5 Langkah Mitigasi Bencana Gunung Meletus, Lakukan Ini Saat Erupsi Merapi
Merdeka.com - Selasa (3/3) telah terjadi erupsi Merapi dan mengeluarkan awan panas setinggi 6.000 meter dari puncak. Namun, walau aktivitasnya meningkat, keseharian warga di sekitar gunung berjalan normal dan tidak ada peningkatan status dari gunung api itu.
Walau begitu, langkah-langkah mitigasi perlu dilakukan demi mencegah adanya korban dalam bencana yang tidak diinginkan. Ada beberapa langkah dan imbauan yang telah diberikan oleh BNPB untuk menyelamatkan diri dari bencana erupsi Merapi yang tidak diinginkan.
Berikut 5 langkah mitigasi bencana yang wajib dilakukan saat gunung api meletus dilansir dari BNPB:
-
Apa yang harus dilakukan jika gunung berapi meletus? Setelah letusan terjadi, langkah-langkah yang perlu dilakukan meliputi evakuasi secepat mungkin, menghindari area yang terkena letusan, menggunakan masker untuk melindungi pernapasan, dan mengikuti petunjuk dari tim penyelamat.
-
Apa saja upaya mitigasi bencana gunung meletus? Mitigasi bencana gunung meletus ini dilakukan dalam beberapa upaya, mulai dari pemantauan dan pengataman, pembuatan peta rawan bencana, sosialisasi dan edukasi, serta peringatan dini.
-
Kenapa mitigasi bencana gunung meletus penting? Letusan gunung berapi dapat terjadi secara tiba-tiba dan membawa dampak yang sangat merusak bagi masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Selain dapat menyebabkan korban jiwa, letusan gunung juga dapat mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur, mengganggu aktivitas ekonomi, dan mengancam keamanan penerbangan.
-
Apa yang terjadi di Gunung Merapi? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Bagaimana Merapi meluncurkan awan panas? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Bagaimana cara meminimalisir dampak bencana gunung meletus? Dengan melakukan pemantauan yang intensif terhadap aktivitas gunung berapi, diperoleh informasi yang akurat mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada gunung berapi tersebut.
Tidak Berada di Lokasi Radius yang Telah Ditentukan
2020 antaranews.com
Saat gunung berapi meletus, pemerintah akan menentukan radius aman dari puncak. Penetapan radius aman ini dilakukan agar masyarakat mengosongkan daerah yang dianggap tidak aman. Pada saat Gunung Agung Meletus pada 2017 silam misalnya, radius amannya mencapai 12 km. Sementara untuk Gunung Merapi kali ini, radius aman yang berlaku adalah 3 km.
Penetapan radius aman ini berguna untuk antisipasi guna mencegah adanya korban jiwa dari bencana erupsi gunung api. Pada saat letusan freatik Merapi pada tahun 2018, BNPB Sleman menginstruksikan warganya yang rumahnya berada kurang dari 5 km dari puncak, untuk mengungsi ke barak-barak yang sudah disediakan. Warga kemudian melakukan evakuasi secara mandiri.
Tidak Berada di Lembah dan Daerah Aliran Sungai
2017 merdeka.com/arie basuki
Selain mengosongkan zona bahaya, masyarakat juga diinstruksikan untuk menjauhi daerah aliran sungai. Hal ini dilakukan guna menjauh dari ancaman banjir lahar yang kerap terjadi di musim hujan. Banjir lahar itu berisi material vulkanik yang tercampur dengan air. Material itu kemudian ikut hanyut melalui sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Dilansir dari MGM Sleman, pada Minggu, 9 Januari 2011, banjir lahar terjadi di Kali Gendol. Peristiwa itu menyebabkan tiga rumah hanyut dan 13 rumah lainnya terendam. Selain itu di Kali Gendol juga terdapat material-material vilkanik Merapi yang masih panas. Sehingga jika terjadi banjir lahar, material ini akan meletup-letup.
Hindari Tempat Terbuka
2014 merdeka.com/parwito
Dilansir dari Liputan6.com, menjauhkan diri dari tempat terbuka perlu dilakukan saat terjadi letusan gunung api. Ini berguna untuk melindungi tubuh dari abu letusan gunung api.
Selain itu selama gunung berapi meletus ancaman material vulkanik yang lebih besar masih bisa terjadi. Misalnya hujan kerikil yang terjadi pada letusan besar di tahun 2010. Akan lebih baik berada di dalam rumah selama kondisi di luar ruangan masih kurang kondusif.
Gunakan Masker atau Kain Basah
2014 merdeka.com/parwito
Dilansir dari Sains.me, penggunaan masker berguna agar saat bernafas tidak terhirup abu hasil letusan gunung berapi. Abu gunung berapi memiliki partikel yang kecil sehingga mudah terhirup manusia saat bernafas. Jika masuk ke paru-paru, abu vulkanik bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
Selain itu abu tersebut juga memiliki kandungan yang berbahaya, seperti sulfat, karbondioksida, dan asam klorida.
Memakai Pakaian Tertutup
2020 REUTERS/Eloisa Lopez
Langkah mitigasi bencana erupsi gunung selanjutnya ialah soal pakaian. Mengenakan pakaian tertutup berguna untuk melindungi tubuh dari abu vulkanik. Abu vulkanik memiliki partikel tajam yang bisa menyebabkan iritasi kulit dan iritasi mata.
Efek kesehatan seperti itu biasanya hanya bersifat ringan. Namun jika terpapar abu vulkanik secara terus menerus, maka dampaknya bisa menjadi serius. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jarak luncur awan panas 1.000 meter ke arah barat daya atau Kali Bebeng.
Baca SelengkapnyaGunung Marapi di Kabupaten Agam dan Tanah Datar Sumatera Barat kembali erupsi pada Jumat (7/6).Tinggi kolom abu saat erupsi tercatat 600 meter di atas puncak.
Baca SelengkapnyaPenting untuk membuat mitigasi bencana gunung meletus yang efektif.
Baca SelengkapnyaSaat ini Gunung Marapi berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi.
Baca SelengkapnyaJarak luncur awan panas guguran maksimum 3,5 kilometer ke arah Kali Krasak.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi kembali menunjukkan keaktifannya, Jumat (28/7) malam. Gunung di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu meluncurkan awan panas guguran sejauh 1,5 Km.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi kembali mengeluarkan rentetan awan panas guguran pada Senin (4/2) sore.
Baca SelengkapnyaMasyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki diminta tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4.5 km dari puncak
Baca SelengkapnyaGunung Semeru masih berstatus Siaga atau Level III.
Baca SelengkapnyaAwan panas guguran itu telah menyebabkan hujan abu tipis yang turun pukul 21.24 WIB di sekitar Dukuh Plalang hingga Desa Lencoh.
Baca SelengkapnyaGunung Marapi tiga kali erupsi pada hari ini, Rabu (27/3). Kolom abu vulkanik yang dilontarkan teramati 1.500 meter di atas puncak.
Baca SelengkapnyaGunung Marapi di Kabupaten Agam dan Tanah Datar Sumatera Barat (Sumbar) kembali erupsi
Baca Selengkapnya