Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Berawal dari Kematian Seekor Kuda, Ini Sejarah Berdirinya Desa Gerabah Kasongan

Berawal dari Kematian Seekor Kuda, Ini Sejarah Berdirinya Desa Gerabah Kasongan Desa Wisata Kasongan. ©Wikipedia.org

Merdeka.com - Di pinggiran Kota Yogyakarta, tepatnya di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, terdapat desa wisata bersejarah yang cukup dikenal di kalangan wisatawan. Namanya Desa Wisata Gerabah Kasongan.

Sudah sejak lama desa itu menjadi sentra kerajinan gerabah di Yogyakarta. Berbagai macam barang olahan gerabah banyak dihasilkan para penduduknya mulai dari piring, kuali, kendi, guci, pot pigura, mainan anak, hingga karya-karya lainnya.

Berjarak hanya sekitar 7 km dari pusat Kota Jogja, Desa Wisata Kasongan mudah dijangkau wisatawan. Tak hanya membeli kerajinan, bahkan beberapa galeri gerabah menawarkan kursus singkat pembuatan gerabah bagi para wisatawan yang berminat.

Karena profesi para penduduknya sebagai pembuat gerabah, desa ini sangat berbeda dengan desa-desa di sekitarnya yang kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai petani. Lalu bagaimana sejarahnya desa Kasongan menjadi pusat kerajinan gerabah? Berikut selengkapnya:

Berawal dari Kematian Seekor Kuda

desa wisata kasongan

©Visitjogja.com

Dilansir dari Visitingjogja.com, sejarah kemunculan kerajinan gerabah di Desa Kasongan berawal dari matinya seekor kuda milik reserse Belanda di tanah milik seorang warga. Karena takut dijatuhi hukuman oleh pemerintah Belanda saat itu, pemilik tanah merelakan kepemilikan atas tanahnya. Aksinya itu juga diikuti oleh beberapa warga lainnya.

Akhirnya, kepemilikan tanah itu diambil alih oleh warga desa lain. Penduduk yang tanahnya telah direlakan itu kemudian memulai kegiatan baru dengan mengolah tanah liat menjadi mainan dan peralatan dapur.

Menjadi Sentra Gerabah

desa wisata kasongan

©2021 Brilio.net

Dilansir dari Isi.ac.id, kegiatan pembuatan seni kerajinan gerabah di Kasongan sudah terjadi sejak Perang Diponegoro (1825-1830). Saat itu mereka telah banyak membuat barang-barang gerabah untuk keperluan mereka sehari-hari seperti kuali, pengaron, kendil, anglo, cowek, dan sebagainya. Pada akhirnya, pengolahan gerabah berkembang menjadi pembuatan cinderamata yang memenuhi kebutuhan wisatawan.

Dimulai dengan desain yang sederhana, produk gerabah di Kasongan kemudian menjadi ciri khas daerah setempat. Seiring berjalannya waktu, desa itu mampu menghasilkan gerabah berkualitas ekspor. Hasil buah tangan warga sana telah banyak yang berhasil menembus pasar dunia hingga Eropa dan Amerika.

Mengalami Kemajuan Cukup Pesat

desa wisata kasongan

©2021 Brilio.net

Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo, seorang seniman besar Yogyakarta, membantu mengembangkan desa wisata itu dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan sentuhan seni dan komersial bagi desain kerajinan gerabah. Hal itulah yang membuat gerabah yang dihasilkan tak lagi monoton, tetap dapat memberikan nilai seni dan ekonomi yang tinggi.

Kini, produk Desa Wisata Kasongan berkembang meliputi bunga tiruan, daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan, dan masih banyak lagi. Tak hanya jualan gerabah, tempat itupun menjadi sentra wisata edukasi. Di sana, para wisatawan yang datang berkunjung dapat langsung belajar bagaimana caranya membuat gerabah dengan baik dan benar.

Desa Kasongan di Masa Pandemi

desa wisata kasongan

©2021 Brilio.net

Memasuki masa pandemi, banyak sektor usaha mengalami krisis tak terkecuali bagi para pengrajin gerabah di Desa Kasongan. Oleh karena itu, mereka memutar otak agar bagaimana caranya produk kerajinan mereka tetap laku di pasaran.

Akhirnya banyak dari para pengrajin di Kasongan yang membuat desain padasan dan wastafel sebagai sarana mencuci tangan. Tak hanya itu, jenis produk yang justru meningkat saat pandemi ini adalah pot kaktus. Dengan ukuran 15-30 cm, pot itu dijual dengan harga bervariasi tergantung ornamennya mulai dari harga Rp20 ribu hingga Rp60 ribu.

“Peningkatannya mungkin karena sekarang banyak orang bekerja di rumah, jadi banyak orang yang mengisi kesibukannya dengan bercocok tanam. Sampai Bulan November 2020 ini peningkatan untuk pot masih tinggi,” kata Dicky Bisma Saputra, salah satu pengrajin gerabah Kasongan, dikutip Merdeka.com dari Brilio.net pada Rabu (19/5). (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Disebut Mahfud MD sebagai Contoh Desa yang Maju, Ini Sejarah Desa Panggungharjo Bantul
Disebut Mahfud MD sebagai Contoh Desa yang Maju, Ini Sejarah Desa Panggungharjo Bantul

Desa itu memiliki beragam potensi wisata kuliner, sejarah, dan budaya

Baca Selengkapnya
Desa Wisata Gerabah di Bantul, Berikut Daya Tarik dan Fasilitasnya
Desa Wisata Gerabah di Bantul, Berikut Daya Tarik dan Fasilitasnya

Desa wisata gerabah ini dikenal sebagai pusat kerajinan gerabah terbesar di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Disebut Jadi Cikal Bakalnya Kabupaten Purbalingga, Ini Fakta Unik Desa Wisata Onje
Disebut Jadi Cikal Bakalnya Kabupaten Purbalingga, Ini Fakta Unik Desa Wisata Onje

Desa Wisata Onje menyimpan potensi wisata dari sejarah hingga alam

Baca Selengkapnya
Menguak Peradaban yang Hilang di Kawasan Perbukitan Semarang, Ada Makam Tua di Atas Bukit
Menguak Peradaban yang Hilang di Kawasan Perbukitan Semarang, Ada Makam Tua di Atas Bukit

Masih banyak ditemukan peninggalan pondasi rumah dan perabotan rumah tangga di bekas desa yang hilang itu

Baca Selengkapnya
Mengenal Kampung Harimau di Madiun, Berawal dari Kiai yang Gemar Memelihara Harimau
Mengenal Kampung Harimau di Madiun, Berawal dari Kiai yang Gemar Memelihara Harimau

Kelurahan Josenan di Kota Madiun memiliki ciri khas unik, yakni keberadaan patung harimau di area masuk wilayahnya.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Desa Bejijong Mojokerto, Merasakan Sensasi Kembali ke Masa Majapahit
Mengunjungi Desa Bejijong Mojokerto, Merasakan Sensasi Kembali ke Masa Majapahit

Pesona sejarah, alam, dan budaya membuat wisatawan merasakan kemegahan masa lampau sekaligus keceriaan masa kini

Baca Selengkapnya
Napak Tilas Kejayaan Islam Cirebon di Desa Astana, Ada Makam Sunan Gunung Jati dan Keraton Pertama
Napak Tilas Kejayaan Islam Cirebon di Desa Astana, Ada Makam Sunan Gunung Jati dan Keraton Pertama

Di Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati

Baca Selengkapnya
Menguak Fakta Makam Kuno Misterius di Sukoharjo, Diduga Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Demak
Menguak Fakta Makam Kuno Misterius di Sukoharjo, Diduga Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Demak

banyak dari makam di kompleks makam kuno itu yang berasal dari tahun 1400-an akhir hingga 1500-an awal.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Rumah Kalang Kotagede, Saksi Bisu Keberadaan Orang Kalang di Jogja
Mengunjungi Rumah Kalang Kotagede, Saksi Bisu Keberadaan Orang Kalang di Jogja

Kini rumah ini menjadi sebuah museum yang bisa dikunjungi wisatawan secara gratis

Baca Selengkapnya
Mengenal Kampung Heritage Sukadiri di Serang, Napak Tilas Jejak Pemerintahan Keraton Surosoan di Abad ke-17
Mengenal Kampung Heritage Sukadiri di Serang, Napak Tilas Jejak Pemerintahan Keraton Surosoan di Abad ke-17

Pengunjung seolah diajak napak tilas kejayaan Banten Lama, melalui sejumlah peninggalannya di kampung wisata tersebut.

Baca Selengkapnya
Kisah Mbah Kiai Jangkrik, Sang Pendekar Sakti dari Pelosok Wonosobo
Kisah Mbah Kiai Jangkrik, Sang Pendekar Sakti dari Pelosok Wonosobo

Mbah Kiai Jangkrik merupakan seorang pendekar yang sakti. Kesaktiannya antara lain suara siulannya yang mirip suara jangkrik sehingga bisa mengecoh lawan

Baca Selengkapnya
Kondisinya Terbengkalai di Tengah Hutan, Begini Cerita Makam Sinden Berusia Ratusan Tahun di Kebumen
Kondisinya Terbengkalai di Tengah Hutan, Begini Cerita Makam Sinden Berusia Ratusan Tahun di Kebumen

Tak ada satupun warga yang tahu kapan makam itu berdiri

Baca Selengkapnya