3 Fakta Kirab Malam Satu Suro Keraton Surakarta, Rutin Digelar Selama Ratusan Tahun
Merdeka.com - Dalam tradisi Jawa, momen pergantian Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram juga diperingati sebagai malam 1 Suro. Hal ini tak lepas dari sistem kalender Jawa yang mengikuti sistem kalender Islam.
Bagi orang Jawa, malam Satu Suro merupakan malam yang sakral. Pada setiap malam Satu Suro, banyak kelompok masyarakat Jawa yang menggelar tradisi. Pada tanggal itu, Keraton Surakarta menggelar acara kirab. Ritual ini telah dilestarikan Keraton Surakarta selama ratusan tahun.Lalu seperti apa keseruan tradisi tahunan itu? Berikut selengkapnya:
Keseruan Kirab Satu Suro Keraton Surakarta
-
Bagaimana masyarakat Jawa rayakan Malam 1 Suro? Banyak pandangan dalam masyarakat Jawa yang menganggap malam 1 Suro sebagai malam keramat. Terlebih apabila malam 1 Suro jatuh pada Jumat Legi karena malam ini dikaitkan dengan hal-hal mistis.
-
Bagaimana orang Jawa merayakan malam 1 suro? Malam tahun baru Hijriah bukan hanya sekadar menghitung waktu, tetapi juga mengingat sejarah Islam yang kaya dan memikirkan pencapaian spiritual di masa yang akan datang.
-
Bagaimana orang Jawa rayakan malam 1 Suro? Secara tradisional, malam satu Suro juga dianggap sebagai malam yang penuh berkah dan kemurahan.
-
Apa makna malam 1 suro bagi masyarakat Jawa? 'Sumangga kita tansah manekung memuji asmaning Gusti Kang Maha Suci ing dalu menika, awit dalu menika malem setunggal Sura, malem ingkang suci tumraping tiyang Jawi.' (Mari kita dengan khusyuk menyebut asma Allah di malam ini, malam satu Suro, yaitu malam yang suci bagi masyarakat Jawa)
-
Kapan Kirab Malam Satu SUro diadakan? Ganjar mengatakan kalau acara tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat umum
-
Di mana tradisi Malam 1 Suro dirayakan? Seperti yang telah disebut sebelumnya, sejarah malam 1 Suro saat ini tak bisa lepas dari tradisi perayaan yang dilakukan oleh keraton. Yang paling terkenal adalah perayaan malam 1 Suro oleh Keraton Ngayogyakarta dan Keraton Surakarta.
©2014 Merdeka.com/arie sunaryo
Biasanya, ribuan orang ikut berpartisipasi dalam Ritual Kirab Satu Suro di Keraton Surakarta. Mulai dari raja beserta keluarga, lalu para abdi dalem yang tersebar di seluruh Solo Raya ikut dalam iring-iringan kirab itu.
Semua peserta kirab menggunakan pakaian berwarna hitam. Saat itu, laki-laki menggunakan pakaian adat Jawa berwarna hitam yang dikenal dengan nama jangkep, sedangkan perempuan menggunakan kebaya berwarna hitam.
Dilansir dari Surakarta.go.id, makna dari ritual Malam Satu Suro adalah refleksi diri atau mengingat kembali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat selama setahun. Dengan adanya refleksi itu, diharapkan satu tahun ke depan seseorang berubah sifatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Iring-Iringan Kebo Bule
©2019 Merdeka.com/Iqbal Nugroho
Tidak ketinggalan pula, dalam iring-iringan itu terdapat kebo bule yang merupakan keturunan dari Kebo Kyai Slamet. Kebo bule ini bukan kebo pusaka. Hewan itu begitu dikeramatkan oleh Keraton Surakarta.
Pada awalnya, kebo bule merupakan hadiah dari Bupati Ponorogo pada Pakubuwono II yang kemudian diberi nama Kyai Slamet. Kerbau bule yang sekarang masih dipelihara Keraton Surakarta adalah keturunan dari Kebo Kyai Slamet yang dipelihara ratusan tahun silam.
Dalam iring-iringan kirab, barisan kebo bule berada di barisan paling depan beserta pawangnya. Selesai ritual itu, banyak masyarakat yang mengambil kotoran kebo bule. Bagi sebagian orang, kotoran itu dipercaya bisa mendatangkan keberkahan dan juga kemakmuran.
Terancam Tidak Dimeriahkan Kebo Bule
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Kabar kurang baik datang menjelang tradisi Kirab Malam Satu Suro Keraton Surakarta pada akhir Juli nanti. Perayaan akbar itu terancam tidak dimeriahkan kehadiran kebo bule keturunan Kyai Slamet. Sebabnya, beberapa dari mereka harus menjalani perawatan karena terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK).
Apalagi seekor kebo bule berusia 20 tahun bernama Nyi Apon, ikut menjadi korban dari ganasnya penyakit itu. Kini kebo bule yang tersisa harus dirawat terlebih dahulu setelah menerima vaksinasi PMK. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tanggal 1 Suro diperingati setelah magrib pada hari sebelum tanggal 1, dan biasanya disebut malam satu suro.
Baca SelengkapnyaSelama kirab, peserta tidak boleh mengenakan alas kaki dan dilarang berbicara
Baca SelengkapnyaSejumlah pusaka termasuk belasan kerbau bule keturunan Kiai Slamet akan diarak keliling tembok luar istana
Baca SelengkapnyaTujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet menjadi cucuk lampah (pemimpin kirab) arak-arakan yang diikuti lebih dari 5.000 abdi dalem, sentana dan kerabat keraton.
Baca SelengkapnyaBeberapa orang meyakini, kotoran kerbau yang keluar saat kirab dianggap bisa membawa berkah.
Baca Selengkapnya1.000 tumpeng dibawa ke Sriwedari untuk diserahkan Pemkot Solo. Usai didoakan para ulama keraton, tumpeng dibagikan ke masyarakat.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah alasan orang-orang di Cirebon menantikan dan merasa bergembira di tanggal tersebut.
Baca SelengkapnyaMalam ini ada dua kirab pusaka dalem yang digelar di Kota Solo.
Baca SelengkapnyaAcara Grebeg Maulud digelar setiap tahun. Setiap perayaan itu menyimpan momen sejarahnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaKumpulan amalan malam 1 suro ini memiliki keberkahan yang luar biasa apabila dikerjakan.
Baca SelengkapnyaSementara wakil presiden terpilih Gibran tak tampak dalam kirab
Baca SelengkapnyaTak sekedar menyambut Tahun Baru Islam, tradisi Malam 1 Suro ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Baca Selengkapnya