnya. Produk tenun Majalaya juga terus dikebut untuk merambah ke pasar ekspor. Semua upaya tersebut tidak lain untuk menjadikan Majalaya sebagai sentra tekstil nasional seperti dahulu kala.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
ATBM menjadi bukti budaya tenun tradisional Indonesia masih bertahan hingga saat ini. Bersanding dengan eksistensi mesin tekstil yang merenggut ketenaran kain tenun tradisional. Sama halnya dengan tenun Majalaya saat ini yang masih mempertahankan metode tradisional, meskipun perkembangannya mulai marak digantikan oleh mesin. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Baca SelengkapnyaIndustri kapuk mengalami kemunduran karena masyarakat lebih suka memakai Kasur dengan bahan dasar busa dan pegas.
Baca SelengkapnyaPada masa kejayaannya, pabrik tenun terkenal di Mojokerto punya sekitar 3.000 karyawan. Kini, bangunannya yang megah terbengkalai.
Baca SelengkapnyaDahulu Cianjur pernah maju saat menjadi ibu kota Jawa Barat, komoditas kopi dan tehnya jadi andalan Eropa.
Baca SelengkapnyaAda perabot rumah tangga sampai produk fashion berbahan anyaman yang mendunia.
Baca SelengkapnyaPasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
Baca SelengkapnyaSedikitnya 10 pabrik tekstil berskala besar di Jawa Tengah bangkrut sehingga sekitar 10 ribu karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca SelengkapnyaKerajinan perak di desa ini memiliki keunikan yang terletak pada bentuknya yang halus dan warna yang tidak terlalu berkilau
Baca SelengkapnyaBekasi sudah dikenal sebagai kota industri sejak zaman kerajaan. Kini di sana juga ditemukan sumber minyak baru.
Baca SelengkapnyaBeberapa pekan lalu, Kantor DPD PDIP Jawa Timur didatangi kelompok pengrajin Industri Tas dan Koper (Intako) kulit, Tanggulangin Sidoarjo.
Baca SelengkapnyaAngka ini meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 25.000 orang yang di-PHK.
Baca SelengkapnyaSalah satu keunggulan perusahaan batik miliknya adalah strategi komunikasinya
Baca Selengkapnya