Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Talbot, Bioskop Pertama di Indonesia yang Pernah Berkeliling Kampung

Mengenal Talbot, Bioskop Pertama di Indonesia yang Pernah Berkeliling Kampung Sejarah Bioskop Talbot. https://www.kitlv.nl/ ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Siapa yang tidak mengenal bioskop, tempat untuk menonton film bersama orang terdekat atau keluarga ini ternyata memiliki sejarah awal yang unik di Indonesia.

Umumnya bioskop merupakan satu ruangan tetap yang bisa dikunjungi orang untuk menonton dengan membayar tiket. Namun, tahu kah Anda jika di awal pendiriannya bioskop posisinya berpindah-pinda dan tidak menetap?

Berikut sepenggal kisah lahirnya Talbot, yang merupakan cikal bakal bioskop di era sekarang.

Memiliki Nama Talbot

sejarah bioskop talbot

https://www.kitlv.nl/ ©2020 Merdeka.com

Dikutip dari merdeka.com, pertama kali bioskop didirikan di Indonesia pada 1900-an dengan nama Talbot. Talbot merupakan panggilan dari nama pemilik awal yang dijadikan nama bioskop karena kepopularannya.

Hal unik dari Talbot, selain didirikan di sebuah rumah berkonsep bedeng dengan dinding anyaman bambu dan atap seng, ketika selesai ditayangkan bioskop tersebut akan dibawa berkeliling kota oleh sang pemilik dengan mencopot susunan dari bangunan Talbot.

Tiket Seharga 10 Karung Beras

Pada awal pendiriannya, Talbot yang beralamat di Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat ini memiliki tiket yang sangat mahal, yaitu sebesar dua setengah gulden atau setara dengan 10 kilogram beras.

Dan saat itu, rata-rata hanya anak bangsawan dan kalangan Belanda saja yang mampu untuk menonton film bisu, berlatar musik orkestra di Talbot tersebut.

Di masanya, terdapat salah satu film bisu yang selalu dipertontonkan kepada warga Belanda maupun warga Jakarta, yaitu film hitam putih berjudul “Sri Baginda Maharatu Belanda bersama Pangeran Hertog Hendrick memasuki Ibu Kota Belanda, Den Haag".

Tragedi Kebakaran dan Bioskop Pertama

Di tahun 1903, seorang pengusaha lainnya bernama Schwarz juga mendirikan sebuah Talbot  baru semi permanen di Jalan Kebon Jahe, Tanah Abang, Jakarta. Namun, karena kesalahan operasional sehingga bioskop tersebut dilanda kebakaran hebat, sehingga tidak bisa diselamatkan.

Akhirnya Schwarz mendirikan mencoba mendirikan Talbot secara permanen di sebuah bangunan gedung di daerah Pasar Baru.

Cikal Bakal Layar Tancap

Selain dibawa secara berkeliling, saat itu Talbot mulai menarik minat masyarakat kelas menengah ke bawah untuk ikut merasakan gelaran visual tanpa suara tersebut.

Hal itulah yang mendorong pengusaha bioskop bernama Jules Francois de Calonne untuk membawa tontonan ke ranah khalayak ramai, dengan mempertontonkannya di ruang terbuka (lapangan).

Kelak konsep menonton Talbot seperti itu akan menjadi tren yang merupakan cikal bakal ‘Layar Tanjep’ atau ‘Misbar’ alias gerimis bubar.

Karena ditujukan bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah, maka harga tiketnya pun disesuaikan dengan keadaan segmentasi penonton yang saat itu penasaran dengan tampilan visual bergerak yang diiringi musik orkes.

Semakin antusiasnya seluruh lapisan masyarakat, membuat bioskop menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan hingga banyak pengusaha-pengusaha di era tersebut mulai mendirikan berbagai bioskop dengan konsep yang lebih modern dan berbeda. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP