Jembatan Kota Intan, sisa peninggalan Belanda di Batavia
Merdeka.com - Jembatan Kota Intan merupakan salah satu peninggalan bersejarah zaman Belanda. Jembatan yang kini berada dalam kawasan bersejarah Kota Tua, Jakarta Barat merupakan tempat lalu lalang transportasi air era kolonial.
Hal ini lantaran Jembatan Kota Intan bisa dibuka tutup atau menggunakan hidrolik. Jadi, ketika ada kapal lewat, maka jembatan akan naik ke atas dan terbuka sehingga kapal bisa lewat. Tetapi setelah kapal lewat, jembatan kembali turun atau ditutup sehingga bisa dilalui orang untuk menyeberang.
"Zaman Belanda itu (Jembatan Kota Intan) menjadi lalu lintas perdagangan ketika kapal besar Belanda berlabuh, bersandar di Sunda Kelapa," ujar Kepala Unit Pelaksana Kawasan (UPK) Kota Tua, Novriadi S Husodo saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (25/7).
-
Dimana jembatan ini berada? Berada di jalur masuk Perkebunan Kendenglembudi Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi atau sekitar 10 kilometer dari jalur nasional.
-
Siapa yang membangun Jembatan Kota Intan? Jembatan yang dibangun pada 1628 ini merupakan jembatan tertua di Indonesia dan merupakan bangunan yang didirikan pada masa pemerintahan VOC.
-
Di mana jembatan kuno berusia 5.600 tahun ditemukan? Jembatan ini ditemukan di gua Genovesa di Mallorca, Spanyol.
-
Dimana jembatan Romawi itu ditemukan? Sebuah jembatan era Romawi kuno yang tersembunyi di bawah sungai di Italia tiba-tiba menampakkan diri.
-
Dimana Jembatan Merah Putih dibangun? Cerita di Balik Peresmian Jembatan Merah Putih di Brebes, Kini Warga Desa Terpencil Tak Lagi Terisolasi
-
Kapan jembatan itu dibangun? Konon jembatan gantung ini sudah ada sejak tahun 1918.
Dia menceritakan, saat zaman Belanda dulu, kapal-kapal kecil seperti tongkang dan perahu, melewati Jembatan Kota Intan menelusuri Kali Besar hingga ke Sunda Kelapa.
"Nah ketika jual beli, dari titik di Asemka di pintu kecil, terus bawa lagi kapalnya ke Sunda Kelapa dibongkar muat masuk kapal besar, baru kembali ke negaranya," ucapnya.
Novriadi memastikan, pembangunan Jembatan Kota Intan dilakukan pada masa kolonial Belanda. Namun seiring berjalannya waktu, sudah banyak jembatan yang dibangun menggunakan beton di kanan kirinya hingga kapal-kapal pun tidak bisa lewat.
"Ketika arus lalu lintas kapal-kapal itu enggak bisa lewat lagi, ada jembatan di sisi utaranya, terus di sisi selatannya juga banyak jembatan, udah enggak ada lalu lintas kapal, jadi jungkat-jungkitnya sudah tidak berfungsi secara original untuk pintu lalu lintas," kata dia.
Selain itu, ada pula rel kereta di dekat lokasi Jembatan Kota Intan. Hal ini pula yang membuat Jembatan Kota Intan tidak bisa berfungsi normal lagi. Dengan banyaknya jembatan dan adanya rel kereta sejak puluhan tahun lalu atau usai masa kemerdekaan, maka Jembatan Kota Intan juga tidak berfungsi lagi.
Jadi monumen
Dikarenakan sudah tidak difungsikan sebagai jembatan, kini Jembatan Kota Intan hanya dijadikan sebagai monumen saja. Meski begitu, tempat ini masih dibuka untuk umum.
Hanya saja, jembatan tersebut dibatasi jika ada orang yang ingin merasakan sensasi menyeberang di jembatan hidrolik. Alasannya tidak lain mengingat kayu jembatan yang memang sudah terlihat rapuh.
"Nah sekarang jadi monumen saja. Monumen itu ya seperti yang kondisi sekarang. Hidroliknya tidak bisa difungsikan, tetapi menjadi monumen. Kalau terbuka untuk umum, jumlahnya banyak, kita khawatir di sana terjadi sesuatu tidak diinginkan, makanya selektif, jumlahnya sehari mungkin maksimal 20 itu bisa berkunjung," paparnya.
Ajukan perbaikan
Melihat kondisi Jembatan Kota Intan yang memiliki nilai sejarah tetapi kondisinya mengkhawatirkan, maka Novriadi pun mengaku pihaknya mengganggarkan untuk perbaikan.
"Karena rapuh, kita coba usulkan perbaikan dulu. Sedang kita usulkan untuk anggaran perbaikan, di 2019 sepertinya dinas akan melakukan perbaikan itu. Ketika sudah diperbaiki secara maksimal, bisa dikunjungi lagi, baru kita buka secara untuk umum," jelas Novriadi.
Pantauan di lokasi, Jembatan Kota Intan memang tampak layuh. Kayu-kayunya pun terlihat sudah lapuk. Cat pada pegangan jembatan juga mengelupas.
Jembatan Kota Intan pun dipagari. Hal ini untuk mencegah agar tidak ada tangan-tangan usil yang mencoba merusak. Selain itu juga agar jembatan tidak dinaiki langsung secara bersama-sama. Terdapat petugas yang menjaga di pagar pintu masuk.
Penamaan Jembatan Kota Intan
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Jembatan Kota Intan dibangun masa pemerintah Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC atau persekutuan dagang asal Belanda pada 1628.
Nama jembatan ini pun sempat berganti-ganti. Awalnya dinamai Engelse Brug atau Jembatan Inggris, kemudian diubah menjadi de Hoenderpasar Brug (Jembatan Pasar Ayam). Hal ini lantaran di sekitarnya terdapat penjual ayam.
25 kemudian atau tepatnya 1655, jembatan ini lagi-lagi mengalami kerusakan dan perbaikan. Pasca-perbaikan, namanya pun kembali berganti menjadi Jembatan Het Midd.
Pada 1938 fungsi jembatan diubah menjadi jembatan gantung. Tujuannya agar dapat diangkat untuk lalu lintas perahu dan mencegah kerusakan akibat banjir, namun bentuk dan gayanya tidak pernah diubah.
Nama jembatan kembali berubah menjadi Jembatan Phalsbrug Juliana atau Juliana Bernhard karena waktu itu Ratu Juliana yang menjadi ratu di Belanda.
Sebelumnya, jembatan juga diberi nama Jembatan Wilhemina (Wilhemina brug), ibu dari Juliana. Kemudian pascaproklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, nama jembatan kembali berubah hingga seperti saat ini yaitu Jembatan Kota Intan.
Jembatan kayu ini memiliki panjang 30 dan lebar 4,43 meter. Jembatan Kota Intan menjadi satu-satunya yang tersisa dari jembatan sejenis yang pernah dibangun Belanda.
Reporter: Devira Prastiwi
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keindahan arsitektur peninggalan Belanda dan berbagai benda bersejarah yang tersimpan rapi di museum-museumnya menawarkan pengalaman wisata yang tak telupakan.
Baca SelengkapnyaKota Tua, jalur perdagangan strategis dan cukup populer di masa lalu. Kini, daerah tersebut menjelma menjadi destinasi wisata yang penuh dengan sejarah bangsa.
Baca SelengkapnyaJembatan ini diapit oleh kawasan perbukitan yang hijau, ditambah dengan aliran Sungai Serayu yang luas
Baca SelengkapnyaJembatan ini banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara karena keunikannya.
Baca SelengkapnyaJembatan-jembatan ini menjadi sumber pengairan bagi lahan pertanian dan perkebunan warga
Baca SelengkapnyaKota Tua Jakarta menawarkan petualangan yang memikat bagi mereka yang ingin menjelajahi kekayaan sejarah dan menikmati arsitektur kolonial.
Baca SelengkapnyaSebuah jembatan kereta api yang membentang di atas jalur kereta api dibangun pada tahun 1929 untuk menghubungkan jalur kereta Batavia-Surabaya.
Baca SelengkapnyaRel lintasan kereta api dengan pemandangan laut tersebut rupanya juga meninggalkan jejak sejarah
Baca SelengkapnyaBerusia sekitar seratus tahun, jembatan kereta api Rancgoong ini eksotis namun bikin merinding
Baca SelengkapnyaSekilas tentang Stasiun Tanjung Priok yang konon atapnya terinspirasi dari stasiun besar di Amsterdam.
Baca SelengkapnyaStasiun Binjai, salah satu peninggalan zaman Belanda yang masih kokoh dan berfungsi dengan baik.
Baca SelengkapnyaBenteng ini dulu jadi simbol kekuatan penjajah setelah menaklukan Kesultanan Banten.
Baca Selengkapnya