Bantuan Air Bersih dari BRI untuk Warga Terdampak Kekeringan di Kulon Progo
Beberapa daerah di Kulon Progo kesulitan air bersih. Melalui program CSR, BRI berusaha membantu kesulitan mereka.
Beberapa daerah di Kulon Progo kesulitan air bersih saat kemarau panjang. Melalui program CSR, BRI berusaha membantu kesulitan mereka.
Bantuan Air Bersih dari BRI untuk Warga Terdampak Kekeringan di Kulon Progo
Fenomena El Nino pada tahun 2023 ini membuat musim kemarau lebih panjang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dampaknya, beberapa daerah mengalami kekeringan. Sungai-sungai mengering. Sumur-sumur warga kehabisan air. Mereka tak tahu lagi ke mana harus mencari air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
-
Kenapa El Nino berdampak ke kekeringan? BMKG memprakirakan fenomena El Nino menerjang Indonesia pada tahun ini yang berdampak musim kemarau menjadi berkepanjangan.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Apa saja yang terdampak kekeringan? Berdasarkan data yang dihimpun BPBD, dari 14 kapanewon terdapat 55 kelurahan yang berpotensi terdampak.
-
Apa dampak dari kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali. Dalam dua bulan terakhir, mereka kesulitan air bersih.
-
Siapa saja yang terdampak kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali.
-
Bagaimana dampak El Nino di Banten? “Berdasarkan hasil monitoring, seluruh wilayah di Provinsi Banten mulai masuk musim kemarau. Sesuai dengan prediksi kami, tahun ini akan ada fenomena El Nino dengan kondisi lemah sampai sedang, “ kata Kepala Balai Besar Wilayah II Tangsel, Hartanto.
Berbagai lembaga, mulai dari lembaga pemerintah, lembaga swasta, hingga lembaga non-porfit beramai-ramai memberikan bantuan air bersih pada warga terdampak kekeringan.
Oleh karena itu, melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga memberikan bantuan air bersih kepada warga. Hal inilah yang dilakukan BRI Kantor Cabang Wates pada warga terdampak kekeringan di Kulon Progo.
Seberapa besar dampaknya dalam meringankan warga yang terdampak bencana kekeringan?
Gambar 1: Sungai Kalirejo di Kecamatan Kokap, Kulon Progo mengalami kekeringan saat musim kemarau panjang
Foto: Shani Rasyid
Gambar 2: Potret perbukitan Menoreh di Desa Kalirejo saat musim kemarau panjang yang kering kerontang
Foto: Shani Rasyid
Sejak Juli sebelumnya, warga di tempatnya mengalami kekeringan. Saat itu air sumur di rumah-rumah warga volumenya terus berkurang. Memasuki bulan November, makin banyak warga yang melapor kalau air sumur di rumah mereka habis.
“Sekali mandi saja hanya dijatah lima gayung. Kalau lebih dari itu bisa dimarahi istri. Makanya kami harus cari air sendiri dengan berbagai cara.”
kata Ari saat ditemui Merdeka.com pada Minggu (19/11).
Karena semakin tak tahan dengan kesulitan warga, Ari berinisiatif menjadi relawan air. Setiap hari ia mencari donatur yang bersedia memberi donasi uang yang kemudian ia pakai untuk membeli air bersih.
Donatur datang dari berbagai pihak di antara kelompok klub jual beli mobil, kelompok ibu-ibu penghafal Al-Qur’an, dan PT Bening.
“BRI Peduli sempat beberapa kali masuk. Lalu saya ajukan lagi sebanyak 50 tangki atau 250.000 liter. Tapi belum ada konfirmasi lagi,” ujarnya.
Dengan menggunakan truk tangki yang dipinjamkan dari pihak donatur, ia mencarikan air bersih pada sebuah sumur bor yang letaknya berada di dekat Bandara YIA. Jarak antara Bandara YIA dengan Dusun Sangon II sekitar 10 kilometer.
Ari menjelaskan, idealnya dalam sehari satu kepala keluarga (KK) butuh 1.000 liter air bersih. Sementara ada 50 KK yang membutuhkan air bersih di dusunnya. Dengan kata lain dalam sehari dusun itu butuh dikirim 50.000 liter air bersih agar warga bisa memenuhi keperluan sehari-hari.
Saat Merdeka.com datang ke Dusun Sangon II pada Minggu (19/11), masih banyak warga yang membutuhkan air bersih. Bantuan air bersih dari para donatur nyatanya masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan semua warga.
“Rumah yang di atas belum dapat jatah tapi di bawah sudah habis. Yang atas marah-marah. Makanya kalau ada tangki datang ke sini harus ada yang mengawal. Biar pembagiannya merata,” keluhnya.
Gambar 3: Ari Nugroho, warga Dusun Sangon 2, Desa Kalirejo, Kokap, menjadi relawan air saat musim kemarau panjang
Foto: Shani Rasyid
Gambar 4: Kendaraan pengangkut air bersih pinjaman para donatur yang digunakan Ari Nugroho untuk mencari air bersih
Foto: Shani Rasyid
Kondisi sulit air juga dirasakan warga Dusun Sangkrek, Desa Hargorejo, Kokap. Di dusun itu, ada enam toren yang masing-masing berkapasitas 5.000 liter untuk menampung air bersih.
Mardinah (45), salah seorang warga Dusun Sangkrek, mengatakan bahwa semua toren itu kondisinya kosong tanpa air. Kondisi itu sudah berjalan selama kurang lebih empat bulan.
Untuk mencukupi kebutuhan air bersih sehari-hari, Mardinah harus mengambil air dari sumur umum yang letaknya tak jauh dari rumahnya.
Ia pun harus rela mengantre dengan warga lainnya demi mendapatkan air bersih.
Namun karena hujan tak kunjung datang, lama-lama sumur itu mulai kehabisan air. Ia terpaksa minta air ke rumah kakaknya yang tidak kekurangan air.
“Alhamdulillah sejauh ini masih mencukupi untuk mandi atau minum. Tapi untuk nyuci itu suka kebingungan soalnya butuh air banyak karena kami nyuci pakai mesin. Karena nggak ada air saya terpaksa nyuci pakai tangan. Kalau airnya banyak nyucinya banyak, kalau airnya dikit ya nyucinya dikit,”
kata Mardinah terkait kendalanya dalam mendapatkan air bersih selama musim kemarau panjang.
Menurut Mardinah, dalam sebulan hanya tiga kali truk tangki pembawa air bersih datang ke Dusun Sangkrek. Air bersih dari truk tangki itu kemudian disalurkan ke sejumlah toren milik warga. Tapi tidak semua toren terisi air.
“Waktu tangki datang saya kebetulan lagi pergi. Jadinya saya enggak kebagian. Makanya saya minta air ke tempat kakak saya,” keluhnya.
Dampak kekeringan juga dirasakan Tukiyem (62), warga Dusun Sangkrek lainnya. Saat Merdeka.com menemuinya pada Minggu (19/11) sore, ia sedang mencuci pakaian di kamar mandi sebuah masjid.
“Ini sudah seminggu saya enggak nyuci. Sebenarnya di rumah ada toren air, tapi enggak ada airnya. Untuk sekali mandi saja saya cuma pakai setengah ember. Pokoknya sulit,” ujarnya.
Tukiyem mengatakan, saat truk tangki membagikan air bersih, tak semua warga kebagian.
Mereka yang tidak kebagian air bersih pada akhirnya menggunakan air di masjid yang biasa digunakan wudu untuk sekedar mencuci pakaian. Menurut Tukiyem, air di masjid berasal dari sebuah sungai kecil yang lokasinya tak terlalu jauh.
“Air di sini kan jarang dipakai oleh warga. Dipakainya cuma untuk wudu. Otomatis air di sumbernya masih banyak,” imbuhnya.
Gambar 5: Karena tak ada air di rumahnya, Tukiyem, warga Dusun Sangkrek, Desa Hargorejo, Kokap, harus mencuci pakaian di toilet masjid
Foto: Shani Rasyid
Gambar 6: Toren berkapasitas 5.000 liter untuk menampung air bersih bagi warga sudah lama kosong
Foto: Shani Rasyid
Di Kantor BRI Cabang Wates, program CSR lebih dikenal dengan istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Melalui program ini, BRI Wates ikut membantu warga Kulon Progo yang terdampak kekeringan.
Supervisor Penunjang Operasional (SPO) Kantor BRI Cabang Wates, Fachry Ansori Akbar, mengatakan pihaknya mengirimkan total 200.000 liter air bersih untuk membantu warga Kulon Progo yang terdampak kekeringan.
Ia menjelaskan bahwa pengiriman air bersih itu merupakan program TJSL yang sifatnya darurat. Total dana yang dikeluarkan untuk penyaluran air bersih itu adalah Rp16 juta.
“Kalau mekanismenya dari kepala cabang kami untuk tanggap darurat ini punya kewenangan mengeluarkan dana sampai Rp50 juta per kasus. Jadi misalnya sekarang tanggap darurat di kasus kekeringan beliau punya kewenangan mengeluarkan maksimal Rp50 juta,”
kata Fachry terkait mekanisme batasan maksimal dana TJSL yang dikeluarkan pihak BRI Wates untuk tanggap darurat seperti bencana alam.
Tak hanya dari program TJSL Kantor BRI Cabang Wates, dana untuk penyaluran air bersih ini juga berasal dari Yayasan Baitul Mal (YBM) BRILiaN yang menyumbang dana sebesar Rp3 juta. YBM BRILiaN merupakan lembaga filantropi yang dibentuk BRI untuk mengelola zakat, infak, dan sedekah.
Total ada tiga kecamatan penerima air bersih dari program TJSL, yaitu Kecamatan Girimulyo (100.000 liter), Kokap (50.000 liter), dan Kalibawang (50.000 liter). Masing-masing kecamatan ada satu atau dua lokasi yang dikirim air bersih.
Berdasarkan keterangan dari Kepala Unit BRI tingkat kecamatan masing-masing, untuk Kecamatan Kalibawang lokasi pengiriman air bersih ada di Dusun Slanden, Desa Banjaroyo dan Dusun Kedondong Dua, Desa Banjararum.
Lalu untuk Kecamatan Girimulyo, lokasi pengiriman ada di Dusun Krikil, Desa Pendoworejo. Kemudian untuk Kecamatan Kokap di Dusun Sangon, Desa Kalirejo, dan Dusun Sangkrek, Desa Hargorejo.
Sementara itu, YBM BRILiaN memberi bantuan sebanyak 30.000 liter air bersih ke Kecamatan Samigaluh.
Penyaluran air bersih ke titik-titik terdampak kekeringan itu mulai dilakukan pada 25 Oktober. Tugas pengiriman air sepenuhnya BRI Wates serahkan pada pihak Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo.
Gambar 7: Prosesi serah terima bantuan air bersih dari BRI Wates pada warga Kulon Progo di Dusun Sangon 2, Desa Kalirejo, Kokap.
Foto: BRI Wates
Gambar 8: Warga penerima bantuan air bersih berfoto dengan spanduk BRI Wates
Foto: BRI Wates
Pada penerapannya, lokasi penyaluran air bersih itu tidak semuanya seperti yang ditentukan pihak BRI di awal.
Kasi Kedaruratan Logistik BPBD Kulon Progo, Budi Prastawa, mengatakan bahwa penyaluran air bersih oleh BPBD dilakukan berdasarkan daftar permohonan dari masyarakat.
“Walaupun di BRI sendiri sudah punya atensi di tiga kapanewon, tapi di tempat kami sudah ada list hariannya,” kata Budi saat ditemui Merdeka.com pada Senin (23/11) lalu.
Terkait pengiriman air bersih itu, Budi mengaku sudah membuat komitmen dengan BRI bahwa lokasi pengiriman tidak harus sesuai dengan apa yang telah mereka tetapkan, melainkan sesuai dengan kebutuhan lokasi yang benar-benar darurat butuh air bersih.
“Kalau harus menyesuaikan dengan mereka itu enggak mungkin. Kita itu melayani satu kabupaten. Kalau kita hanya melayani satu dusun, rasa keadilannya di mana?” tambahnya.
Senada dengan Budi, Koordinator Lapangan BPBD Kulon Progo, Sunardi menjelaskan bahwa pihak BRI sudah menyetujui titik lokasi penyaluran air bersih yang sudah ditetapkan oleh BPBD. Namun bukan berarti daftar dari BRI dikesampingkan begitu saja.
“Tidak ada miss, tidak ada apa-apa. Di awal sudah saya sampaikan pada mereka bagaimana kesulitannya, kepentingannya untuk siapa, fungsinya itu kan kepada semua masyarakat terdampak kekeringan, bukan pada kelompok ini dan itu,” terang Sunardi.
Dalam data yang diberikan BPBD Kulon Progo pada Merdeka.com ingga Senin (20/11), BPBD Kulon Progo sudah melakukan penyaluran air bersih hasil bantuan BRI sebanyak 28 kali.
Air bersih itu dikirim pada 20 dusun yang tersebar di delapan desa di Kulon Progo.
Dusun yang paling sering mendapat bantuan air bersih adalah Dusun Plampang 2 dan Dusun Sangon 1 yang sama-sama masuk wilayah Desa Kalijero, Kecamatan Kokap.
Masing-masing dusun itu mendapat bantuan air bersih sebanyak 3 kali. Tak ada nama Dusun Sangkrek dalam data tersebut.
“Sangkrek pernah kami list dan ada. Hanya tidak tertulis sebagai CSR BRI,” kata Sunardi.
Sunardi mengatakan, BPBD Kulon Progo sudah punya kriteria tersendiri dalam menentukan lokasi mana yang layak mendapat bantuan air bersih. Kriteria itu sesuai dengan standar pelayanan minimal yang sudah ditetapkan Kemendagri RI.
Sunardi menambahkan, pihaknya juga sudah memiliki grup WhatsApp (WA) kekeringan untuk memudahkan pihak desa yang butuh dikirim air bersih. Melalui grup WA tersebut, pihak desa tinggal menulis bila warganya membutuhkan air bersih. Daftar permintaan itu akan diproses dan air bersih akan dikirim dalam waktu 2-3 hari.
Gambar 9: Kasi Kedaruratan Logistik Budi Prastawa (kiri) dan Koordinator Lapangan BPBD Kulon Progo, Sunardi berfoto di depan papan list harian bantuan air bersih
Foto: Shani Rasyid
Gambar 10: SPO Kantor Cabang BRI Wates (kanan), Fachry Ansori Akbar saat ditemui Merdeka.com di kantornya pada Senin (13/11).
Foto: Shani Rasyid
Pada awal Desember ini, wilayah Kabupaten Kulon Progo terpantau mulai diguyur hujan. Walau begitu, BPBD Kulon Progo belum menghentikan pengiriman air bersih ke sejumlah daerah.
“Masih berjalan seperti biasa. Cuma tingkat permintaan memang relatif agak menurun karena mungkin sudah terbantu air hujan tersebut. Daerah-daerah yang lokasinya agak rendah sudah tidak lagi pesan,” ungkap Sunardi saat dihubungi Merdeka.com pada Kamis (7/12).
Sementara itu dari pihak BRI Wates, bantuan air bersih terus dilakukan.
Hingga Kamis (7/12) sudah Rp17 juta total nominal dana yang digunakan untuk pengadaan air bersih bagi warga Kulon Progo yang terdampak kekeringan.
“Distribusi air bersih hingga saat ini masih terus berjalan,” ujar Fachry.
Terlepas dari seberapa besar dampaknya, pada masa-masa krisis kemarau panjang ini warga terdampak benar-benar membutuhkan air bersih demi kelangsungan hidup mereka.
Besar atau kecil bantuan air bersih yang diberikan oleh BRI ataupun lembaga lainnya, yang jelas akan sangat membantu para korban bencana kekeringan dalam melewati masa-masa sulit itu.