Indahnya Toleransi di Jakarta
Merdeka.com - DKI Jakarta ibarat magnet. Sebagai ibu kota negara, banyak orang memilih daerah ini sebagai tempat peraduan nasib. Maka itu, tak heran bila ragam etnis, suku, agama mudah ditemukan di sini.
Tinggal di tengah keberagaman nyatanya tidak membuat penduduk Jakarta saling iri hati. Justru semangat membangun toleransi hadir sangat tinggi.
Salah satu potret toleransi antar umat beragama di Jakarta bisa terlihat jelas pada lokasi dua rumah ibadah ini. Masjid dan Gereja di kawasan Jl Enggano, Jakarta Utara ini hanya terpisah dinding.
-
Bagaimana cara menumbuhkan toleransi antar warga? Salah satu cara menumbuhkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari adalah saling berkunjung di masyarakat.
-
Mengapa klenteng ini menjadi simbol toleransi di Tangerang? Berdiri persis di dekat Masjid Kalipasir dan Gereja Santa Maria, Klenteng Boen Tek Bio menjadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang.
-
Bagaimana kehidupan antar agama di kampung toleransi? Hal ini membuat seluruh umat beragama dari kalangan Buddha, Kristen sampai Muslim hidup rukun berdampingan.
-
Bagaimana toleransi di Pura Agung Kertajaya? 'Paling utama adalah kita harus saling berkomunikasi. Dengan komunikasi yang baik, tentu terjalin hubungan yang baik. Tidak hanya dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama manusia dan lingkungan. Jadi di Kota Tangerang ini damai dan saling menghargai,' kata Wakil Ketua Pura Agung Kertajaya, I Nyoman Maharsa.
-
Mengapa toleransi penting dalam konteks keberagaman? Toleransi merupakan bagian dari semangat kekristenan. Ia menjelaskan bahwa ajaran Kristus mengarahkan manusia untuk memiliki semangat kasih, baik terhadap Tuhan maupun sesama manusia.'Semangat kasih dapat melampaui sekat-sekat budaya dan identitas lainnya. Selama itu sesama ciptaan Tuhan, terlebih lagi kepada manusia lainnya, kita harus bisa saling mengasihi terhadap sesama,' kata Jimmy dilansir Antara, Kamis (7/12).
-
Bagaimana cara menghargai keberagaman? Jamaah Jumat yang berbahagia,Adagium tersebut dapat kita wujudkan dengan sikap penghargaan terhadap siapa saja, sekali pun berbeda dalam banyak hal. Perbedaan suku, misalnya, tidak menghalangi kita untuk tetap menjalin sinergi.
Masjid Al Muqarrabien dan Gereja Masehi Injil Sangihe Talaud Mahanaim, dibangun sejumlah pelaut yang singgah di Tanjung Priok.
Saat merdeka.com berkunjung ke dua rumah ibadah itu pada tahun 2012 silam, warna bangunan tampak serasi. Masjid Al Muqarrabien berlantai dua dicat dengan warna merah, hijau, dan biru. Sementara gereja di sampingnya berdiri dengan warna cat putih dan merah.
Menurut Ketua Pengurus Masjid, Haji Tawakal, kalau dua bangunan yang didirikan selisih satu tahun tersebut di bangun oleh pelaut-pelaut yang singgah di Tanjung Priok.
"Kalau masjid dibangun pelaut muslim pada tahun 1958, bulannya kurang begitu jelas. Nah kalau gereja dibuat pelaut yang beragama Kristen yang dibangun setahun sebelumnya, tahun 1957," jelasnya kepada merdeka.com.
Selama ini, kata Tawakal, kedua belah pihak selalu menjalin komunikasi sangat erat. Sesuai nama Al Muqarrabien yang mengandung arti saling menghormati. Salah satu bentuknya, pemasangan suara pengeras mesjid yang dipasang agar tidak menganggu kegiatan ibadah gereja.
"Pengeras suara di Al Muqarrabien sengaja dipasang menghadap ke arah barat. Sedangkan bangunan gereja berada di sebelah timur. Itu suatu bentuk penghargaan dari pengurus masjid agar ketika adzan yang bersamaan dengan waktu ibadah di gereja ini, masing-masing bisa berjalan dengan khidmat," ujarnya.
Soal kerukunan itu juga diceritakan Pendeta Barakatih dari Gereja Masehi Injil Sangihe Talaud Mahanaim. Hubungan dua rumah ibadah itu diibaratkannya seperti 'kakak-beradik' yang saling mengasihi. Tidak pernah ada keributan selama 55 tahun masjid dan gereja itu berdiri berdampingan.
"Kita juga pernah bikin buka puasa bersama, bagi-bagi kolak ke warga yang kurang mampu. Kalau Natal sendiri, mereka juga menyediakan halaman untuk tempat parkiran, Jadi ada toleransi juga antar umat beragama, karena kita menganggap seperti saudara kandung," terangnya.
Ia juga menceritakan kisah kerusuhan pada tahun 1984 di Tanjung Priok, gereja tersebut akan diserang oleh sekelompok orang. Namun warga Muslim yang merupakan jemaah Masjid Al-Muqarrabien tersebut ikut melindungi jemaat.
"Ketika kerusuhan terjadi, jemaah Masjid menjaga gereja. Mereka juga mengatakan kepada sekelompok orang yang akan membakar gereja untuk membakar masjid terlebih dahulu jika mereka hendak membakar gereja. Jadi mereka yang jaga pada saat kerusuhan Tanjung Priok dulu," imbuhnya.
Hingga kini dua tempat ibadah tersebut masih berdiri kokoh. Kedua pihak berharap kalau bangunan tersebut mampu menjadi cagar budaya bagi Indonesia dalam memberikan contoh kerukunan umat beragama.
Potret toleransi dan kerukunan beragama juga bisa dilihat dari letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang tidak terlalu berjauhan. Bahkan untuk menunjukkan nilai-nilai kerukunan beragama di Indonesia, pemerintah sedang menyelesaikan proyek terowongan silaturahmi sedang dikerjakan dan ke depannya diharapkan menjadi ikon.
Terowongan Silaturahmi direncanakan memiliki panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2. Jarak terdekat pintu masuk terowongan dengan Gereja Katedral yakni 32 m hal ini guna memastikan keamanan struktur Katedral. Sementara jarak terdekat terowongan dengan gerbang Masjid Istiqlal adalah 16 m.
Arsitektur entrance terowongan menyebut bangunannya akan dibangun dengan gaya modern di mana eksteriornya menggunakan material transparan sehingga kecantikan desain Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang merupakan bangunan cagar budaya tidak terhalang. Sementara untuk interiornya menggunakan material marmer serta dilengkapi dengan railing stainless sebagai simbol jabat tangan.
Terowongan ini juga dilengkapi dengan lift difabel untuk menunjang fungsi sebagai bangunan publik. Di samping sebagai ikon toleransi antar umat beragama, pembangunan terowongan ini berfungsi memudahkan akses jemaah antar bangunan rumah ibadah untuk memenuhi kebutuhan ruang parkir tanpa mengganggu arus lalu lintas.
Dalam pembangunan, Badan Pengelola Masjid Istiqlal dan Dewan Paroki Gereja Katedral dilibatkan dalam proses pembahasan bersama terkait konsep desain yang memperhatikan masing rumah ibadah agar mencirikan bentuk persatuan bukan perbedaan dalam bentuk desain, rencana pengelolaan dalam operasional Terowongan Silaturahmi nantinya, serta keselamatan masing masing bangunan rumah ibadah selama pengerjaan konstruksi agar tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan eksisting. (mdk/gil)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nilai toleransi memiliki akar yang kuat dari jati diri bangsa Indonesia sehingga masyarakat tidak terpecah.
Baca SelengkapnyaIndonesia adalah negara dengan keragaman yang majemuk.
Baca SelengkapnyaSemakin kita menyatakan diri sebagai orang yang punya iman, maka besar tanggung jawabnya untuk mengedepankan toleransi.
Baca SelengkapnyaSalah satu kawasan memiliki sebuah gang sempit yang begitu menarik perhatian. Meski ukuran gang itu begitu kecil, namun tiap warganya tetap dapat hidup rukun.
Baca SelengkapnyaAda 4 kota di Jawa Tengah yang masuk dalam 10 besar kota paling toleran di Indonesia menurut SETARA Institute.
Baca SelengkapnyaRenata berharap, kedatangan BPIP dan MPR yang diwakili Ahmad Basarah bisa menguatkan kembali ideologi Pancasila bagi masyarakat Indonesia di Hamburg
Baca SelengkapnyaKota Kediri punya tiga kampung moderasi beragama, di sana warga beda agama hidup harmonis dan toleran.
Baca SelengkapnyaCak Imin menilai Anies memiliki toleransi yang tinggi.
Baca SelengkapnyaIndonesia menjadi contoh masyarakatnya tidak terpecah karena saling membenci.
Baca SelengkapnyaKenduri ini merupakan bagian dari Prosesi Agung Paroki HKTY yang tahun ini genap berusia ke 100 tahun.
Baca SelengkapnyaPerayaan Idul Fitri di berbagai daerah biasanya dipadukan dengan kebiasaan masyarakat justru menguatkan semangat toleransi.
Baca Selengkapnya