5 Fakta Jalan Daendles di Pesisir Selatan Jawa yang Sarat Nilai Sejarah

Merdeka.com - Jalan Daendles membentang dari perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan berakhir di Cilacap, Jawa Tengah. Jalan ini melintasi pesisir pantai selatan Jawa sejauh 150 kilometer. Bila musim mudik lebaran tiba, jalan ini menjadi jalur alternatif bagi para pemudik untuk pulang ke kampung halaman.
Jalan ini relatif sepi pengendara karena tak banyak dilalui kendaraan terutama kendaraan-kendaraan besar seperti truk dan bus. Namun seiring makin pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor, jalan ini semakin ramai pengendara yang lalu-lalang. Keberadaannya semakin penting untuk menjadi jalur alternatif bagi jalur lintas selatan yang semakin ramai dan padat.
Namun, di balik perannya sebagai jalur alternatif, Jalan Daendles ini mempunyai cerita sejarah yang panjang. Berikut 5 fakta tentang keberadaan jalan di pesisir pantai selatan Jawa ini.
Asal Usul Nama Jalan Daendles
2020 Merdeka.com
2020 Merdeka.com
Mendengar nama Daendles pikiran akan mengarah kepada Gubernur Hindia Belanda yang pernah memerintah negeri ini, Herman Williem Daendles. Pada masa pemerintahannya, diberlakukan sistem kerja paksa untuk membangun jalan raya pos yang membelah Pulau jawa dari Anyer sampai Panarukan.
Namun Daendles yang dimaksud di sini bukanlah dia, melainkan A.D Daendles yang menjadi asisten residen wilayah Ambal. Dulunya, wilayah Ambal mencakup separuh lebih bagian dari keseluruhan panjang jalur itu. A.D Daendles menduduki jabatan sebagai asisten residen Ambal 30 tahun setelah H.W Daendles diangkat sebagai Gubernur Jenderal. Artinya kedua Daendles itu hidup pada rentan masa yang berbeda.
Jalur Pengiriman Upeti Kerajaan
2020 Merdeka.com
Jalur Daendles yang menyusuri pantai selatan Jawa sudah ada jauh sebelum jalan raya pos dibangun. Dulu, jalan ini bernama Jalan Urut Sewu, merujuk pada banyak ditemukannya pegunungan pasir di daerah ini.
Pada masa itu jalur ini digunakan untuk menghubungkan berbagai kerajaan yang terdapat di Pulau Jawa. Saat itu jalur ini digunakan sebagai jalur upeti yang menghubungkan Kerajaan Majapahit, Kediri, Pajang, Demak, Mataram, dan Cirebon.
Rute Gerilya Pangeran Diponegoro
2020 Merdeka.com
Sebelum populer dengan nama Jalan Daendles, jalur ini juga dikenal dengan nama Jalan Diponegoro. Pada masa Perang Diponegoro (1925-1930), jalan ini digunakan oleh Pangeran Diponegoro sebagai rute gerilya.
Waktu itu, Pangeran Diponegoro gencar bergerilya di daerah Ambal dan sekitarnya. Dia menjadikan tempat itu sebagai bagian dari rute gerilya timur. Dia memusatkan perhatiannya di wilayah Bagelen Selatan yang dahulu dikenal dengan nama Panjer.
Melintasi Deretan Pantai yang Indah
2020 Merdeka.com/Arie Basuki
Bagi yang suka mengunjungi lebih dari satu pantai dalam sekali perjalanan, menyusuri Jalan Daendles menjadi pilihan yang tepat. Letaknya yang berada tak jauh dari garis pantai membuat banyak objek wisata pantai yang bisa dikunjungi dengan menyusuri jalur ini.
Dari timur ke barat, ada obyek wisata Mangrove Wana Tirta, Pantai Jetis, Pantai Karangbolong, Pantai Menganti, Pantai Ayah, Pantai Sodong, dan masih banyak lagi pantai-pantai lainnya.
Pernah Jadi Jalur Rawan Begal
2020 Merdeka.com
Sebelum pembangunan jalan lintas selatan selatan, Jalan Daendles benar-benar menjadi jalan yang sepi kendaraan. Walaupun sudah beraspal, di tengahnya belum terdapat marka jalan. Sepanjang jalan hampir sulit menemukan bengkel buat kendaraan yang mengalami gangguan saat melintas.
Selain itu hampir tak ada lampu penerangan di jalan ini. Maka tak heran jalan ini pernah menjadi jalan rawan begal, apalagi buat pengendara yang melintas di malam hari. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya