Pemprov DKI Jelaskan Asal-Usul Ide Gabion, Sudah Libatkan Ahli Geologi

Merdeka.com - Hiasan Gabion di Bundaran Hotel Indonesia (HI) oleh Pemprov DKI Jakarta menuai pro dan kontra. Bahkan ada yang menyebut Pemprov DKI melanggar aturan karena menggunakan terumbu karang dilindungi menjadi hiasan kota. Gabion merupakan kawat berlapis yang dianyam dan di dalamnya diletakkan batu.
Kepala Seksi Tata Hias dan Ornamen Kota dari Dinas Kehutanan DKI Jakarta, Reina Camelia blak-blakan tentang polemik tersebut. Menurut dia, tujuan pembuatan gabion hanya sekadar untuk dekorasi HUT RI.
"Salah satu kegiatan kita adalah dekorasi untuk acara-acara tertentu. Makanya, gabion dibuat untuk menyambut HUT RI. Pembuatannya menjadi satu kesatuan dengan tanaman di sekitarnya," ungkapnya saat diwawancara merdeka.com, Senin(26/8).
Dia menegaskan, gabion bukan instalasi seni, melainkan hanya ornamen kota. Oleh sebab itu, dia menilai tak ada kaitannya jika instalasi itu disebut tak bernilai seni. Hal ini menjadi pembeda gabion dengan bambu getah-getih yang merupakan instalasi seni.
Sebelum memutuskan untuk membuat ornamen kota, dirinya dan sejumlah pihak melakukan diskusi. Akhirnya diputuskan untuk membuat gabion. Diskusi melibatkan banyak pihak yang kompeten di bidangnya.
Saat pencarian jenis batu, Dinas Kehutanan ingin meletakkan batu berwarna putih. Awalnya, mereka berpikir untuk menggunakan batu kapur. Tapi hal ini meragukan mengingat batu kapur sulit bertahan di luar ruangan. Setelah berdiskusi dengan ahli geologi dan tukang batu di pasaran, akhirnya batu gamping menjadi pilihan mereka.

Sebenarnya, gabion dan batu gamping bukan hal baru. Banyak tempat di Jakarta yang menggunakannya. Reina berpendapat, masyarakat belum awam dengan hal ini sehingga kehebohan terjadi.
"Kalau keliling Jakarta, sebenarnya sudah banyak. Ada yang pakai di pagar, ada yang jadi ornamen, macam-macam. Mungkin karena bentuknya besar dan ada di tengah Jakarta, warga melihatnya jadi sesuatu yang baru," katanya.
Anggaran gabion juga menjadi salah satu perhatian warga. Banyak yang mengira anggarannya mencapai Rp150 juta. Padahal, Reina mengatakan, anggaran ini bukan hanya untuk gabion, melainkan untuk keseluruhan dekorasi HUT RI.
"Anggaran itu bukan untuk batunya doang, batu itu hanya sebagian dari anggaran. Anggarannya untuk dekorasi HUT RI, termasuk instalasi ornamen kota, tanaman, dan lain-lain," ucapnya.

Reina menjelaskan, gabion bisa saja dibongkar apabila hendak digunakan untuk acara besar lain di Jakarta. Namun, apabila tidak ada pembongkaran, ia tidak bisa memastikan berapa lama umur gabion. Hal ini tergantung bagaimana cuaca dan kondisi di Jakarta.
Bukan Terumbu Karang
Di pasaran, batu gamping dijual dengan nama 'batu karang'. Hal ini menimbulkan mispersepsi pada sebagian orang. Banyak yang mengira instalasi gabion menggunakan terumbu karang yang diambil dari laut.
Reina mengatakan, batu gamping terdiri dari banyak macam, ada yang berasal dari terumbu karang yang sudah dari jutaan tahun yang lalu. Bahkan, batuan ini diambil dari bukit, bukan laut.

Dari luar, tampilannya masih mirip dengan terumbu karang, tapi bila dibelah maka akan terlihat bahwa telah tersementasi jadi batu. Maka, batu gamping bukanlah terumbu karang.
"Saya belajar dengan ahli geologi. Mungkin jutaan tahun yang lalu batu ini memang terumbu karang, tapi sekarang sudah tersementasi makanya sudah menjadi batu. Permukaannya masih mirip terumbu karang, tapi kalau dibelah akan kelihatan bedanya, lebih halus," ucapnya.
Bahkan, batu gamping sudah umum digunakan sebagai bahan industri. "Batu gamping sudah umum digunakan sebagai bahan macam-macam. Mungkin jadi viral karena bentuknya masih mirip terumbu karang," katanya.
Reporter Magang: Ahdania Kirana
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya