4 Peneliti Riset Produksi Wacana Penghayat Kepercayaan, Ini Temuannya
Merdeka.com - Paguyuban penghayat kepercayaan di Indonesia masih sering menjadi korban tindakan diskriminatif. Putusan MK Nomor 97 Tahun 2016 tentang pencantuman kolom kepercayaan tidak serta merta membuat perlakuan sosial dan layanan publik yang mereka terima sontak membaik.
Banyaknya tindakan diskriminatif dan minimnya akses layanan publik menambah kerentanan bagi paguyuban. Mulai dari ancaman kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan terbatasnya ruang berjejaring membuat paguyuban penghayat terpinggirkan dari perkembangan masyarakat.
Layanan Inklusif dan Penerimaan Sosial
-
Siapa yang melakukan penelitian? Para peneliti dari Universitas Cincinnati menangkap tiga ekor piton Burma di sekitar Taman Nasional Everglades, lalu mengukur ukuran rahang mereka. Salah satu dari ular tersebut memiliki panjang tubuh mencapai 5,8 meter, menjadikannya piton terpanjang yang pernah tertangkap di Florida, meskipun bukan yang terberat.
-
Apa yang diteliti? Analisis terhadap lebih dari 4.000 artefak batu yang ditemukan di sebuah pulau di barat laut Australia memberikan gambaran kehidupan suku Aborigin puluhan ribu tahun yang lalu.
-
Bagaimana penelitian dilakukan? Dalam Journal Current Biology, para peneliti memasang speaker dan kamera di sekitar 21 lubang air di South Africa‘s Greater Kruger National selama musim kemarau. Itu dilakukan dari bulan Juni hingga Agustus.
-
Siapa saja peneliti yang terlibat dalam penelitian ini? Peneliti yang terlibat dalam studi ini yaitu Itaru Kobayashi, Takayuki Sonoyama, Mai Hibino, Mitsuhisa Kawano, dan Hisanori Kohtsuka.
Selain itu, tak jarang paguyuban penghayat kepercayaan juga menerima ancaman dan penolakan di lingkungan. Hal ini menyebabkan kekhawatiran dan ketidaknyamanan dalam menjalankan ibadah dan ritual keyakinannya.
Kemudian, stigma negatif yang diberikan masyarakat juga berdampak pada hilangnya kepercayaan diri, hingga berujung pada tidak berkembangnya proses regenerasi yang menyebabkan keberadaan paguyuban penghayat semakin sedikit jumlahnya. Kondisi ini menunjukkan gambaran kelompok minoritas yang terpinggirkan.
Berangkat dari kondisi tersebut, sejak tahun 2014 hingga sekarang, Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) melakukan berbagai upaya penguatan paguyuban penghayat kepercayaan. Di antaranya dengan melakukan pemberdayaan, melakukan sinergitas, mendorong upaya perbaikan layanan dan kebijakan, serta penerimaan sosial.
Jadi Objek Penelitian
Lihat postingan ini di InstagramPaguyuban penghayat kepercayaan disebut sering menjadi objek penelitian dari berbagai perguruan tinggi. Namun, hasil penelitian itu sering kali tidak disampaikan kepada penghayat. Maka, tidak diketahui apakah hasil penelitian mengenai peguyuban penghayat itu membantu mengupayakan perbaikan situasi atau justru memperkeruh keadaan. Misalnya hanya sesuai kepentingan penelitinya.
Untuk itu, Yayasan LKiS melakukan riset dan studi kajian literatur guna melacak jejak-jejak tulisan yang menceritakan paguyuban penghayat. Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Merdeka, riset literatur ini dilakukan oleh empat orang, yakni Dr. Amanah Nurish (Dosen UI Jakarta/Akademisi), Hairus Salim (Direktur Yayasan LKIS dan Antropolog), Dwitasari Teteki Bernadeta/Ayik (Aktivis) dan Titi (Peneliti Penghayat).
Temuan Riset
Lihat postingan ini di InstagramDari riset yang dilakukan sejak 10 Oktober 2020 hingga 3 Desember 2020 diketahui bahwa selain menunjukkan persoalan-persoalan yang dihadapi paguyuban penghayat kepercayaan seperti diskriminasi dan stigma, ada pula literatur yang menunjukkan dorongan publik yang menggerakkan pemerintah untuk berupaya memenuhi hak-hak para penghayat.
Keempat peneliti menemukan 25 tulisan ilmiah, 9 buku, dan dokumen lain yang menceritakan tentang penghayat kepercayaan. Literatur-literatur yang ditulis oleh orang dari beragam latar belakang itu mengangkat bermacam-macam perspektif dan persoalan penghayat kepercayaan. Dalam hal ini, latar belakang dan kepentingan penulis tentu mempengaruhi produksi tulisan.
“Beragamnya narasi yang beredar di masyarakat baik yang ditulis dalam suatu karya ilmiah maupun artikel dalam buku tentunya membuat suara penghayat kepercayaan semakin mendapat perhatian,” bunyi keterangan tertulis dari LKiS.
Literatur-literatur yang menjadi objek riset antara lain mengangkat persoalan mengenai administrasi kependudukan, akses pendidikan, layanan pengesahan perkawinan, penerimaan masyarakat, peran perempuan penghayat kepercayaan. Kemudian, pandangan agama lain terhadap agama leluhur dan penghayat kepercayaan, keterkaitan dan keterlibatan politik penghayat kepercayaan, peran lembaga/komunitas bagi pengakuan agama leluhur dan penghayat kepercayaan, dan respons penghayat kepercayaan terhadap praktik baik pemerintah.
Hasil riset literatur mengenai penghayat kepercayaan itu kemudian dituangkan dalam buku berjudul Produksi Wacana Penghayat Kepercayaan. Bedah substansi buku tersebut diselenggarakan pada Rabu (30/6/2021) melalui aplikasi Zoom Meeting. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Contoh kerangka berpikir kuantitatif memudahkan dalam proses penulisan ilmiah.
Baca SelengkapnyaBerikut teknik pengumpulan data beserta penjelasannya.
Baca SelengkapnyaLandasan teori biasanya memuat teori-teori dan hasil penelitian yang digunakan sebagai kerangka teori untuk menyelesaikan sebuah penelitian.
Baca SelengkapnyaObservasi dilakukan tidak lain untuk mendapatkan data atau hasil temuan yang ingin dicari.
Baca SelengkapnyaLandasan teori biasanya memuat teori-teori dan hasil penelitian, di mana teori dan hasil penelitian digunakan sebagai kerangka teori peneliti.
Baca SelengkapnyaTemuan tiga kerangka manusia di area situs Kumitir, kompleks istana Majapahit, menyedot perhatian para peneliti.
Baca SelengkapnyaSejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Sedangkan penelitian sejarah adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang peristiwa masa lalu.
Baca SelengkapnyaKerangka berpikir adalah suatu konsep atau struktur yang digunakan untuk mengorganisir, memahami, dan menganalisis informasi.
Baca Selengkapnya