3 Fakta Cicak Batu Muria, Spesies Endemik Hidup di Aliran Sungai dan Kebun Kopi

Merdeka.com - Sebagai negara besar, Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna. Bahkan masing-masing daerah di Indonesia memiliki flora dan fauna endemiknya masing-masing.
Keberadaan fauna endemik ini juga bisa ditemukan di kawasan lereng Gunung Muria yang membentang di tiga kabupaten yaitu Jepara, Pati, dan Kudus. Di sana ada spesies hewan endemik unik bernama cicak batu muria. Spesies ini pertama kali ditemukan oleh tim peneliti Green Community Universitas Negeri Semarang (Unnes) bekerja sama dengan Muria Research Center (MRC).
“Temuan ini tentunya menjadi keanekaragaman flora di lereng Pegunungan Muria Kudus,” kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan Hidup (PKPLH) Dinas PKPLH Kudus, Apriliana, dikutip dari ANTARA pada Selasa (6/12).
Tentang Cicak Batu Muria
©lipi.go.id
Cnemapis Muria, atau biasa juga disebut Cicak Batu Muria, merupakan hewan endemik di kawasan Gunung Muria. Hewan ini pertama kali ditemukan pada tahun 2018 di Desa Kajar dan Colo, Kabupaten Kudus.
Sebenarnya spesies Cnemapis sendiri tersebar pada banyak tempat di Benua Afrika dan Asia. Kalau di Asia Tenggara, spresies ini dapat ditemukan di Vietnam, Laos, Kamboja, Timor Leste, Thailand, Malaysia, Singapura, dan juga Indonesia. Hanya saja spesies Cnemapis Cicak Batu Muria memiliki karakteristiknya sendiri.
Habitat Cicak Batu Muria
©©shutterstock.com/leungchopan
Dilansir dari ANTARA, Cicak Batu Mulia dapat ditemukan pada habitat berupa bebatuan di sepanjang sungai dan juga di perkebunan kopi. Hewan ini juga dimungkinkan dapat ditemukan di hutan pada ketinggian 600-650 meter di atas permukaan laut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2018, populasi cicak batu muria tidak ditemukan di daerah dengan ketinggian di bawah 500 mdpl. Sementara itu, hewan ini masih bisa dijumpai di daerah dengan ketinggian 700 mdpl.
Persebaran Cicak Batu Muria
©lipi.go.id
Dalam penelitian yang dilakukan Green Community, diketahui spesies cicak batu muria tersebar di 12 desa pada tiga kabupaten. Di Kabupaten Kudus ada Desa Colo, Desa Kajar, Ternadi, dan di Desa Rahtawu.
Sementara itu, di Kabupaten Jepara ada Desa Somosari, Sumanding, dan Tempur. Sementara di Kabupaten Pati ada Desa Sitiluhur, Jepalo, Panggonan, dan Tlogowungu.
Peneliti Green Community, Lutfian Nazar menjelaskan bahwa berdasarkan temuan di Desa Kajar, cicak batu muria memiliki ciri-ciri berupa panjang tubuh dewasa 55-60 cm, berkepala lonjong, dan ekornya agak berduri. Demi menjaga kelestariannya, petani setempat diminta untuk peduli dan melindungi hewan tersebut. Tak hanya ke petani, sosialisasi juga dilakukan ke sejumlah sekolah. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya