Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

7 Fakta Jalawastu, Kampung Unik di Brebes yang Punya Banyak Pantangan

7 Fakta Jalawastu, Kampung Unik di Brebes yang Punya Banyak Pantangan Kampung Jalawastu. ©2020 liputan6.com

Merdeka.com - Kampung Jalawastu merupakan sebuah kampung yang terletak di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Di tengah perkembangan teknologi modern, masyarakat di sana tetap memegang teguh ajaran leluhur mereka.

Dilansir dari Liputan6.com, salah satu keunikan yang ada di kampung itu adalah penggunaan bahasanya. Walaupun kebanyakan masyarakat di sana berasal dari etnis Jawa, namun dalam berkomunikasi sehari-hari mereka justru menggunakan Bahasa Sunda.

Tapi selain penggunaan bahasa yang berbeda dari desa-desa di Jawa Tengah yang lain, masyarakat di kampung itu dikenal memiliki banyak pantangan, di antaranya mementaskan wayang, memelihara angsa, dan menanam bawang merah.

Suasana Kampung yang Asri

kampung jalawastu

2020 liputan6.com

Kampung Jalawastu berada di pelosok, sehingga kehidupan masyarakatnya masih terisolasi dari dunia luar. Walaupun jauh dari peradaban modern, namun mereka tidak menutup kunjungan dari tamu luar. Bahkan saat ini, kunjungan ke komunitas masyarakat di sana menjadi agenda wisata.

Tempat itu memang pantas untuk menjadi lokasi kunjungan wisata. Selain kehidupan masyarakatnya yang unik, kampung itu memiliki pemandangan indah yang hijau. Udara di sana juga masih terasa segar. Untuk menuju ke tempat ini wisatawan harus melalui jalanan yang naik turun dan belum tertutup aspal.

Penggunaan Bahasa Sunda dengan Dialek Ngapak

kampung jalawastu

2020 liputan6.com

Di Kampung Jawalastu, masyarakatnya berkomunikasi dengan Bahasa Sunda. Walau begitu mereka menggunakan dialek ngapak yang populer digunakan di wilahay Kabupaten Brebes, Tegal, Banyumas, dan sekitarnya. Mereka juga fasih menggunakan Bahasa Indonesia apabila berkomunikasi dengan orang luar.

Membuat Rumah Tanpa Semen untuk Menghindari Longsor

kampung jalawastu

2020 liputan6.com

Karena letaknya berada di lereng bukit, Kampung Jalawastu menjadi daerah yang rawan longsor. Oleh karena itu warga membuat rumah mereka tanpa semen dan keramik guna mencegah bencana longsor terjadi. Selain itu keramik dan genteng di daerah itu sulit diperoleh mengingat letaknya yang jauh dari peradaban.

"Jadi dulu semen dan keramik itu salah satu barang mewah. Tapi belinya jauh dan mengangkatnya juga susah. Maka orang di sini akhirnya menyebutnya sudah pamali (jarang sekali) diperoleh," ujar Dastam, pemangku adat Kampung Jalawastu dilansir Liputan6.com.

Membuat Atap dari Alang-Alang

Selain dilarang membuat rumah dari semen dan keramik, mereka juga membuat atap rumah dengan alang-alang. Menurut Dastam, penggunaan genteng sebagai atap rumah sangat sulit diterapkan di kampung tersebut. Untuk membawa genting menuju desa itu, harus dipikul dengan melakukan perjalanan berpuluh-puluh bahkan beratus kilometer dari tempat penjual genteng.

Oleh karena itu, untuk bagian atap rumah mereka, masyarakat menggunakan alang-alang. Menurut Dastam, tanaman alang-alang bisa membuat rumah tidak terasa panas pada saat musim panas, dan tetap hangat pada saat musim hujan.

Pantangan Unik di Kampung Jalawastu

kampung jalawastu

2020 liputan6.com

Masyarakat Jalawastu memiliki pantangan-pantangan unik. Selain dilarang membangun rumah dengan semen dan keramik, mereka juga dilarang untuk memelihara binatang seperti angsa, domba, dan kerbau serta menanam bawang merah. Selain itu masyarakat di sana juga dilarang mementaskan wayang karena berkaitan dengan memainkan peran manusia.

"Warga di Kampung Jalawastu dilarang melarang hewan tertentu karena dianggap mengotori lingkungan. Penanaman bawang merah dilarang karena lahannya tidak cocok. Kalau larangan menanam bawang merah itu karena di sini lahannya tidak cocok, dari pada merugikan, ujar Dastam dilansir dari Liputan6.com.

Tak Berani Melanggar Pantangan

Warga di Kampung Jalawastu dilarang melanggar pantangan-pantangan yang sudah disebutkan di atas. Apabila ada yang coba-coba melanggar, maka akan timbul bencana.

"Pernah waktu itu tahun 2000 ada seseorang yang mencoba melanggar salah satu pantangan. Tapi tak lama berselang terjadi bencana tanah longsor, ujar Carmi, salah satu warga Kampung Jalawastu, dilansir dari Liputan6.com.

Mitos Dayeuh Lemah Kaputihan

nyai roro kidul

ilustrasi merdeka.com

Mitos Dayeuh Lemah Kaputihan merupakan mitos yang berkembang di tengah masyarakat Jalawastu. Dayeuh Lemah Kaputihan oleh masyarakat Kampung Jalawastu diartikan sebagai tanah suci tempat tinggal dewa dewi. Karena dipercaya juga menjadi tempat tinggal para dewa, para warga di sana dilarang untuk berkata kotor.

"Menurut Sejarah, mitos ini lahir saat zaman Hindu di mana Ragawijaya bertapa di Gunung Sagara. Mitos ini berisi sejumlah pantangan diantaranya, larangan menggunakan genteng, batu-batuan, dan semen ketika membuat bangunan, pantangan memelihara angsa, kerbau, dan kambing gimbas, serta pantangan menanam bawang merah dan kacang tanah," ujar Carmi dilansir Liputan6.com. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP